Dirjen KSDAE Lakukan Inspeksi Ke Gembira Loka Zoo di Masa Pandemi

Senin, 18 Mei 2020

Yogyakarta 16 Mei 2020, Direktur Jenderal KSDAE, Ir. Wiratno, M.Sc, didampingi Kepala Balai KSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyudi, Sabtu siang (16/05/20) mengunjungi Gembira Loka Zoo (GL Zoo). Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari hasil virtual meeting hari Jumat (15/5/20), untuk mengkoordinasikan Lembaga Konservasi (LK) di bawah Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) yang terdampak covid 19 dan perlu mendapatkan bantuan selama pandemi Covid-19.

Selama kunjungan di GL Zoo,  Direktur GL Zoo, KMT A Tirtodiprojo  secara langsung menyambut dan memberikan gambaran kondisi GL Zoo kepada Dirjen KSDAE. Mengawali kunjunganya, Dirjen KSDAE diajak untuk melihat proses pembangunan sarpras di GL Zoo terutama pembangunan zona cakar 2. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dalam rangka menyambut libur lebaran, GL Zoo selalu mempersiapkan zona baru yang dapat difungsikan sebagai zona edukasi satwa di GL Zoo. Tahun ini GL Zoo telah mempersiapkan Zona cakar 2 yang proses pembangunannya telah dimulai jauh-jauh hari sebelum pandemi covid 19.

KMT A Tirtodiprojo menyampaikan bahwa kandang harimau dan singa yang dibangun di zona cakar merupakan satu-satunya kandang berstandar internasional yang ada di Indonesia saat ini. "Pembangunan zona cakar ini dilakukan dengan menggandeng konsultan desain Mr.Bernard Harrison (mantan Dirut Singapore Zoo) dan juga menggunakan desain night safari di Singapura. Pada konstruksi zona cakar terdapat  2 bagian Kandang tidur (den) Singa dan Harimau dimana pembagiannya terdiri dari 8 kandang tidur / asuh anak dan 2 kandang ubaran. Di Zona cakar ini secara bertahap akan ditampilkan koleksi satwa bercakar seperti  Macan dahan, Beruang Madu, Kucing bakau, Singa, Harimau Sumatera, Hyena dan Jaguar." ucapnya.  

Selanjutnya untuk memantau ketersediaan pakan satwa, Dirjen KSDAE mengunjungi salah satu bangunan baru di GL Zoo yang merupakan gudang pakan dan nutrisi terpadu dengan kondisi stock pakan yang memadai. Direktur GL Zoo menyatakan dalam kondisi GL Zoo yang ditutup dari aktivitas pengunjung, prediksi ketersediaan pakan  satwa tetap  dapat terpenuhi untuk seluruh satwa di GL Zoo yang berjumlah lebih dari 1.000 ekor satwa, hingga Bulan Agustus 2020. Namun, jika bulan Agustus GL Zoo belum dibuka untuk umum, kebutuhan pakan akan diupayakan disediakan melalui alokasi anggaran perusahan. Di masa pandemi Covid 19 ini, GL Zoo ditutup untuk umum dan untuk operasionalnya menggunakan dana cadangan perusahaan. "Untuk operasional GL Zoo pengeluaran selama 1 bulan mencapai Rp1,5 miliar, dimana Rp 400 juta di antaranya khusus untuk pakan satwa." urai KMT A. Tirtodiprojo

Lebih lanjut Direktur GL Zoo menyampaikan bahwa GL Zoo tidak membuka donasi pakan satwa, tapi tetap mempersilahkan bagi masyarakat maupun mitra yang ingin membantu memberikan pakan bagi satwa-satwa di GL Zoo.

Sebagai antisipasi dampak penyebaran Covid 19, GL Zoo menerapkan protokol pencegahan secara ketat kepada semua karyawan dan petugas GL Zoo. Manajemen GL Zoo tidak segan-segan memberikan peringatan hingga sanksi berujung pemberhentian kerja apabila dilakukan pelanggaran berulang terhadap protokol penanganan Covid 19. Hal ini karena dapat beresiko terhadap satwa yang ada di LK.

Dalam kesempatan kunjungan kali ini Dirjen KSDAE juga melihat secara langsung kondisi “bledug” bayi gajah usia 7 minggu yang lahir di masa pandemi covid 19. Bayi gajah tersebut diberi nama “Arinta” atau Anak Gajah dari Induk Argo dan Shinta. Nama Arinta dalam filosofi Jawa berarti  membantu menjadi lebih percaya diri, dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang positif, serta selalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang. Besar harapan Arinta akan menjadi Gajah yang bermanfaat yang dapat berkembang biak sehingga dapat terus mempertahankan jenisnya kelak.

Dirjen KSDAE juga mengapresiasi kinerja manajemen GL Zoo. “Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan Pak Joko dan manajemen. Saya juga minta nanti ada laporan terkait kesehatan satwa dan perilaku satwa saat pandemi tidak ada pengunjung apakah ada perubahan atau tidak dibandingkan saat ada pengunjung.” kata Ir. Wiratno. 

Lebih lanjut Ir. Wiratno menjelaskan “GL Zoo ini merupakan salah satu landmark Yogyakarta yang juga merupakan heritage. Terkait pengelolaan GL Zoo, dalam setahun jika dihitung terdapat 100 hari yang menjadi masa liburan dengan pengunjung mencapai 20.000 orang per hari. Manajemen GL Zoo telah mampu memanfaatkan peluang 100 hari masa liburan tersebut untuk membiayai operasional selama setahun. Kondisi LK umum yang pemasukannya berasal dari pengunjung menyebabkan tidak ada pemasukan selama LK tutup di masa pandemi dan tidak semua LK mampu membiayai operasional dan pakan satwanya.  Kondisi seperti ini yang banyak dihadapi oleh LK di Indonesia saat ini dan perlu kerja keras bersama semua pihak termasuk PKBSI." jelas Ir. Wiratno.

Untuk membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi LK, PKBSI telah menghimpun dana dari donatur-donatur untuk disalurkan kepada LK yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan terutama obat-obatan dan pakan satwa. Terdapat  81 LK di Indonesia dan di Yogyakarta terdapat 2 LK yakni GL Zoo dan Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY).

"Penutupan LK dari pengunjung umum berpengaruh terhadap operasional pakan dan obat-obatan. Untuk membantu mereka, KLHK juga telah mengalokasikan pakan dan obat-obatan bagi LK yang membutuhkan. Karena status satwa di LK adalah satwa di lindungi, sehingga pemerintah bertanggung jawab memastikan kondisi satwa tersebut dalam keadaan baik dan sehat. GL  Zoo telah berinovasi dengan tidak membuka donasi tapi tetap mempersilahkan masyarakat yang ingin membantu memberikan pakan untuk satwa-satwa yang ada di GL Zoo.” tutup Ir. Wiratno.

Sumber :  Balai KSDA Yogyakarta

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini