Learning by Doing, Mengolah Nira Kolaborasi Bersama Masyarakat

Jumat, 11 Januari 2019

Benua Martinus, 10 Januari 2018. Berlokasi di rumah produksi Enauku di Dusun Bukung, Kecamatan Embaloh Hulu, kedatangan staf TNBKDS dari Bidang PTNW I Mataso disambut hangat oleh salah satu pengelolanya, Pak Simeon. Kesediaan Pak Meon untuk berbagi pengetahuannya kepada tim dari TNBKDS sungguh tak disangka karena bagi kami hal ini merupakan satu pelajaran yang sangat berharga namun bisa kami dapatkan dengan cuma-cuma. Rumah produksi yang kini dikelola oleh Pak Simeon dan seorang temannya tampak sepi dengan beberapa tungku kosong yang tak digunakan. Hanya dua tungku yang menyala pada saat itu satu tungku dinyalakan untuk memasak nira dan tungku lainnya untuk menyalai (memanasi gula yang sudah dicetak). Pria kerap dipanggil pak meon ini mengungkapkan bahwa penghasilannya yang dianggap kurang mencukupi, membuat enam orang temannya yang dulu menjadi rekan kerjanya hengkang dari tempat produksi tersebut. 

Kedatangan staf Bidang PTNW I Mataso seperti Prabowo, Rizki dan Ahmad supriyadi ke tempat produksi tersebut bertujuan belajar secara langsung mengenai pembuatan gula aren yang masih menggunakan cara dan bahan tradisional. Hal tersebut dinilai sebagai bahan pembelajaran teknis dan prospek bisnis dari gula aren untuk memotivasi masyarakat lain disekitarnya terutama di daerah penyangga kawasan BPTNW I yang tentu saja mempunyai kultur yang tidak jauh berbeda. Pelatihan dan pemberian bibit unggul dari tomohon pernah dilakukan oleh Bidang PTNW I Mataso untuk daerah penyangga yaitu Desa Sadap yang jaraknya tidak jauh dari Desa Benua Martinus.

Keahlian membuat gula aren di Suku Tamambaloh di Desa Martinus, Kecamatan Embaloh Hulu ini sudah dimiliki oleh nenek moyang mereka dan diwariskan secara turun temurun. Bahan-bahan pengolahannya pun masih sederhana dan modifikasi hanya dilakukan pada tungku pembakaran dan pengemasan siap jualnya saja sedangkan resep-resep dan alat produksi masih bersifat tradisional. Misalnya, mereka masih menggunakan lilin madu (lilin yang dibuat dari sarang lebah yang sudah ditinggalkan oleh koloninya) sebagai bahan campuran, kemudian menggunakan cetakan terbuat dari bambu, menggunakan kulit labu untuk wadah pembagi adonan gula, pemasakan menggunakan tungku berbahan bakar kayu, penumbuk untuk gula semut yang terbuat dari kayu dan teknis lainnya yang menjadi resep rahasia pengolahan gula aren mereka.

Pak meon sendiri sudah sejak usia 9 tahun mengolah Enau menjadi gula. Berbekal pengalaman dan pengetahuan secara turun temurun dari orang tuanya, dirinya mempelajari teknik pembuatan gula aren secara tradisional. Hingga sekarang beberapa modifikasi telah dilakukan namun tidak meninggalkan resep-resep yang diturunkan dari orang tuanya. Pak Meon juga mempunyai kepiawaian untuk menakar keasaman air Enau tanpa formulasi khusus sehingga gula aren yang dibuatnya mempunyai kualitas yang terjaga. Walaupun Pak Meon bisa mengolah gula aren sendiri namun Pak Meon juga mempunyai mimpi untuk membesarkan usaha ini sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di Dusun Bukung. Hal inilah yang membuatnya bertahan di tempat produksi ini, meskipun penghasilan yang menurutnya pas-pasan namun dia berharap dengan membesarkan nama produk gula arenEnauku suatu saat akan menjadi salah satu entitas dusunnya dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di dusunnya.

Pohon aren (arena pinata) yang tumbuh subur di daerah penyangga kawasan TNBKDS khususnya Bidang PTNW I Mataso selama ini lebih sering dimanfaatkan untuk pembuatan arak / laru yang bukan hanya untuk dikonsumsi sendiri namun juga menjadi buah tangan untuk kerabat dan sanak saudara yang berkunjung ke rumahnya. Sebagai bentuk keramahan dan sambutan hangat sudah menjadi budaya bagi mereka untuk menyuguhkan minuman arak / laru tersebut. Sedangkan di setiap acara hajatan adat menyediakan arak termasuk hal wajib bagi masyarakat di sekitar kawasan DAS Embaloh ini. Pengenalan produk alternatif seperti ini akan terus disemarakkan terutama bagi masyarakat desa penyangga guna peningkatan taraf hidup mereka sehingga interaksi dengan kawasan pun semakin berkurang. “Kami sudah membuat langkah awal ke arah produk alternatif gula aren melalui bantuan bibit PohonEnau unggul dari Tomohon untuk selanjutnya kami akan lebih mendalami lagi teknisnya guna menjaga kualitas produk yang akan dikembangkan nantinya. Harapan kami produk ini dapat menjadi salah satu produk unggulan binaan BBTNBKDS yang bisa dikolaborasikan dengan pemanfaatan biogas”, tegas Junaidi selaku Kepala Bidang PTNW I Mataso di BBTNBKDS.

  

Sumber: Balai BTN Betung Kerihun dan Danau Setarum

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini