Menyamakan Persepsi dan Strategi Untuk Menanggulangi Api

Jumat, 30 Agustus 2019

Jumat, 30 Agustus 2019 - Upaya penanggulangan kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) masih jauh dari kabar menggembirakan. Kombinasi berbagai faktor semacam iklim, cuaca, jarak titik api, minimnya sumber air, terbatasnya peralatan dan sumber daya manusia menjadikan usaha penanggulangan kebakaran di darat sangat terkendala. Perkembangan terakhir, konsentrasi titik api dan kebakaran hutan berada di 2 lokasi yaitu Resort Telaga Pulang SPTN Wil I di Pembuang Hulu dan SPTN Wilayah III Tanjung Harapan dengan area terdampak mengalami peningkatan cukup signifikan.

“Hingga saat ini, hasil digitasi diatas peta yang dilakukan GIS officer kami menyatakan kurang lebih 239 hektar area TNTP terdampak kebakaran hutan dengan mayoritas tutupan lahan semak belukar. Luasan tersebut belum final mengingat api masih membakar di 2 area yang saat ini jadi konsentrasi munculnya titik api dan kebakaran hutan. Upaya Balai TNTP dalam melakukan penanggulangan sudah sangat optimal dalam seminggu terakhir, akan tetapi karena upaya mandiri belum berhasil maka kami segera akan meminta dukungan personil dan peralatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Barat dan Manggala Agni Daops Pangkalan Bun, serta tetap mengharapkan dukungan Water Bombing dari Satgaskarhutla Kotawaringin Barat,” demikian pernyataan Eko Susanto,S.Si, M.A, M,Ec.Dev, KSBTU Balai TNTP seusai memimpin rapat internal penanggulangan karhut TNTP pada kamis, (29/08/2019).

Kerusakan kawasan yang terjadi pada kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015 lalu nampaknya juga berandil dalam kebakaran tahun ini. Sisa-sisa tunggak, dahan dan ranting pepohonan yang tumbang diatas gambut yang kering menjadi bahan bakar sempurna bagi api untuk menjalar. Ditambah alang-alang dan semak belukar yang tumbuh sebagai pionir di lantai hutan bekas terbakar, maka kecepatan api membakar akan sulit untuk ditanggulangi. Sesuai dengan analisis potensi kemudahan terjadinya kebakaran Satgaskarhutla Kalimantan Tengah, bahwa wilayah Taman Nasional Tanjung Puting dan sekitarnya berada pada zona merah, yaitu “Sangat Mudah Terbakar dan Sangat Sulit Pengendaliannya”.

Sekali lagi, sangat penting untuk menjaga dan merestorasi fungsi hidrologi kawasan TNTP karena keberadaan air tanah salah satunya berfungsi untuk menjaga kelembaban di lantai hutan, khususnya di areal yang bergambut, utamanya untuk menjadi penghalang terjadinya kebakaran besar disaat kemarau. Prediksi BMKG menyatakan puncak kemarau akan terjadi di bulan september, sehingga jika tidak bijak dalam penggunaannya, api akan sangat merugikan. Masih terbuka kesempatan bagi seluruh otoritas terkait bersama seluruh lapisan masyarakat untuk saling menghimbau dan mengingatkan agar tidak menggunakan api dalam aktifitas-aktifitas pembukaan lahan untuk ladang, kebun, dan pemukiman agar langit menjadi biru, dan bernafas tetap lega.

 

Sumber: Balai TN Tanjung Puting

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini