Tarsius Dari Pulau Sumatera

Rabu, 14 Juni 2017

Musi Rawas (14/6/2017). Sumatra termasuk pulau yang memiliki jumlah spesies primata tertinggi berdampingan dengan pulau Kalimantan. Banyak jenis primata yang hidup di Sumatra merupakan spesies endemik yang tidak bisa kita jumpai di pulau maupun negara manapun didunia. Salah satu spesies primata yang sangat langka dan jarang dijumpai adalah Tarsius. Tarsius hidup tersebar tidak hanya di sulawesi namun dapat di jumpai di Kalimantan, Sumatra dan kemungkinan hidup juga di Pulau Jawa karena merunut pada jaman Es Akhir Ketiga Pulau adalah satu dataran luas yang disebut Paparan Sunda atau “Greater Sunda Land

Tarsius merupakan salah satu dari 25 spesies primata yang paling terancam punah di dunia. Hutan hujan tropis Sumatra adalah habitat asli dari salah satu jenis Tarsius di indonesia karena Sumatra termasuk dalam home range area persebaran Western Tarsius ( Tarsius bancanus ). Perlu diketahui bahwa Tarsius merupakan binatang nocturnal ( aktif pada malam hari) dan Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah spesies Tarsius terbanyak di dunia. Pulau Sumatra sendiri memiliki dua subspesies yang berbeda yaitu Tarsius bancanus bancanus yang hidup di pulau utama dan Tarsius bancanus saltator subspesies endemik yang hidup terpisah di Pulau Bangka. Tarsius bancanus  merupakan spesies primata yang hidup di hutan primer maupun hutan sekunder dataran rendah. Tarsius menyukai habitat rumpun bambu, akar pohon beringin maupun lubang lubang kayu yang digunakan untuk bersembunyi dan beristirahat.

Tarsius memiliki gigi gigi tajam dan merupakan primata karnivor seutuhnya. Makanan utama primata ini adalah serangga namun dia juga bisa memangsa kalelawar, ular maupun burung kecil di habitatnya. Penampakan Tarsius seperti perpaduan antara monyet dan burung hantu karena sturktur tengkorak kepala dan wajah yang hampir serupa dengan burung hantu namun dengan tubuh seperti monyet. Tarsius memilki kemampuan penglihatan yang sangat baik walaupun dengan konsentrasi cahaya yang sangat rendan serta leher tarsius dapat diputar 180, hal ini menjadikan tarsius sebagai hewan nocturnal yang sangat evolusioner.

Saat ini jumlah populasi Tarsius bancanus belum diketahui pasti (vurnerable) dan masuk didalam daftar merah spesies terancam punah yang diumumkan oleh IUCN. Kerusahakan habitat maupun perdagangan satwa illegal yang terjadi di dalam akhir dekade ini mengakibatkan turunya populasi tarsius secara masal di Sumatra dan pulau lainya. Dengan alasan tersebut sangat perlu dilakukan survey lapangan mengenai mengenai populasi, taxonimic, keragaman genetik maupun pemetaan masalah. Perlindungan Tarsius harus segera dilakukan hal ini merupakan hal sangat mendesak sebelum spesies ini hilang dari bumi Sumatra.

Penulis: Pungky Nanda Pratama

Sumber: BKSDA Sumatera Selatan

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.2

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini