Selasa, 26 Januari 2016
Bogor - Selama ini Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah banyak melakukan upaya konservasi satwa liar, terutama satwa endemik Indonesia. Sebagai aksi untuk meningkatkan upaya tersebut, pada minggu ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggelar Workshop bertajuk Global Species Management Planning (GSMP) untuk tiga satwa endemik Indonesia yaitu Banteng, Anoa, dan Babirusa.
Sebagaimana diketahui, tiga satwa ini terus mengalami tren penurunan populasi dan terancam punah karena berkurangnya atau kerusakan habitat serta perburuan liar. Bahkan untuk Banteng di Jawa Timur seringkali diburu masyarakat karena dianggap merusak lahan pertanian dan perkebunan yang berada di sekitar Taman Nasional.
Direktur Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau yang juga Sekretaris Jenderal Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia mengatakan, workshop ini diselenggarakan atas kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Taman Safari Indonesia, Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), Perhimpunan Kebun Binatang se-Eropa (EAZA), Association Zoos & Aquariums (AZA) North America, IUCN Species Survival Commission (IUCN SSC), IUCN SSC Asian Wild Cattle Specialist Group (AWCSG), IUCN SSC Wild Pig Specialist Group (WPSG), serta didukung oleh beberapa kebun binatang dari seluruh dunia.
Acara ini diselenggarakan pada 25 – 30 Januari 2016 di Royal Safari Garden Hotel – Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Novianto Bambang ini bertujuan untuk menyelaraskan konservasi in-situ dan ex-situ Banteng, Anoa, dan Babirusa.
Pengelolaan spesies ini memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama secara global dan juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku di regional masing-masing. Hasilnya pun dapat menunjukkan keberlanjutan atau peningkatan upaya konservasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan pendekatan oleh satu regional saja. GSMP ini sangat diperlukan untuk mempermudah kegiatan pengelolaan populasi dan habitat spesies tertentu karena regional akan memperoleh dukungan luas dari berbagai Negara dan para ahli.
Dengan adanya kegiatan dan dukungan yang nanti diberikan secara global ini akan membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan populasi Banteng, Anoa, dan Babi Rusa sebesar 10% dari target dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.
Ketua Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) DR. H. Rahmat Shah mengatakan, khusus untuk species Anoa, Banteng dan Babirusa yang populasinya semakin kritis punah telah dilakukan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepahaman antara PKBSI, EAZA, AZA dan IUCN tentang "Pengelolaan terpadu species Anoa, Banteng, Babirusa dan habitatnya "GSMP".
"Tujuannya untuk mengadakan kegiatan serta menciptakan populasi ex-situ secara global (dunia) yang berkelanjutan untuk ketiga species tersebut yang secara efektif memberikan sumbangsih terhadap konservasi in-situ sesuai dengan Rencana Strategi dan Rencana Aksi (SRAK) Nasional yang telah ditetapkan pemerintah, juga untuk tujuan mempertahankan kemurnian genetik bagi ketiga species tersebut,” papar Rahmat.
Sumber: beritasatu.com
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0