Melihat Dari Dekat

Senin, 31 Desember 2018

Sidoarjo, 29 Desember 2018. Seksi Konservasi Wilayah (SKW) dan Resort Konservasi Wilayah (RKW) Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan ujung tombak pengemban tugas dan pelaksana kegiatan bidang konservasi di lapangan. Keberadaannya perlu mendapat perhatian, baik dari sisi sarana dan prasarana maupun sisi sumberdaya manusianya. Untuk menuju pengelolaan konservasi berbasis resort, seorang pimpinan wajib mengetahui kondisi nyata dilapangan, selain mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang ada di SKW dan RKW serta kawasan konservasi yang dikelola, secara moril akan dapat menumbuhkan semangat kerja bagi para staf di SKW dan RKW dalam melaksanakan tugas.

Menjelang penghujung tahun 2018 tepatnya tanggal 27 Desember 2018, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Dr. Nandang Prihadi, S. Hut., M.Sc. melakukan kunjungan kerja di Kantor Seksi Konservasi Wilayah 2 Bojonegoro. Kepala Balai Besar melakukan pemeriksaan kondisi kantor SKW 2 Bojonegoro, hasilnya cukup memprihatinkan, beberapa bagian atap mengalami kebocoran dan diperintahkan agar tahun 2019 dilakukan rehabilitasi. Kerapian bangunan paling tidak cermin dari kinerja, bagaimana bisa menjaga dan memelihara kawasan konservasi, jika bangunan kantornya compang-camping (*red)

Selanjutnya melakukan koordinasi dengan Perum Perhutani KPH Parengan dan dilanjutkan dengan mengunjungi unit penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis) KPH Parengan yang berlokasi di BKPH Malo. Administratur /KKPH Parengan, Badaruddin, S. Hut menyampaikan kepada Kepala Balai bahwa banyak yang berminat untuk membeli Rusa Timor tersebut. Kembangkan unit penangkaran dan kelola sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, selalu berkoordinasi dengan RKW, SKW dan BKW BBKSDA Jatim, himbauan Nandang.

Di hari kedua, 28 Desember 2018, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur melakukan kunjungan lapangan ke kawasan Cagar Alam Gua Nglirip. Dengan didampingi petugas lapangan, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur meninjau pintu masuk dan pintu keluar Gua Lawa. Dikarenakan untuk melakukan susur gua diperlukan perlengkapan khusus, untuk agenda kegiatan kali ini tidak sampai melakukan susur gua.

“Kita perlu agendakan lagi terutama untuk susur gua, persiapkan perlengkapannya, ternyata Goa Nglirip sangat indah, ungkap Nandang. Pada musim penghujan ini tetesan Air di stalagtit cukup kerap didengar, dan kondisi lantai gua cenderung basah dan licin, berbeda sekali ketika musim kemarau yang jarang ada tetesan Air.

Penetapan Gua Nglirip sebagai Nature Monument oleh Pemerintah Hindia Belanda pasti mempunyai maksud dan tujuan, perlu dilakukan penelusuran rona sejarah dan penelitian tentang Cagar Alam Goa Nglirip. Jaga dan lestarikan kawasan konservasi kita yang merupakan benteng terakhir dalam usaha perlindungansumberdaya alam hayati.

Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini