Sabtu, 15 April 2017
Kapuas Hulu, 15 April 207. Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial yang dipimpin oleh Rasyidah, SP., M. Si (Kepala Seksi Koridor Hidupan Liar), Rudiono dan Roy Darmawan melakukan diskusi dan kunjungan lapangan dengan para mitra seperti KOMPAKH (Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu), Forum DAS Labiyan-Leboyan dan ASPPUK (Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil) pada hari Kamis - Sabtu tanggal 13 - 15 April 2017. Rombongan didampingi oleh Sarwono, S. Hut (Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan, Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum)
KOMPAKH yang merupakan NGO lokal telah konsisten dalam memajukan pariwisata di Kapuas Hulu. Pengembangan destinasi dan media pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di kawasan penyangga TNBK dan TNDS sebagai upaya pengembangan alternatif ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan program yang sudah dikerjakan KOMPAK di Dusun Meliau, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar dan Dusun Sadap, Desa Menua Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu, Kapuas Hulu cukup berhasil.
Forum DAS Labiyan-Leboyan bersama masyarakat sudah merestorasi pinggiran DAS Labian-Leboyan di sepanjang Desa Sungai Ajung dan Desa Labian berbasis masyarakat, dengan melakukan pembangunan kebun bibit seluas 0.03ha untuk pengadaan bibit di 100 ha dan telah melakukan penanaman di lahan seluas 96 hektar.
Sedangkan ASPPUK fokus dalam pengembangan hasil hutan bukan kayu melalui pelestarian tumbuhan pewarna yang berperspektif gender dan berkelanjutan di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Kami berkesempatan untuk mengunjungi Desa Binaan ASPPUK di Rumah Betang Klawik Desa Mensiau, Kec. Batang Lupar, Kab. Kapuas Hulu.
Masyarakat sudah melakukan penanaman tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami disekitar Rumah Betang supaya dapat berkelanjutan. Pewarna alami ini kaya akan jenis warna dan menghasilkan warna yang cukup tajam. Pak S. Berasap selaku Kepala Desa Mensiau sudah dapat membuat pewarna alami tingkat dasar, namun ingin belajar lagi teknik membuat warna tingkat lanjutan, sehingga berharap ada mitra yang memfasilitasi keinginan tersebut saat diskusi hangat di Rumah Betang Klawik.
Ibu Rasyidah sangat mengapresiasi para mitra dan masyarakat yang sudah banyak berkontribusi dalam menjaga kelestarian koridor TNBK dan TNDS. Meningat pentingnya koridor TNBK dan TNDS bagi kelestarian flora dan fauna serta masyarakat maka diharapkan kawasan dapat ditetapkan menjadi kawasan ekosistem esensial. Kalau kawasan sudah ditetapkan menjadi kawasan ekosistem esensial maka pemerintah pusat dan daerah dapat mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan pungkasnya.
Kabuaten Kapuas Hulu merupakan kabupaten konservasi yang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten yang memiliki luas 31.162,75 KM2 dan lebih dari setengahnya merupakan kawasan hutan. Secara umum Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur yang terdiri dari 23 kecamatan.
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Koridor Labiyan-Leboyan antara Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) yang merupakan kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan lingkungan. KSK Koridor Labiyan-Leboyan antara TNBK dan TNDS ini sedang dirancang menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Diharapkan dengan terbitnya perda akan memperkuat status hukum dan kelola KSK tersebut.
Sungai Labiyan yang berhulu di bawah ujung barat kawasan TNBK dan mengalir menuju TNDS merupakan penyuplai utama danau sentarum. Sungai dengan panjang sekira 171 km melintasi 8 desa dan 20 kampung ini memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Selain kebutuhan pokok akan air masyarakat sekitar memanfaatkan sungai ini sebagai tempat mencari ikan.
Fauna yang terdapat di Koridor Labiyan-Leboyan antara TNBK dan TNDS ini juga cukup banyak dan beberapa dilindungi seperti Orangutan (Pongo pygmaeus pygmeaus) sedangkan Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus) yang dianggap sakral bagi Suku Dayak Tamambaloh. Sedangkan flora yang terdapat dikoridor ini cukup beragam, diantaranya dimanfaatkan oleh masyarakat dayak sebagai pewarna alami seperti Rengat padi (Indigofera tinctoria), Rengat Akar (Unident), Jangau (Aporosa lunata(Miq.) Kurz), Mengkudu (Morinda citrifolia), Empait (Clerodendum sp), Engkerbai (Srylocoryne spp), Engkerbai Laut (Asystasia gangetica (L.) Anderson). Pewarna alami ini biasanya digunakan untuk mewarnai kerajinan tangan seperti Baju, Syal, Tas, Dompet dan Gelang.
Sumber Info : Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5