Forum Suaka Margasatwa Paliyan, Bersama Mengelola Kawasan Dengan Lebih Baik

Jumat, 25 Oktober 2019

Yogyakarta 24 Oktober 2019. Pertemuan Forum Suaka Margasatwa (SM) Paliyan yang beranggotakan stakeholder terkait, kembali digelar Balai KSDA Yogyakarta Hari Selasa (22/10/19). Forum SM Paliyan merupakan wadah komunikasi antara BKSDA Yogyakarta dengan para pihak terkait dalam pengelolaan SM Paliyan.

Bertempat di Aula SM Paliyan, kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap 3 bulan ini membahas beberapa isu mengenai pengelolaan SM Paliyan, diantaranya terkait penanganan gangguan Monyet Ekor Panjang (MEP), patroli rutin bersama forum dan laporan pelaksanaan kerjasama pemulihan ekosistem oleh PT Rimba Partikel Indonesia (RPI).

Dalam laporannya, PT RPI menyampaikan upaya rehabilitasi tiada henti yang dilakukan untuk memulihkan kawasan SM Paliyan. Di mulai dari tahun 2017, Mitsui Sumitomo Insurance Group (MSIG) mulai menanam tanaman dengan jenis asli (native species karst). Kegiatan pemeliharaan dan penyiraman dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat lebih optimal.  Total luas lokasi yang telah ditanami dengan jenis native species karst 16 ha. Tahun 2017 menanam 11 ha dan 2018 menanam 5 ha.

Momentum pertemuan Forum SM Paliyan ini juga menjadi ajang perkenalan Kepala Balai KSDA Yogyakarta, M. Wahyudi yang sejak Bulan Agustus 2019 menjadi nahkoda baru Balai KSDA Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, Kepala Balai KSDA Yogyakarta mengingatkan kembali bahwa kawasan SM Paliyan merupakan role model pengelolaan kawasan konservasi. “Suaka Margasatwa Paliyan yang dikenal orang kawasan batu bertanah adalah role model dalam rehabilitasi kawasan konservasi yang dapat menjadi salah satu contoh pembelajaran rehabilitasi kawasan. Selain itu, sebagaimana arahan Dirjen KSDAE dalam pelaksanaan 3 pilar konservasi yang meliputi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan, hendaknya masyarakat mendapatkan manfaat dari pengelolaan kawasan konservasi ini. Untuk mewujudkannya kita bisa memegang konsep Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari.” Tutur M. Wahyudi. Lebih lanjut M. Wahyudi menjelaskan “Untuk dapat memayungi kegiatan forum Paliyan ini perlu adanya Surat Keputusan pembentukan forum dan AD ART dalam pengelolaan Forum Paliyan. Surar Keputusan ini tolong segera disusun agar forum memiliki susunan organisasi yang baik dan dapat mendukung tujuan lintas kerjasama dalam pengelolaan SM Paliyan. Saya sangat berharap forum punya peran yang lebih besar nantinya dalam membantu Balai KSDA Yogyakarta di dalam pengelolaan SM Paliyan ini.” Jelasnya.

Di sisi lain, Forum SM Paliyan yang sudah berdiri sejak tahun 2011 tersebut menginginkan adanya komunikasi dari Balai KSDA Yogyakarta kepada masyarakat Paliyan sampai di tingkat tapak. Forum juga mengharapkan Balai KSDA Yogyakarta merespon harapan masyarakat terkait pembangunan embung air oleh Dinas PUPR dan jalan dalam kawasan untuk mempersingkat akses antar desa, sehingga masyarakat juga dapat berperan serta dalam menjaga keamanan kawasan SM Paliyan.

Kepala Balai KSDA Yogyakarta merespon harapan forum tersebut dengan melakukan komunikasi yang lebih intensif dengan masyarakat Paliyan maupun forum Paliyan sehingga permasalahan yang masih terjadi dapat segera diselesaikan. Respon Kepala Balai ini sesuai dengan arahan Sekretaris Ditjen KSDAE beberapa waktu yang lalu yang meminta kesanggupan Kepala UPT lingkup Ditjen KSDAE untuk membangun komunikasi dan kerjasama para pihak dalam menghadapi tantangan permasalahan pengelolaan kawasan konservasi.

Di akhir pertemuan, peserta diajak untuk menyaksikan film singkat terkait Paliyan Wildlife Sanctuary (PWS) Project MSIG. Pesan yang disampaikan dari film tersebut adalah tantangan di Jepang terkait perubahan iklim yang memerlukan adanya komitmen bersama masyarakat untuk menjaga dan melindungi hutan. Prioritas yang diambil meliputi upaya pelestarian secara terus menerus dan upaya menurunkan tingkat pengerusakan lahan. Selanjutnya MSIG akan fokus pada keanekaragaman hayati. Pesan lain yang ingin disampaikan MSIG adalah latar belakang bisnis MSIG yang bergerak dibidang asuransi dengan penggunaan kertas yang banyak dalam penyusunan dokumen kotrak asuransi. Kesadaran bahwa bahan baku kertas yang digunakan berasal dari kayu, sehingga MSIG perlu berkontribusi pada masalah lingkungan seperti deforestasi, dan diputuskan Indonesia sebagai lokasi proyek rehabilitasi MSIG.

Sumber : Tessa Rossanda - Balai KSDA Yogyakarta

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini