Jumat, 03 September 2021
Jayapura - 03 September 2021. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua mendampingi Desa Binaan Marekisi Nung di Kampung Yewena, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, melepasliarkan 96 penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Kegiatan yang dilaksanakan 3 September 2021 di Kampung Yewena, sekaligus menandai diresmikannya Desa Binaan Konservasi Marekisi Nung, wilayah kerja Resort Tepera Yewena Yosu Cagar Alam (CA) Pegunungan Cycloop.
Upaya pelestarian penyu lekang di Kampung Yewena dimulai sejak tahun 1995 oleh Karel Indey, salah satu warga di sana. Karel merasa iba melihat penyu-penyu dan puluhan atau bahkan ratusan telurnya dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Ia kemudian meminta tiga butir telur dari masyarakat dan mencoba menetaskannya. Pada waktu itu Karel Indey ingin tahu, apakah telur penyu dapat menetas setelah dipindahkan dari liang tempat induknya bertelur. Ia pun membawanya ke rumah.
Tak disangka, tiga butir telur itu menetas, menjadi tiga tukik yang mungil dan sehat. Sejak itu Karel Indey rutin menetaskan telur penyu setiap musim, yang dominan adalah jenis penyu lekang. Bertahun-tahun Karel Indey melestarikan penyu lekang seorang diri, dan melepasliarkannya dengan sederhana. Kecintaannya terhadap penyu kian bertambah seiring waktu.
Kesadaran Karel Indey melestarikan penyu diwariskan kepada anaknya, Andarias Indey, yang telah lulus menempuh jenjang pendidikan strata satu dan menyandang gelar Sarjana Kelautan. Andarias kini memegang peran penting dalam pelestarian penyu di Kampung Yewena yang telah dirintis ayahnya lebih dari dua puluh tahun silam.
Andarias menjabat sebagai Ketua Kelompok Desa Binaan Konservasi Marekisi Nung, dengan jumlah anggota 19 orang. Sementara fokus kegiatan mereka adalah pelestarian penyu lekang. Menurut Andarias, saat ini masyarakat di kampungnya telah memiliki kesadaran untuk melestarikan penyu lekang. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan mereka dalam penyelamatan telur penyu untuk ditetaskan.
Menanggapi hal ini, Kepala BBKSDA Papua, Edward Sembiring, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas upaya masyarakat di Kampung Yewena dalam pelestarian penyu lekang. Edward mengatakan, “Kampung Yewena punya peran penting sebagai salah satu kampung di kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Kegiatan penyelamatan penyu ini bisa menjadi salah satu daya tarik wisata minat khusus. Apalagi pelopornya adalah masyarakat setempat. Saya pikir ini bisa menjadi contoh yang sangat baik bagi kita semua, tentang konservasi alam. Kesadaran menjaga dan melestarikan alam beserta seluruh isinya sangat penting kita tumbuhkan, sebab ini adalah tugas mahamulia dalam pandangan saya.”
Pada saat yang sama, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, menyatakan kekaguman kepada pelopor konservasi penyu dan masyarakat di Kampung Yewena. “Para pelestari penyu lekang di Kampung Yewena tentulah orang-orang hebat yang dengan ikhlas mendedikasikan hidupnya kepada pelestarian alam. Mereka adalah local champion yang inspiratif dan harus kita beri apresiasi. Mudah-mudahan akan banyak muncul local champion yang lain. Terima kasih, Pak Karel Indey! Sukses terus, Kampung Yewena dan Desa Binaan Marekisi Nung, tetap semangat menjaga keanekaragaman hayati dari ujung timur Indonesia”.
Penyu lekang termasuk jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLKH/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Sementara dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN, penyu lekang berstatus Vulnerable/VU (rentan) dengan tren populasi yang menurun. Di sisi lain, penyu lekang termasuk dalam Appendix I CITES, artinya tidak ada pemanfaatan kecuali untuk hasil penangkaran teregister di CITES Secretariat. (dd)
Sumber: Balai Besar KSDA Papua
Call center BBKSDA Papua – 0823 9802 9978
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0