Peduli Keletasrian BAJAKAH, Danrem 102/Panju Panjung ke TN Sebangau

Senin, 19 Agustus 2019

Palangkaraya, 19 Agustus 2019. Taman Nasional Sebangau (TNS) mendapatkan kunjungan tamu istimewa yakni Bapak Komandan Korem (Danrem) 102/Panju Panjung, Kolonel Arm Saiful Riza (16/8). Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan observasi terhadap keberadaan bajakah di TNS selain itu merupakan wujud nyata dukungan beliau terhadap kelestarian bajakah yang sedang viral beberapa hari belakangan ini. Seperti yang kita ketahui sejak munculnya pemberitaan mengenai bajakah, banyak masyarakat Kalimantan Tengah yang mencari bajakah untuk dikonsumsi secara pribadi maupun untuk diperjual belikan karena dianggap mampu menyembuhkan penyakit kanker berdasarkan hasil temuan tiga pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Palangka Raya.

Dalam observasinya, Danrem 102/Panju Panjung didampingi oleh Lisna Yulianti (Ka SPTN Wil I), Kapten Inf Suradi dan masyarakat asli Dayak setempat yang merupakan pengenal jenis tanaman obat. Salah satu wilayah TNS yang menjadi lokasi observasi adalah Sungai Koran yang masuk ke dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I. Rombongan berjalan kaki masuk ke hutan untuk mengamati bajakah di alam liar serta melihat jenis-jenis bajakah yang ada di TNS.

Bajakah dikenal sebagai tumbuhan yang hidup di ekosistem gambut dan dapat kita temui keberadaannya di dalam kawasan TN Sebangau. Dari penjelasan masyarakat asli Dayak setempat yakni Bapak Jumadi, arti bajakah sendiri dalam Bahasa Dayak adalah tumbuhan merambat. Bajakah memiliki jenis yang beraneka ragam sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai manfaat masing-masing jenisnya. Tidak hanya batangnya saja yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tetapi daunnya juga berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit seperti kanker. Dalam pemanfaatannya, daun bajakah yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit adalah daun yang masih segar.

Bapak Jumadi menjelaskan bahwa terdapat kearifan lokal yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Dayak ketika akan mengambil bajakah dari alam, terdapat ritual khusus diantaranya adalah harus permisi terlebih dahulu sebelum mengambil, posisi badan ketika mengambil tidak boleh menutupi arah cahaya matahari, dan pada umumnya masyarakat Dayak percaya bahwa mereka perlu mengganti bajakah tersebut dengan paku dan garam. Tidak hanya itu, masyarakat Dayak juga percaya bahwa pengambilannya juga hanya diperuntukan bagi yang sedang menderita penyakit, jadi bukan pengambilan secara besar-besaran seperti yang terjadi pada saat ini. Bapak Jumadi juga menambahkan bahwa terdapat juga jenis bajakah yang mengandung racun, oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan ketika mengkonsumsi bajakah.

Dari hasil observasi ke TN Sebangau, Danrem 102/Panju Panjung mengimbau kepada seluruh masyarakat agar bijak dalam menanggapi isu terkait bajakah. Teliti dahulu sebelum mengkonsumsi bajakah, karena bajakah sendiri banyak sekali jenisnya di alam dan diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kegunaan dari masing-masing jenis bajakah. Jika ingin memanfaatkan bajakah sebagai obat tradisional maka perlu pendampingan dari orang yang yang berkompenten di bidangnya. Danrem 102/Panju Panjung juga menambahkan “Mengingat TN Sebangau merupakan hutan konservasi yang perlu dijaga kelestariannya oleh karena itu tidak diperbolehkan adanya pengambilan bajakah dari dalam TN Sebangau, kita harapkan berbagai jenis bajakah dan jenis tumbuhan berkhasiat lainnya dapat hidup dengan lestari di TN Sebangau sehingga dapat menjadi cadangan plasma nutfah bagi generasi penerus kita kelak” 

Sumber : Balai Taman Nasional Sebangau

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini