Luas kawasan konservasi laut sampai dengan tahun 2015 telah mencapai 17,3 juta hektar. Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan kawasan konservasi mencapai 20 juta hektar pada 2020 mendatang. Langkah tersebut dianggap penting, mengingat kawasan konservasi laut berfungsi sebagai perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya laut. Selain itu berfungsi juga menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya laut.
“Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Indonesia pada dunia Internasional dikelola dan dimanfaatkan melalui sistem zonasi sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi nelayan kecil, masyarakat adat setempat dan masyarakat sekitar kawasan konservasi,” ujar Agus Dermawan, Direktur Konservasi dan Keanekeragaman Hayati Laut, pada diskusi yang bertemakan ”Saatnya Nelayan Kecil di Depan, Sebagai Mitra dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi” di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Rabu (17/2)
Fungsi dari konservasi tentunya akan berdampak langsung pada masyarakat. Saat ini terdapat 2,7 juta nelayan dan 95,6 persennya merupakan nelayan kecil yang beroperasi di sekitar pesisir pantai. Sejumlah nelayan tersebut harus bersaing dengan nelayan lain yang memiliki alat tangkap yang lebih canggih dan kapal yang lebih besar di perairan Indonesia. Nilai tambah dengan adanya kawasan konservasi laut bagi nelayan kecil, masyarakat adat setempat dan masyarakat sekitar kawasan adalah kemudahan dalam mengakses ruang pemanfaatan dalam kawasan konservasi .
“Keberlanjutan dan kelestarian kawasan konservasi laut tidak akan berlangsung tanpa adanya keikutsertaan nelayan kecil, masyarakat disekitar kawasan untuk ikut menjaganya,” jelas Agus Dermawan.
Untuk itu, lanjut dia adalah suatu hal yang wajar apabila kepada mereka diberikan hak-hak khusus kemudahan untuk ikut mengelola dan memanfaatkan kawasan konservasi itu. Melalui Program Kampanye Pride bagi Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) ini, KKP ingin menjadikan kawasan konservasi laut bermanfaat secara langsung bagi nelayan kecil.
“Khusus untuk kawasan konservasi laut, Program Kampanye Pride bagi PAAP dilakukan dengan cara pengembangan kapasitas melalui kerjasama dengan 15 lembaga mitra yang memangku 15 kawasan konservasi dari Sabang hingga Kaimana untuk periode 2014 – 2017,” tambah Agus, seraya menambahkan, kedepan, ada 15 kawasan ini akan menjadi model pengelolaan perikanan di Indonesia sehingga ke depannya dapat direplikasi di daerah lain.
Sementara itu, Vice President Rare Indonesia, Taufiq Alimi mengatakan, pihaknya sebagai mitra melalui kampanye Pride mempromosikan perubahan perilaku pada pengguna sumberdaya, pemangku kepentingan, pelaku pasar dan pembuat kebijakan di kawasan. Langkat tersebut untuk memperoleh komitmen serta aksi nyata terkait pengelolaan berkelanjutan dari kawasan konservasi dan sumberdayanya. Menurut Taufiq melalui Kampanye Pride-PAAP ini, para nelayan kecil menjadi jawaban dari tantangan saat ini melalui kapasitas pengorganisasian kelompok, pemahaman konservasi dan pengelolaan perikanan sehingga senantiasa patuh pada peruntukan zonasi di dalam setiap kawasan konservasi dan pada saat yang sama mampu mengelola akses area perikanan secara bertanggung jawab.
“Urgensi terhadap perlindungan konservasi laut di Indonesia meningkat seiring dengan tingginya praktik open access yang menimbulkan kompetisi dalam menangkap ikan di antara nelayan kecil,” katanya.
Taufiq menambahkan, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir mencapai 132 juta jiwa sehingga Indonesia menjadi produsen ikan hasil tangkapan terbesar ketiga di dunia dan 54 sumber protein masyarakat Indonesia bersumber dari laut. Indonesia juga memiliki jalur mangrove terbesar dan terumbu karang terluas kedua di dunia.
Senada dengan Taufik, Riza Damanik Ketua Nelayan Tradisional Indonesia mengatakan, ikan yang beredar dipasar Indonesia selama ini didominasi hasil tangkapan nelayan kecil. Sehingga, kawasan konservasi yang dicanangkan KKP hingga 20 juta hektar kedepan tentunya sangat mendukung kesejahteraan nelayan kecil.
“Kajian kami mengatakan, ikan yang kita nikmati di dalam negeri selama ini didominasi hasil tangkapan nelayan kecil. Sehingga, program konservasi ini memang memberikan dampak bagi nelayan,” pungkasnya.
Sumber: www.indopos.co.id