Jumat, 29 November 2019
Rabu, 27 November 2019 - Bertempat di Auditorium Utama Gedung Manggala Wanabakti, Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) yang diwakili oleh Manajer Pemasaran Bpk. Jasryadi beserta 6 narasumber lainnya berbagi pengalaman kegiatan perhutanan sosial kepada para undangan yang terdiri dari sektor pemerintahan, swasta dan masyarakat adat seperti Kementerian LHK, Kemendagri, Kementerian Koperasi dan UKM, Kemen PDT Transmigrasi, Pejabat BUMN, Gubernur, Bupati Luwuk, beberapa LSM/ NGO, dan masyarakat adat dari berbagai wilayah di Indonesia.
Talk Show Perhutanan Sosial Nasional dengan tema “Berbagi Peran Untuk Perhutanan Sosial Juara” adalah salah satu rangkaian dalam kegiatan Perhutanan Sosial Nasional (PESONA) 2019 yang diselenggarakan oleh Dirjen PSKL dan mitra pada tanggal 27 – 29 November 2019, menghadirkan 7 narasumber yang dianggap berhasil melakukan kegiatan perhutanan sosial di daerahnya masing – masing salah satunya adalah APDS. Menurut Kang Miing, moderator acara mengatakan bahwa 7 orang yang ada didepan ini adalah motor – motor serangan perhutanan sosial yang harus diapresiasi karena mendorong perubahan perekonomian di daerah – daerah yang jauh dari kata sejahtera.
APDS sebagai organisasi pemungut madu hutan didalam kawasan konservasi Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) telah mendapat Surat Keputusan Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Konservasi (SK Kulin KK) dari Dirjen PSKL memproduksi madu hutan organik rata – rata sebesar 15 s/d 20 ton permusim, dalam satu tahun terdapat 2 musim panen yaitu bulan Februari - Maret dan September – Oktober.
“Dalam satu musim panen rata – rata APDS memiliki keuntungan 1 – 1,5 milyar Rupiah, hal ini tidak terlepas dari dukungan penuh taman nasional yang terus menerus melakukan fasilitasi, bantuan – bantuan peralatan dan pendampingan bagi kami untuk selalu maju berkarya” ujar Jasryadi dalam paparannya.
Dirjen PSKL Bpk. Bambang Suprianto meyakini bahwa “perhutanan sosial dan manfaatnya sdh dirasakan secara nyata oleh sekitar 6112 kelompok perhutanan sosial yang tersebar di Indonesia. Tidak hanya tokoh masyarakat dengan local wisdom nya kemudian ada pendamping yang luar biasa karena transformasi masyarakat yang berpikir secara tradisional dibawa kepada pengelolaan hutan lestari kemudian pemanfaatannya dilakukan melaui pendampingan yang berkelanjutan dari penyuluh kehutanan, pemerintah daerah dan LSM. Untuk mewujudkan transformasi masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari adalah pentingnya kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin bisa tercapai kalau kita lakukan secara sendiri – sendiri.
“Kegiatan ini adalah salah satu pekerjaan besar kita dalam merubah kiblat pengelolaan hutan, maka ini sangat penting sekali dan menjadi kerjaan kolektif dan kerjaan bangsa yang belum ada sejarahnya hutan untuk rakyat”, Wiratno Dirjen KSDAE
Sumber: Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danaun Sentarum
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0