Rabu, 06 Desember 2017
Kuningan (6/12/17). Untuk kesekian kalinya Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) kedatangan tamu dari berbagai instansi dan lembaga yang ingin mengetahui dan belajar bagaimana implementasi pengelolaan kawasan taman nasional yang berbasis masyarakat. Berbagai kunjungan tersebut pastinya memiliki dampak positif bagi pihak yang mengunjungi dan pihak yang dikunjungi. Bagi BTNGC kunjungan dari berbagai instansi dan lembaga tersebut diharapkan mampu mempublikasikan pengelolaan kawasan taman nasional yang berbasis masyarakat dan tentunya juga untuk mendongkrak popularitas ODTWA (obyek daya tarik wisata alam) sebagai destinasi wisata TNGC ditingkat regional, nasional dan internasional.
Kali ini yang datang adalah Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama 2 hari pada tanggal 15 sd 16 November 2017 yang membawa rombongan jurnalis yang terdiri dari Radio Elshinta, Harian Suara Pembaruan, Harian Republika, Harian Media Indonesia, Harian Rakyat Merdeka, Jakarta Forum, Okezone, TVRI dan Tempo. Tak lupa pers lokal pun turut hadir seperti Pikiran Rakyat dan Radar Cirebon. Pers sengaja diajak oleh Biro Humas untuk memdokumentasikan pencapaian hasil kinerja pengelolaan kawasan TNGC yang mengikutsertakan masyarakat sebagai elemen utama dalam pengelolaannya. Saat ini model pengelolaan taman nasional yang diterapkan oleh BTNGC mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai kalangan. Hal tersebut membuat BTNGC menjadi buah bibir dan primadona sebagai model ideal pengelolaan taman nasional sehingga berdampak pada banjirnya studi banding ke kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Di hari pertama rombongan Biro Humas dan Pers diberikan informasi profil singkat sejarah sukses BTNGC dalam pengelolaan taman nasional. Selain mengikutsertakan masyarakat sekitar kawasan, BTNGC juga merangkul LSM, Pemda dan stakeholder lainnya untuk berkolaborasi dalam pengelolaan kawasan sehingga mampu menghasilkan kondisi seperti sekarang. Dalam perjalanan sejarahnya, BTNGC perlu waktu 10 tahun lebih untuk memupuk kekuatan stakeholders. Pasang surut, riak-riak dan penolakan mewarnai sejarah kelam pada awal terbentuknya TNGC. Namun kegigihan dan tekad BTNGC telah bulat untuk mencapai tujuan pengelolaan yaitu kesejahteraan masyarakat sehingga perlahan namun pasti tujuan itu pun mulai terwujud.
Cara BTNGC untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan membuka pintu zona pemanfaatan dalam kawasan untuk dipergunakan sebagai obyek wisata alam yang dikelola oleh masyarakat secara swadaya. Dengan demikian maka masyarakat dapat mendapatkan manfaat dari keberadaan taman nasional sehingga terjadi perputaran roda ekonomi. Alih profesi masyarakat pun terjadi dengan sendirinya. Cara ini dinilai berhasil sehingga mampu menekan secara optimal angka kejahatan tindak pidana kehutanan seperti perambahan, ilegal logging, perburuan TSL dan kebakaran hutan. Kehadiran masyarakat pada spot wisata telah mampu menggantikan peran petugas di lapangan.
Posisi kawasan TNGC memang strategis berada pada 2 kutub destinasi wisata yakni Jabodetabek dan Jogja. Seolah gayung bersambut, dukungan infrastruktur pun hadir berupa jalan tol cipali dan BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) di Majalengka. Dengan dukungan posisi strategis dan infrastruktur tersebut, maka potensi wisata kawasan TNGC dapat diandalkan sebagai jalan untuk menuju kesejahteraan masyarakat.
Pada malam harinya, rombongan Biro Humas dan Pers diajak ke Desa Singkup Kec. Pasawahan Kab. Kuningan untuk Nobar (nonton bareng) film/video pendek tentang success story pengelolaan taman nasional di berbagai wilayah indonesia. Video Bukit 1001 Bintang yang pada HKAN lalu mendapatkan penghargaan pun turut diputar. Meski hujan turun cukup lebat, tidak menyurutkan antusiasme masyarakat yang hadir. Dialog interaktif terjadi antara pemerintah dan masyarakat.
“Dulu kami tidak peduli dengan TNGC. Tapi sekarang setelah dibukanya akses ke dalam kawasan untuk mengelola jasa wisata, dan kami mampu mengelola wisata 1001 Tangga Manguntapa, maka kami pun menjadi senang dengan keberadaan TNGC karena mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Istilahnya musuh jadi sahabat” kata E.Rustiah, Kepala Desa Singkup dalam sambutannya.
Keesokan harinya rombongan Biro Humas dan Pers beranjak ke ODTWA Batu Luhur di Desa Padabeunghar Kec. Pasawahan Kab. Kuningan. Rombongan disambut dengan Pencak Silat yang dipersembahkan oleh masyarakat Desa Bantaragung Kec. Sindangwangi Kab. Majalengka. Suasana meriah terjadi pada acara hari itu yang bertajuk Ngopi (ngobrol pintar) “Mengubah Masalah Menjadi Berkah” dengan kehadiran berbagai elemen seperti kelompok masyarakat pengelola wisata, Pemda, Polri dan TNI.
“Dulu tempat ini merupakan lokasi yang sangat rawan terbakar pada musim kemarau. Kini dengan dijadikan wisata, alhamdulillah sudah tidak terjadi lagi bencana itu” ucap Kang Dodo selaku anggota kelompok masyarakat Bujangga Manik menceritakan pengalamannya.
Sementara itu Pemda Kuningan yang diwakili oleh Kepala BAPPEDA mengatakan “kami turut membidani sehingga lahirlah TNGC. Kedepannya wisata TNGC diharapkan mampu mendongkrak PAD”
“Kami selalu berusaha bersinergi dengan berbagai pihak dalam pengelolaan TNGC. Dan yang paling penting adalah masyarakat sekitar akan selalu mendapatkan tempat utama sebagai pengelola wisata” ucap Kepala Balai TNGC melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Mufrizal, SH, MH.
Kabag Pemberitaan dan Publikasi Humas Kementerian LHK menyimpulkan “Keberhasilan BTNGC dalam pengelolaan taman nasional yang melibatkan masyarakat merupakan indikator kesuksesan 3 tahun pemerintahan Jokowi-JK dalam aplikasi NAWACITA”
Acara Ngopi tersebut ditutup dengan santap siang sambil menikmati keindahan panorama Batu Luhur yang menghadap ke Cirebon dan Laut Jawa itu.
Sumber: TN G. Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0