Senin, 14 Januari 2019
Cibodas, 14 Januari 2019. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu kawasan konservasi in situ di Jawa Barat dan karena nilai keanekaragaman hayati dan jasa lingkungannya bagi masyarakat sekitar telah ditetapkan sebagai cagar biosfer sejak tahun sejak tahun 1976. Salah satu prinsip konservasi yang berkembang tidak hanya pengawetan jenis keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, tetapi juga memberikan akses yang tepat dalam pemanfaatan secara lestari.
Posisi strategis TNGGP sebagai core zone Cagar Biosfer Cibodas, menuntut harmonisasi antara kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem yang terkandung di dalamnya dengan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Salah satu masalah yang dihadapi adalah semakin menyempitnya lahan pertanian garapan masyarakat sekitar kawasan karena semakin bertambahnya kegiatan alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau penggunaan lainnya. Kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan gangguan ke dalam kawasan. Oleh karena itu perlu dikembangkan strategi pemanfaatan sumberdaya hayati yang tidak mengganggu keberadaan populasi dan ekosistem di dalam kawasan, namun dapat membantu mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat sekitar kawasan.
Salah satu potensi sumberdaya hayati yang terdapat di TNGGP adalah tumbuhan dari marga Hoya (Apocynaceae: Asclepiadoideae). Tumbuhan Hoya saat ini semakin populer dimanfaatkan sebagai tanaman hias, di samping memiliki manfaat sebagai sumber bahan obat, sekaligus penyerap polutan/ racun dalam ruangan maupun bahan industri kosmetik. Secara ekologis, Hoya sebagai tumbuhan epifit turut menyumbang biomasa dan penyerapan karbon tanpa menambah penggunaan lahan, dan fungsi ekologis yang tidak kalah penting terkait asosiasinya dengan serangga penyerbuk maupun semut.
Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2012), terdapat 10 jenis Hoya di TNGGP, dan jumlah jenis terbanyak terdapat di resort Bodogol. Jenis-jenis tersebut juga terdapat di jalur interpretasi Bodogol, sehingga kekayaan jenis Hoya tersebut dapat dimanfaatkan secara terintegrasi sebagai alternatif peningkatan ekonomi masyarakat di desa penyangga melalui pengembangan ekowisata Hoya. Pengembangan ekowisata Hoya di TNGGP difokuskan di resort Bodogol, Bidang Pengelolaan Taman Nasional wilayah III Bogor. Selain itu wilayah Resort Bodogol juga merupakan wilayah percontohan sebagai Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) dan sebagai stasiun Penelitian yang tentunya pengembangan ekowisata Hoya di Bodogol akan selaras dengan fungsi tersebut.
Dengan cita-cita bertajuk “Bodogol Kampung Hoya”, masyarakat Kampung Bodogol, Desa Benda salah satu desa penyangga TNGGP, bersemangat untuk mengembangkan Bodogol sebagai Kampung Wisata Hoya. Kegiatan integrative yang akan dikembangkan adalah 1) membangun Hoya Center di Kampung Bodogol (Babakan Kencana), yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran budidaya Hoya, 2) Hoya tour, kombinasi perjalanan wisata dari Hoya Center sampai ke trail Hoya endemik di dalam kawasan PPKAB, 3) pembuatan souvenir Hoya yang melayani pembelian Hoya baik oleh pengunjung maupun rencana kerjasama dengan Hotel Resort Lido dalam melayani “wedding package”.
Saat ini telah dibudidayakan kurang lebih lima jenis Hoya dengan kurang lebih 1.500 bibit di masyarakat yang tergabung dalam FORUM HOYA, yang didirikan pada tanggal 12 Juli 2018. Kegiatan ini berada dalam pembinaan Balai Besar TNGGP, Bidang III Bogor yang bekerjasama dengan ahli Hoya dari Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya LIPI Bogor, Dr. Sri Rahayu. Untuk mewujudkan cita-cita “Bodogol Kampung Hoya”, Balai Besar TNGGP juga telah menjalin kerjasama dengan PT. MNC dan tentu saja dengan Desa Benda.
Sumber: Badiah - Sri Rahayu - Nidia, Balai Besar TN GGP
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0