Potensi Fauna Burung di area Pemetaan Grid wilayah Resort Ampel Taman Nasional Gunung Merbabu

Selasa, 08 Oktober 2019

Boyolali, 8 Oktober 2019. Data dan informasi mengenai persebaran tumbuhan dan satwa liar serta fitur alam lainnya dalam kawasan taman nasional merupakan unsur yang penting dalam pengembangan kebijakan konservasi dan sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Kelengkapan informasi merupakan faktor penting dalam menyusun rencana konservasi dan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan konservasi, dalam hal ini Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb). Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa salah satu fungsi Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional di wilayah kerjanya adalah penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Tindak lanjut yang dilakukan Balai TNGMb dalam penyediaan data dan informasi kawasan pada tingkat tapak yaitu melalui kegiatan pemetaan potensi kawasan dalam Grid atau Petak.

Tujuan kegiatan pemetaan potensi kawasan TNGMb dalam grid adalah memperoleh :

  1. Data dan dokumentasi jenis flora pada setiap tipe tutupan vegetasi;
  2. Data dan dokumentasi perjumpaan satwa pada setiap jenis tutupan vegetasi;
  3. Data dan dokumentasi fitur-fitur alami pada setiap grid/petak;

Kegiatan pemetaan pada grid/petak I16 telah dilaksanakan di wilayah Resort Ampel pada tanggal 2 – 5 Oktober 2019 dengan hasil sementara sebagai berikut :

Data potensi kawasan Grid I16 merupakan blok Kesowo Ngagrong yang tidak terdampak kejadian kebakaran hutan TNGMb yang terjadi sebelumnya. Secara umum, lokasi grid berada di sebelah timur blok Pandean atau blok Nglorok atau blok Tulangan yang dipetakan berupa lereng dengan topografi curam dan sebagian datar, beberapa punggungan yang bergelombang, dan terdapat jurang (sungai) Sabrangan dan berbatasan dengan jurang Sipendok (sisi utara).

Tipe tutupan vegetasi berupa hutan campuran berbagai jenis pohon dan tumbuhan bawah, serta jenis rumput/alang-alang. Jenis-jenis pohon yang mendominasi yaitu kesowo (Engelhardia serrata), pampung (Macropanax dispermus), krembi / waru gunung (Homalanthus gegantheus), pasang (Quercus spicata) dan wilodo (Ficus fistulosa). Jenis tumbuhan bawah meliputi kerinyu (Eupatorium inulifolium), candi, kerisan (Carex baccans), kremah, sengganen (Melastoma affine), pakisan, cakar ayam (Selaginella spp), meniran, rumput blabakan (Brachiaria mutica), alang-alang, bitingan, kadut, murbei, kerisan, dll.

Jenis satwa yang dijumpai umumnya adalah jenis-jenis burung (Elang hitam, Uncal loreng, Sepah hutan, Bentet kelabu, Cica koreng jawa, Sikatan belang, Kutilang, dll) serta menjadi habitat bagi Lutung budeng (Trachypithecus auratus) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Fitur alami yang ada berupa jurang dan badan sungai Sabrangan yang mengalir ke arah Pesanggrahan (wisata religi).

Dokumentasi perjumpaan satwa di Grid I16 berupa perjumpaan langsung dapat terlihat ketika burung yang diamati terbang maupun bertengger, sedangkan perjumpaan tidak langsung melalui suara atau feses. Perjumpaan langsung dibantu a lat kamera digital/prosumer yang digunakan oleh petugas survei/pemetaan grid. Potensi fauna burung di Grid I16 berada pada ketinggian antara 1900 s/d 2250 mdpl antara lain :

No

Nama Indonesia

No

Nama Indonesia

1

Anis gunung

15

Gelatik batu-kelabu

2

Ayam-hutan Hijau

16

Kacamata biasa

3

Bentet kelabu

17

Kacamata gunung

4

Caladi tilik

18

Kekep babi

5

Ceret gunung

19

Kepudang-sungu jawa

6

Ceret jawa

20

Kenari Melayu

7

Cica-kopi melayu

21

Kipasan ekor-merah

8

Cica-koreng jawa

22

Sepah gunung

9

Cikrak muda

23

Sikatan belang

10

Ciu besar / jawa

24

Sikatan bodoh

11

Cucak gunung

25

Sikatan ninon

12

Cucak kutilang

26

Srigunting kelabu

13

Elang hitam

27

Tekukur biasa

14

Elang jawa*

28

Uncal loreng

Total perjumpaan : 28 jenis

Perjumpaan jenis burung yang menarik perhatian adalah jenis Kenari melayu. Kenari melayu atau kenari gunung ini berukuran kecil (11 cm), warna kuning dan abu-abu. Burung jantan berdahi dan dada berpita kuning dan bercoret hitam, tunggir kuning terang, sayap hitam dengan mantel abu-abu, tenggorokan hitam, perut putih bercoret hitam. Sedangkan burung betina hampir mirip jantan tetapi tunggir kuning lebih suram dan dada kurang berbintik. Suara kicauannya bergemerencing pendek yang dikeluarkan sewaktu terbang dan juga punya cicitan metalik.

Data persebaran burung Kenari melayu di Pulau Jawa ditemukan di Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Gunung Slamet, Dieng, Gunung Lawu dan pegunungan Tengger. Tidak banyak informasi penelitian jenis burung ini, sehingga sangat potensi akan perjumpaannya di wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu. Burung ini mempunyai kebiasaan sendiri dan berkelompok kecil, mereka bergerombol di puncak semak-semak hutan, di padang rumput alpin juga hinggap di tanah.

Data (baseline) perjumpaan satwa (khusus burung) di Grid I16 ini sangat penting dan bermanfaat bagi pengelolaan kawasan taman nasional dan memberikan input perencanaan TNGMb selanjutnya. Disisi lain peran serta lembaga penelitian (baik pemerintah, swasta dan lembaga masyarakat) perlu ditingkatkan guna memberikan input yang lebih detail dan luas lagi, bahkan dimungkinkan ke arah perkembangbiakan eksitu dan insitu (penangkaran) yang diikuti pemberdayaan masyarakat setempat.

Sumber: Jarot Wahyudi, S.Hut, M.URP (PEH Pertama)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini