Ketika Kepala Balai KSDA Yogyakarta Merespon Kelompok Tani di Karangasem Paliyan

Jumat, 04 Oktober 2019

Yogyakarta 4 Oktober 2019 - Suaka Margasatwa (SM) Paliyan, salah satu kawasan konservasi yang berada di ujung selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagi yang sudah mengenal SM Paliyan, tentu akan membayangkan bagaimana batu bertanah yang berhasil direstorasi hingga menjadi hutan kembali. Untuk mewujudkan Paliyan berhutan kembali diperlukan adanya sinergisitas antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

Balai KSDA Yogyakarta selaku pemegang mandat pengelolaan kawasan konservasi SM Paliyan menyadari keberadaan masyarakat sekitar kawasan ini. Beberapa program pemberdayaan masyarakat  telah  diupayakan untuk mendorong kemandirian masyarakat melalui pendampingan dan pembinaan 4 (empat)  Kelompok Tani Hutan (KTH) Binaan Balai KSDA Yogyakarta di SM Paliyan yakni KTH Sodong Makmur, KTH Ngudi Lestari, KTH Petak 136 dan KTH Wana Raharja. Pada tahun 2019 ini salah satu kelompok tani tersebut terpilih sebagai KTH yang menerima peningkatan kelas yakni KTH Sodong Makmur Desa Karangasem Kecamatan Paliyan Gunung Kidul.

Kepala Balai KSDA Yogyakarta M. Wahyudi, secara khusus menjadwalkan hadir di kegiatan pertemuan rutin kelompok Sodong Makmur yang bertempat di Sekretariat Kelompok, Dusun Karangasem A, Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, hari Senin (30/9/19). Dikemas dalam suasana santai, Kepala Balai KSDA Yogyakarta meniadakan jarak dengan masyarakat, bercengkrama dan duduk bersama menggali lebih detil potensi dan permasalahan di tingkat kelompok.

Kepala Balai KSDA Yogyakarta memahami keresahan masyarakat Desa Karangasem yang bersemangat dalam budidaya tanaman hortikultura namun terkendala ketersediaan air untuk pengembangan hortikultura tersebut dan meminta bantuan Balai KSDA Yogyakarta untuk membantu memenuhi kebutuhan sumur bor. Permintaan tersebut tidak serta merta langsung dipenuhi, dengan cermat Kepala Balai KSDA Yogyakarta mengajak kelompok tani untuk ground check di lapangan dan melihat secara langsung seperti apa kondisi yang ada di lapangan. Melalui ground check tersebut, M. Wahyudi melihat langsung bagaimana masyarakat Karangasem yang kesulitan air mampu menerapkan sistem “PAM Desa” yang sumber airnya berasal dari sumur bor desa, sehingga semua masyarakatnya bisa mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sistem “PAM Desa” ini sudah berlangsung sejak lima tahun yang lalu dan masih berjalan dengan tertib hingga saat ini.

Kepala Dusun Karang Asem A, Sarjono  sangat antusias menanggapi keinginan ground check Kepala Balai KSDA Yogyakarta. “Baru Bapak yang bersedia turun langsung ke lapangan sejak Kelompok Tani Sodong Makmur ini berdiri.” tuturnya. “Untuk ketersediaan air minum dan kebutuhan sehari-hari sudah bisa terpenuhi dari sumur bor desa, namun untuk mendukung pertanian kami kesulitan karena tidak ada airnya” lanjut Sarjono.

Membaca keinginan yang kuat dari masyarakat Desa Karangasem dan belajar dari pengalaman mereka menjalankan “PAM Desa”,  menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan pembahasan terkait rencana penyediaan sumur bor di Karangasem.

Selain permasalahan sumur bor, kelompok tani juga menyampaikan mengenai kendala keterbatasan akses pupuk kimia bersubsidi. Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Balai KSDA Yogyakarta memberikan arahan masyarakat agar dapat memanfaatkan kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan. Untuk kedepan dapat ditindaklanjuti dengan koordinasi ke Gembira Loka Zoo yang telah mampu memproduksi pupuk organik dari kotoran gajah dan satwa lainnya.

Balai KSDA Yogyakarta akan mengajak Sumitomo forestry yang selama ini melakukan restorasi di SM Paliyan untuk mendukung rencana pembuatan sumur bor dan bak penampungan air untuk pertanian, dan untuk pengolahan pupuk kandang akan mengajak Gembira Loka Zoo dengan program CSR nya yang sudah memproduksi pupuk kandang. "Saya sudah sampaikan ke Pak Gunawan dari pihak Sumitomo Forestry dan beliau merespon positif akan membantu kita. Begitu juga saya sudah sampaikan kepada Pak Direktur Gembira Loka Zoo, dan disanggupi untuk membantu kita. Kedepannya diharapkan beberapa hasil pertanian dari Karangasem ini bisa di ambil oleh Gembira Loka Zoo." lanjut Wahyudi.

Lebih lanjut dijelaskan dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek pengelolaan diharapkan bisa dicari solusi permasalahan yang selama ini belum bisa diselesaikan.  “Penghormatan terhadap masyarakat sekitar kawasan jika diwujudkan dengan cara yang tepat akan menjadi kekuatan eksternal yang siap bahu membahu memelihara kawasan SM Paliyan, itu yang disebut pak Dirjen KSDAE dengan nguwongke uwong. Masalah itu penyelesaiannya ada di tempat masalah itu, bukan di kantor, di kampus atau di acara seminar-seminar,  tutup Wahyudi.

 

Sumber : Siti Rohimah (Penyuluh Balai) - KSDA Yogyakarta

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini