Kamis, 07 Desember 2017
Danau Sentarum, 5 Desember 2017. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang hidup di sekitar kawasan TNBK dan TNDS, Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) mengadakan Pelatihan Pengembangan Usaha Madu. Sebanyak 30 orang petani madu yang berasal dari daerah penyangga TN diantaranya dari Desa Pulau Majang, Desa Laut Tawang, Dusun Pengembung dan Desa Lubuk Pengail, mengikuti pelatihan ini. Diharapkan terjadi peningkatan kapasitas pengelolaan pengembangan produktivitas madu hutan organik secara lestari dan berkelanjutan.
Irawan Hadiwijaya sebagai Ketua Panitia dalam sambutannya menyampaikan bahwa potensi madu hutan yang melimpah dikawasan danau sentarum belum sepenuhnya dikerjakan secara optimal. “Potensi Madu Hutan yang ada di kawasan TNDS sampai saat ini sangat melimpah, namun belum semua masyarakat melakukan proses pengolahan yang tepat sehingga harga madu masih rendah” tuturnya. Ditambahkannya proses panen lestari yang telah dikembangkan dan penanganan madu pasca panen yang tepat merupakan kunci utama dalam menghasilkan madu yang berkualitas tinggi.
Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Sukarna Presiden Asosiasi Periau Muara Belitung (APMB).
Menurutnya, konsep panen lestari memberikan jaminan keberlanjutan produksi madu sehingga eknomi masyarakat juga dapat berkelanjutan. “Konsep panen lestari ini bertujuan agar produktivitas madu yang ada tetap lestari dan berkelanjutan sehingga panen dapat dilakukan secara terus menerus. Madu yang dipanen pada sarangnya diambil hanya kepala sarang dan meninggalkan tubuh sarang sehingga lebah madu dapat mengisi kepala sarang yang telah dipanen”, ujarnya.
APMB adalah salah satu asosiasi yang menaungi beberapa periau (kelompok petani lebah) yang berada di kawasan TNDS selain APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum). Kedua lembaga tersebut membeli madu dari para periau menggunakan metode proses panen lestari. Madu diolah dan dikemas dalam botol kemasan setelah melalui proses pengurangan kadar air tertentu dan hasilnya didapatkan madu berkualitas tinggi sehingga kedua lembaga diganjar sertifikat International BIOCERT.
Lebih lanjut Erwanto Staf Produksi Pengolahan APDS menekankan bahwa kadar air hasil panen cukup tinggi berkisar pada 25 % s.d 27% sehingga perlu untuk mengurangi kadar air menjadi kurang dari 21% sesuai dengan standar BIOCERT. “Pengurangan kadar air ini berguna untuk memperpanjang masa konsumsi madu, sehingga lebih awet dan lebih kental” tuturnya.
Harga madu curah di tingkat petani adalah Rp. 150.000,00/ kg sedangkan dengan metode panen lestari standar BIOCERT harga perbotol kemasan 300 ml yakni Rp. 90.000,00 dengan perhitungan 1 kg menghasilkan 3 botol kemasan maka petani mempunyai nilai tambah sebesar Rp. 270.000,00 – Rp. 150.000,00 = Rp. 120.000,00. Karenanya diharapkan semua periau di Danau Sentarum mengkuti standar ini guna mendorong nilai ekonomi madunya.
Diharapkan pelatihan pengembangan usaha produktif bisa menjadi agenda rutin tahunan mengingat banyak periau di daerah ini yang belum menerapkan konsep panen lestari dan perlakuan pasca panen madu seperti yang telah dilakukan APMB dan APDS.
Sumber : Harri Ramdhani - Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0