Kamis, 14 April 2016
Jakarta – Pada hari Kamis, 14 April 2016 telah dicanangkan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) oleh Presiden Joko Widodo dalam rangkaian peringatan Hari Hutan Internasional (HHI) atau International Day of Forests yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap tanggal 21 Maret. Tema HHI tahun 2016 adalah “Membangun hutan dan lingkungan untuk ketersediaan udara dan air bersih” (Forests and Water, Sustain Life and Livelihoods).
Pencanangan Gerakan ini berlangsung di Pulau Karya, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu. Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Sjaiful Hidayat beserta pejabat eselon lainnya.
Menjaga kelestarian alam bukanlah sebatas tanam menanam pohon tapi menjaga kelestarian alam harus dipandang keseluruhan ekosistemnya. "Artinya perlu diperhatikan seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terikat dalam lingkaran kehidupan," pesan Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada acara tersebut. "Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia kepada kita untuk menjadi paru-paru dunia," tambah Presiden.
Saat ini, lanjut Presiden, tercatat 93 jenis burung yang merupakan bagian dari 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia. "Dan pencanangan gerakan hari ini kita tandai dengan pelepasliaran 200 ekor tukik penyu belimbing yang dalam berbagai kepercayaan merupakan simbol kehidupan panjang, 4 ekor penyu sisik dewasa, 4 ekor elang bondol, dan 200 ekor burung tekukur, cerucuk, dan kutilang," ujar Presiden. Presiden menjelaskan bahwa semua burung yang akan dilepaskan telah melalui prosedur pelepasliaran termasuk cek kesehatan oleh tim dokter hewan.
Gerakan nasional penyelamatan TSL saat ini memang tidak hanya terfokus pada burung semata namun berbagai spesies satwa terancam punah lainnya. Selain itu penyelamatan satwa tidak dapat dilakukan secara terpisah dengan ekosistem yang menjadi habitatnya. Selain melepas satwa, Presiden juga menanam atau transplantasi karang dan lamun sebanyak 1.000 spesimen oleh masyarakat dan restorasi hutan bakau (mangrove) dengan penanaman 5.000 bibit mangrove (Rizhopora Stylosa).
Selain itu, Presiden juga menandatangani Prasasti Pusat Pengembangbiakan Dan Suaka Satwa Liar (Sanctuary) Elang Bondol (Haliastur Indus) Di Pulau Kotok Besar, Pusat Pengembangbiakan Dan Suaka Satwa Liar (Sanctuary) Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Pramuka.
Presiden mengingatkan bahwa komitmen dari berbagai pemangku kepentingan merupakan kunci keberhasilan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Selain komitmen, kerja keras dan keberlanjutan gerakan juga memegang peranan penting dari gerakan ini. “Percuma kita canangkan, kita luncurkan, tapi seperti kembang api, meriah sebentar lalu langsung hilang dan padam. Jangan seperti itu, gerakan nasional harus solutif, berkelanjutan, dan terukur hasilnya.” tegas Presiden.
Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan bahwa dalam memperingati Hari Hutan Internasional dan Hari Bakti Rimbawan, serta jelang Hari Lingkungan Hidup terdapat perspektif penting sebagaimana yang sering disampaikan oleh Presiden. "Hutan dan lingkungan merupakan keserasian kehidupan," ucap Menteri LHK.
Oleh karenanya, lanjut Menteri LHK, kita perlu memperkuat unsur kehidupan sehingga menjadi agenda penting dan dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air. "Agar terciptanya Lingkungan bersih dan masyarakat yang sehat serta dalam tata pemerintahan yang baik", pungkasnya.
Dalam kesempatan ini, Menteri LHK menyerahkan bantuan sepeda dan tempat sampah kepada perwakilan 3 kepala sekolah dari 25 sekolah yang ada di Kepulauan Seribu dan juga menyerahkan lima buku berjudul "Pariwisata Alam 51 Taman Nasional Indonesia" dan satu buku "Informasi Lembaga Konservasi."
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0