Sabtu, 09 Desember 2017
Palu, 9 Desember 2017. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) melalui Forest Programme III melaksanakan kegiatan Journalist Traveling ke kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dan sekitarnya yang merupakan zona inti Cagar Biosfer Lore Lindu (CBLL). CBLL yang dikembangkan oleh Program Man and Biosphere (MAB) UNESCO pada tahun 1977 mengusung konsep pembangunan berkelanjutan. Salah satu definisi dari pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi keperluan sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi yang akan datang untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Potensi sumber daya alam di CBLL khususnya dari kawasan hutan TNLL sangat banyak dan beragam yang dapat digunakan oleh masyarakat. Pengelolaan sumber daya ini banyak diwarnai dengan aturan adat. Keunikan dan keragaman setiap suku dalam menjaga kelestarian alam/hutan telah menjadi ciri khas di TNLL yang perlu dilestarikan dan dipelihara dengan baik. Tidak cukup hanya dipelihara, potensi yang muncul sebagai nilai/norma budaya lokal ini sangat penting dan perlu untuk digali menjadi sebuah arsip dokumentasi dan dipublikasikan.
Journalist Traveling, yang bertujuan untuk memperkenalkan potensi kekayaan alam di TNLL dan budaya serta kearifan lokal yang ada di sekitarnya kepada masyarakat luas khususnya yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah, dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 9 Desember 2017 dan diikuti oleh 8 orang jurnalis yang terdiri dari Kompas TV, Antara TV, Antara online, Metro Lacak, Pos Palu, Radar Sulteng, Metro Sulawesi, dan Nuansa Pos/Portal Sulawesi.com.
Pada hari pertama, rombongan jurnalis diberikan briefing oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNLL, Ir. Periskila Sampeliling, M.Si, tentang maksud dan rencana kegiatan serta diberikan informasi seputar pengelolaan TNLL sebagai zona inti CBLL. Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, rombongan jurnalis akan dibagi dalam dua tim liputan yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Tim I akan bertugas untuk meliput sisi barat kawasan TNLL dengan sasaran melakukan FGD di Desa Namo dan Tuva, pengamatan Tarsius dan Maleo, serta peliputan budidaya anggrek dan pembuatan gula aren. Tim II akan bertugas untuk meliput sisi timur kawasan dengan sasaran melakukan FGD di Desa Bobo dan Doda, peliputan di situs megalit lembah Behoa dan Telaga Tambing/Kalimpaa.
Dari hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Namo, diketahui bahwa masyarakat desa Namo memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutan karena mereka dapat merasakan manfaat langsung atas jasa lingkungan berupa ketersediaan air bersih. Hampir seluruh KK memperoleh air bersih yang berasal dari sungai yang berada di dalam kawasan TNLL. Demikian halnya dengan Desa Tuva yang sangat peduli untuk menjaga hutan karena diyakini dapat mencegah timbulnya bencana longsor yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Desa Tuva pada saat menerima rombongan di kantor desa. Harapan yang diinginkan oleh aparat desa tersebut relatif sama yaitu adanya peluang bagi masyarakat desa untuk dapat mengambil manfaat hasil hutan bukan kayu yang berada di kawasan TNLL melalui penyediaan zona pemanfaatan tradisional yang muaranya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Potensi wisata juga menjadi bagian liputan yang cukup menarik. Telaga Tambing/Kalimpaa merupakan salah satu obyek wisata alam yang cukup hits di kalangan muda mudi. Sebelum terjadinya gempa pada bulan Mei 2017, kegiatan berkemah yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu mampu menarik ribuan pengunjung permalamnya. Tidak heran jika kemudian penerimaan negara bukan pajak juga meningkat secara signifikan. Bird watching menarik segmen wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke TNLL. Kegiatan ini umumnya dilakukan di sekitar jalur pendakian Rore Katimbu serta Lembah Napu. Tidak jarang turis asing juga merangkai aktivitas ini dengan kunjungan ke situs megalit yang ada di Lembah Behoa.
Kompas TV tertarik untuk meliput aktivitas satwa endemik Pulau Sulawesi, yaitu Tarsius dan Burung Maleo. Dipandu oleh kelompok peduli satwa cakar maleo, tim melakukan peliputan di nesting ground Maleo Saluki. Kegiatan peliputan dimulai dari proses pencarian telur maleo yang akan dipindahkan ke kandang penetasan semi alami, penggalian lubang penetasan dan penjelasan proses penetasannya.
Pada akhir kegiatan, seluruh jurnalis yang terlibat diminta untuk memuat tulisan dan berita di media cetak maupun elektroniknya masing-masing. Penyampaian berita ini diharapkan dapat: (1) mempromosikan potensi wisata yang dimiliki untuk menarik pengunjung domestik dan mancanegara, (2) menginformasikan potensi kehati yang dapat menarik minat mahasiswa, akademisi dan ilmuwan dalam melakukan kegiatan penelitian, dan (3) mengangkat kearifan lokal masyarakat dalam menjaga hutan di lansekap CBLL.
Sumber : Humas Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0