Pengendalian Kebakaran Hutan Berbasis Periau di Taman Nasional Danau Sentarum

Selasa, 14 November 2017


Batu Rawan, 13 November 2017. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4815 Tahun 2014, luasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) adalah 127.000 ha. Memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, areal gambut dan lahan basah yang diakui dunia melalui Konvensi Ramsar, habitat endemik Ikan Arwana Merah (Sclerofages formosus) yang hanya ada di Indonesia, tempat transit burung Migran Asia, sebagai pengatur tata air di perhuluan Kapuas, dan masih banyak lagi fungsi dan manfaat Danau Sentarum. Oleh karena itu, kita semua wajib menjaga, melindungi dan melestarikan kawasan TNDS, beberapa tantangan dalam melestarikan kawasan konservasi tersebut salah satunya adalah bahaya kebakaran hutan dan lahan.

Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) melalui dana hibah terencana Forest Investment Programme Project - Asian Development Bank (ADB) mengadakan Pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA) Di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS). Pelaksanaan kegiatan dimulai dari tanggal 13 -15 November 2017, diikuti oleh 38 orang peserta perwakilan dari 15 periau yang bernaung kepada Koperasi Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS).

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan MPA TNDS dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di sekitar kawasan TNDS. Menurut Kepala Manggala Agni Daops Ketapang, sebagai instruktur dalam pelatihan ini, Bpk. Rudi Windra Karisman menyatakan bahwa Masyarakat Peduli Api harus berpegang pada prinsip “3P” yaitu Pencegahan Dini, Penanggulangan Kebakaran Hutan Dan Lahan, dan yang terakhir adalah Penanganan Pasca Kebakaran.

Gunawan Budi Hartono, selaku Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Lanjak, menyampaikan bahwa “Menurut data yang ada dari tahun ke tahun areal TNDS selalu mengalami kebakaran, pada tahun 2017 tercatat seluas 106 hektare hutan di areal kawasan TNDS terbakar”. Perlu kerjasama dan keterlibatan yang kuat dengan masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sehingga masyarakat yang berada di dalam kawasan dapat bersinergi untuk mengendalikan kawasan dari bahaya kebakaran. Periau adalah wilayah kerja petani madu dalam pemanfaatan sumber daya alam hasil hutan berupa madu, wilayah-wilayah kerja petani madu ini sangat rawan dan sering terjadi kebakaran sehingga peranan petani madu dalam pengendalian kebakaran hutan sangat penting untuk membantu dalam pelestarian kawasan konservasi”.

“Kegiatan pelatihan ini sangat baik bagi masyarakat di dalam kawasan TNDS yang tiap tahun selalu terbakar, saya harap kita bisa mengurangi kebakaran hutan dan lahan, di kawasan Asia Tenggara kita terkenal sebagai negara pengekspor asap ke negara lain. Semoga dengan kegiatan semacam ini kita bisa mengurangi asap yang sangat merugikan kita dan mencemari lingkungan” ujar Bpk. Suparman, Camat Selimbau. 

Kebakaran hutan dan lahan di areal TNDS berdampak buruk bagi masyarakat contohnya kebakaran hutan yang terjadi di TNDS mengganggu produktivitas madu hutan, sehingga salah satu pendapatan masyarakat petani madu menjadi menurun. Bpk Basri Wadi, Presiden Koperasi APDS mengatakan bahwa setiap tahun produksi madu hutan selalu menurun apabila kebakaran terjadi, sebagai contoh tahun 2014-2015 produksi madu disekitar Semangit mengalami gagal panen (tidak ada madu), karena tidak ada lebah yang masuk ke kawasan konservasi ini akibat polusi asap. Sementara produksi normal rata-rata tahunan madu hutan dari kawasan ini mencapai 15-20 ton.

Sumber : Harri Ramadani,S.Hut
Penyuluh Kehutanan - Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini