Indonesia Rawan Pencurian Keanekaragaman Hayati

Selasa, 26 Januari 2016

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tachrir Fathoni mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Namun, kekayaan tersebut justru membuat tanah air menjadi negara rawan pencurian sumber daya alam.

"Setiap tahun semakin banyak jenis tumbuhan dan hewan yang menjadi langka dan juga terancam punah. Kami prediksi Peraturan Pemerintah Nomor 7 mengenai kelangkaan terhadap varian yang dilindungi bukannya menurun tapi malah meningkat," ujar Tachrir di Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Jakarta, Kamis (21/1).

Menurut dia, kasus pencurian ikan, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, perdagangan ilegal, dan perubahan iklim memberikan dampak pada keanekaragaman hayati. Jika kehilangan kekayaan itu terus berlanjut, kata Tachrir, hal tersebut bisa berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat.

"Dari data LIPI mencatat telah terjadi kehilangan ikan asli di sungai Ciliwung sebanyak 92,5 persen, dan sungai Cisadane sebanyak 75,6 persen dari tahun 1890 sampai tahun 2010. Kehilangaan salah satu sumber protein hewan ini akan berdampak pada kesediaan pangan lokal," jelas Tachrir.

Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati melalui rencana strategi Kementerian LHK tahun 2015-2019. Pertama, menjaga kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya dukung pengendalian pencemaran, pengelolaan daya alur sungai, keanekaragaman hayati, serta pengendalian perubahan iklim.

Kedua, menjaga luasan dan fungsi hutan dalam menopang kehidupan menyediakan hutan untuk kegiatan sosial ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora fauna serta spesies langka.

"Ketiga menjaga kulitas lingkungan hidup, menjaga hutan dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumber daya," pungkas dia.

Sumber: kompas.com

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 3.3

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini