Produk Sehat Olahan Kelompok Tani Konservasi Balai TN Ujung Kulon

Senin, 11 Mei 2020

Labuan, 9 Mei 2020 – Proses kemitraan konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dilakukan sebagai upaya mengembalikan fungsi kawasan. Saat ini sudah terbentuk sebanyak 11 (sebelas) kelompok yang terdiri dari 7 (tujuh) Kelompok Tani Konservasi (KTK), 2 (dua) Kelompok Nelayan dan 2 (dua) kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).  Balai TN Ujung Kulon berupaya merangkul masyarakat melalui pemberian program peningkatan usaha ekonomi produktif. Pembinaan dan pemdampingan terus dilakukan oleh Balai TN. Ujung Kulon dan Kelompok binaan tersebut mengembangkan berbagai produk inovasi berbasis masyarakat, seperti minuman sehat (bandrek jahe merah), Madu Odeng Ujung Kulon, produk minyak (Virgin Coconut Oil dan Minyak Kletik), budidaya ikan air tawar, budidaya kambing, produk olahan seperti kripik pisang, sale pisang serta pembuatan gula semut aren. Beberapa diantara produk tersebut yakni bandrek jahe merah, VCO (Virgin Coconut Oil)  yang menjadi produk unggulan dan perlu mendapat dukungan dari pemerintah.

Masa pandemi covid-19 yang saat ini sedang terjadi cukup berdampak terhadap menurunnya usaha ekonomi masyarakat yang berakibat pada penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga diperlukan upaya pencegahan terhadap situasi tersebut melalui program peningkatan usaha ekonomi produktif masyarakat sekaligus mendorong upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran covid-19, Balai TN. Ujung Kulon melakukan langkah-langkah nyata dalam upaya membantu perekonian masyarakat di sekitar kawasan. Salah satunya adalah diwujudkan dalam bentuk pembelian produk-produk hasil hutan bukan kayu (HHBK).

“Bandrek Jahe Merah” ini merupakan produk minuman sehat dari Kelompok Tani Konservasi Resort Cibadak  terbuat dari jahe merah dan gula aren yang berkhasiat selain untuk menghangatkan tubuh juga mampu meningkatkan imunitas tubuh karena bahannya terbuat dari bahan alami.

“Virgin Coconut Oil (VCO)”merupakan produk minyak kelapa yang dibuat oleh Kelompok Tani Konservasi Resort Rancapinang, dibuat secara alami dengan fermentasi dingin tanpa ada bahan pengawet sehingga VCO mampu meningkatkan daya tahan tubuh terutama pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini.

“Madu Odeng Ujung Kulon” merupakan produk madu odeng asli Ujung Kulon yang diproduksi oleh Koperasi Hanjuang yang langsung diambil dari Pulau Panaitan sebagai salah satu kawasan konservasi di TN. Ujung Kulon. Madu Odeng Ujung Kulon  mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga imunitas tubuh.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh Balai TN.Ujung Kulon dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 ini adalah dengan memberikan bantuan untuk para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam penanganan covid-19 ini. Sebanyak 108 paket  madu odeng , bandrek jahe merah sebanyak 71 bungkus, minyak kletik sebanyak 14 botol diberikan kepada Pusat kesehatan masyarakat di 2 (dua) kecamatan Labuan dan Carita, dimana lokasi tersebut sebagai pintu masuk menuju kawasan dari arah Pandeglang dan arah Cilegon.

Salah satu misi pengelolaan TN. Ujung Kulon terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat adalah “Memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Keberadaan TN. Ujung Kulon yang memberikan manfaat yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat akan memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya hutan sehingga timbul kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan. “Masyarakat Ngejo Leuweungna Hejo”.

Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) secara geografis berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Cimanggu dan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten.  Daerah penyangga TNUK memiliki batas-batas di sebelah utara berbatasan dengan Selat sunda dan Kecamatan Cigeulis, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cibaliung, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda. Daerah penyangga TNUK mempunyai luas 22.875 Ha yang meliputi 19 (sembilan belas) desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu. Sebanyak 15 (lima belas) desa yang berbatasan langsung dengan kawasan.

Pemanfaatan lahan oleh masyarakat dikawasan TNUK sebagian besar berbentuk sawah/ladang dan kebun. Masyarakat telah memanfaatkan lahan tersebut secara turun temurun baik sebelum kawasan Gunung Honje ditetapkan menjadi bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon atau ketika kawasan tersebut berstatus hutan produksi yang dikelola oleh Perhutani. Selain sawah dan kebun, juga terdapat masyarakat yang bermukim di dalam kawasan. Berdasarkan SK Zonasi TN. Ujung Kulon No. 78 tahun 2017, total luas zona khusus adalah 50,15 Ha yang terletak di Tj. Lame, Lg. Pakis, Kp. Salam, Kp. Peteuy dan Kp. Ciakar serta Tj Layar. Zona khusus merupakan areal yang telah dihuni oleh masyarakat Desa Ujung Jaya (Lg Pakis, Kp. Salam dan Kp. Peteuy) serta Desa Rancapinang (Ciakar).

Sumber : Balai Taman Nasional Ujung Kulon 

Narahubung :

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon

Ir. ANGGODO, M.M – 081247349017

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini