BTN Tambora Fasilitasi Masyarakat Belajar Pengelolaan Kawasan Konservasi Ke BTN Bantimurung Bulusaraung

Selasa, 30 Januari 2018

Kupang – 30 Januari 2018, Cara Baru Pengelolaan Kawasan Konservasi adalah dengan meningkatkan peran serta semua pihak baik masyarakat, LSM/NGO dan Pemerintah Daerah, adalah jargon yang kembali diserukan dalam lingkup Ditjen KSDAE. Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora bias di ibaratkan bagai bayi yang sedang belajar berjalan. Begitulah keadaannya sejak di tetapkan sebagai Taman Nasional Pada Bulan April 2015 dalam perayaan Tamabora Menyapa Dunia (TMD) tanggal 11 April 2015. Sedangkan  UPT BTN Tambora baru terbentuk di Bulan Maret Tahun 2016.

Di usia yang masih sangat baru ini Balai Taman Nasional Tambora telah melakukan banyak terobosan –terobosan baru dalam melakukan pengelolaan yaitu dengan merangkul semua stakeholder baik di tingkat Tapak maupun dengan Pemda, Pemprov dan Pusat terkait pengembangan kawasan tambora sebagai kawasan Strategis pembangunan Nasional salah satunya mendorong Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator Prekonomian dan Kemaritiman untuk mengerakan semua line sector secara kroyokan mengembangkan kawasan Tambora 

Tentunya pengelolaan Kawasan Taman Nasional Tambora dan sekitarnya harus dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia dalam merencanakan, menjalankan dan mengawasi pembangunan yang akan dicapai, oleh karena itu Balai Taman Nasional Tambora di Tahun 2018 melakukan kegiatan pembelajaran “PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGELOLA” yang mengikutsertakan dari pihak Balai Taman Nasional Tambora dan Kepala Desa di Lingkar Tambora, terdiri dari 5 (lima) orang dari Balai TN Tambora dan 7 (tujuh) Orang Kepala Desa Lingkar Tambora. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 4 (empat) hari dari tanggal 26 s/d 29 Januari 2018 di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung  yang berlokasi di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dibiayai dari DIPA Satker Balai Taman Nasional Tambora Tahun Anggaran 2018. Dengan keikutsertaan kepala desa di lingkar tambora dalam kegiatan ini diharapkan kedepan desa dapat meginisiasi program-program pendukung di sekitar kawasan baik itu berupa sarana prasarana infrastruktur maupun penguatan kelompok masyarakat yang ada di desanya.

Kenapa TN Bantimurung Bulusaraung menjadi salah satu contoh bagi Balai Taman Nasional Tambora??. Sesuai dengan arahan BPK Dirjen KSDAE tentang Role Model tiap-tiap UPT yang harus direalisasikan pada akhir tahun 2018 ini BTN Tambora mengusung program Role Model “Manajemen Pendakian dan Pengembangan Paket Wisata Berbasis Masyarakat”  kesamaan potensi ini yang dilihat oleh BTN Tambora sebagai model pengelolaan wisata berbasis masyarakat, pemanfaatan jasling Air, pengelolaan pendakian, pemberdayaan masyarakat  serta penguatan fungsi kawasan melalui perjanjian kerjasama dengan beberapa stakeholder.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini peserta disambut dengan baik oleh Balai TN Babul yang diwakili oleh KSBTU Bpk. Adul Azis Bakry, S.Pi, M.Si. sebagai sambutan beliau menyakinkan kepada para kepala desa bahwa pengelolaan kawasan taman nasional harus memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah, seperti halnya TN Babul telah menyumbang PAD terbesar ke dua sekitar ± 7Milyar setelah Bandara Hasanudin Makassar. Beliau juga menyampaikan bahwa semuanya akan bias tercapai apabila semua pihak baik pengelola maupun pemda mau duduk bareng menyatukan pemahaman dan mengeyampingkan ego sectoral untuk bersama-sama sesuai kapasitas kewenangannya melakukan penataan dan pembangunan infrastruktur.

Pada kesempatan tersebut banyak site/lokasi yang menjadi tujuan pembelajaran peningkatan kapasitas SDM pengelola antara lain : 1) Kunjungan ke kawasan wisata bantimurung dan lokasi sanctuary kupu-kupu dan Helena sky bridge, 2) Kunjungan lokasi pelaksanaan PKS Pembangunan Strategis, PKS Penguatan Fungsi pattunuang, 3). Kunjungan ke lokasi pemberdayaan masyarakat desa Labuaja 4) Manajemen pendakian di resort Tompobulu dan KPE Dentong

Bak dayung bersambut, begitulah istilah pribahasa yang coba kami kutip bahwa pemerintah desa di lingkar tambora sebagai bagian peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas SDM pengelolasetelah melihat beberapa contoh pengelolaan oleh BTN Babul mulai terarah mindset dan pemahaman serta pengetahuaannya tentang potret pengelolaan kawasan taman nasional kemudian bertekad untuk dapat megaplikasikan model pengelolaan yang telah dilakukan oleh BTN Babul di desanya masing-masing seperti di lokasi Sanctuary Helena yang dibangun Cambridge (jembatan gantung) dan penataan sekitar sungai bantimurung dapat di terapkan juga di wilayah air Terjun Oi Marai kawasan TN Tambora Desa Kawinda Toi . Demikian pula  di aspek pemberdayaan masyarakat dengan megusung peningkatan nilai hasil komoditi HHBK  Madu Hutan  melalui pembinaan kelompok masyarakat sekitar kawasan dapat pula di terapkan di wilayah Desa Kawinda Toi.

Pada kesempatan berikutnya peserta Peningkatan Kapasitas SDM Pengelolaa diajak melihat manajemen pendakian di lokasi Desa Tompo Bulu Kabupaten Pangkep. Lokasi ini masuk dalam wilayah pngelolaan resort Wiwit Seksi Pengelolaan Taman Nasional WIL. II Pangkep. Di Desa Ini kami berdialog dengan petugas Resort dan kelompok Pengelola Ekowisata (KPE) Dentong binaan TN Babul. Sebagai TN yang sudah maju TN Babul telah mengelola kegiatan pendakian melalui SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah diterapkan dengan baik. Salah satunya mengenai pengelolaan sampah dan penanganan pengunjung. Banyak pengalaman dan cerita yang disimak oleh para peserta. Tukar pengaman dan cerita menjadi moment penutup kunjungan peserta Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola ke TN Bantimurung Bulusaraung.

“The Sound From Caldera”

Sumber : BTN Tambora

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini