Peningkatan Kapasitas Penanganan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Jumat, 06 September 2019

BANJARBARU, 3 September 2019 – Bertempat di Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Banjarbaru personil satgas penanganan konflik satwa lingkup BKSDA Kalsel serta beberapa perwakilan dari instansi Dinas Kehutanan Prov. Kalsel, Dinas Pemadam Kebakaran Kab. Kotabaru, perusahaan tambang batubara, LSM lokal Gahipta, dan PLTU pembangkit Asam-Asam menghadiri pelatihan penanganan satgas konflik manuasia dan satwa liar.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam penanganan konflik manusia dan satwa. Paparan materi yang dipandu Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Banjarbaru, M. Ridwan Effendi, S.Hut, M.Sc. ini mempanelkan tiga pembicara yaitu Kepala BKSDA Kalsel, Peneliti dari Balitek KSDA, dan dari Yayasan Kalaweit Indonesia.

Dalam paparannya, Kepala Balai Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M.Sc menyampaikan bahwa dinamika konflik manusia dan satwa liar di Kalsel dari tahun ke tahun mempunyai tren yang semakin meningkat. “Ini perlu dianalisis lebih mendalam.” Imbuhnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa satwa liar tidak semuanya berada di hutan konservasi maupun hutan lindung, tetapi sebagian berada di luar kawasan konservasi yang rentan dikonversi. “Hal inilah yang menuntut peran serta semua pihak dalam penanganan konflik manusia dengan satwa liar ini.” Terang Mahrus.

drh. Amir Ma’ruf, M.Sc, peneliti dari Balitek KSDA Samboja menyampaikan bahwa perlu mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa sebagian besar satwa itu adalah hama. “Satwa liar tidak akan menyerang manusia jika ia tidak merasa terganggu.” imbuhnya.

Terkait konflik satwa Owa, pihak Kalaweit membeberkan bahwa perlu waktu yang cukup lama untuk merehabilitasi Owa hasil peliharaan. Yang menjadi kendala di Kalaweit saat ini adalah lokasi realease yang sangat terbatas. Owa memiliki daerah jelajah kurang lebih 50 ha untuk satu keluarga. Ketika ia mendengar suara Owa asing atau Owa baru, instingnya akan mencari dan membunuh Owa baru yang dianggap kompetitornya. “Jangan sekali-kali me-realease Owa di lokasi yang sudah ada  Owa lain didalamnya.” pesan drh. Andi Sofyan dari Yayasan Kalaweit Indonesia.

Antusias peserta terlihat dari beberapa pertanyaan yang menyampaikan kendala di lapangan terkait penanganan konflik satwa liar. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan praktek handling satwa dan penggunaan senjata bius untuk penanganan satwa. Hal ini dipandang penting karena masih sedikit tenaga ahli yang mampu mengoperasikan senjata bius maupun handling satwa.

Pengetahuan baru seputar bagaimana penanganan satwa diharapkan mampu menambah wawasan dan kemampuan anggota satgas sehingga lebih sigap dalam penanganan satwa untuk penyelamatan satwa maupun untuk keamanan anggota tim satgas itu sendiri.

Source & Doc. by : Titik Sundari, S.Hut (PEH BKSDA Kalsel)                                                                         

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini