Peresmian Pusat Konservasi Paruh Bengkok Terbesar di Indonesia

Jumat, 29 Oktober 2021

Sofifi, 26 Oktober 2021. Mengusung konsep CER (Conservation, Education, dan Recreation), Suaka Paruh Bengkok (SPB) menjadi pusat konservasi terbesar di Indonesia dan pertama di Maluku Utara. SPB telah diresmikan dan di buka untuk umum pada Selasa (26/10) oleh Gubernur Maluku Utara, Sultan Tidore, Walikota Tidore Kepulauan dan Dirjen KSDAE. Acara yang dilaksanakan di Desa Koli ini juga dihadiri para pihak, baik instansi daerah seperti Kepala Dinas Kehutanan dan Kepala Balitbangda Provinsi Maluku Utara, instansi pusat, perangkat kesultanan, perwakilan masyarakat, swasta, komunitas, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

Dibangunnya pusat konservasi untuk burung paruh bengkok ini tak lain adalah sebagai upaya penyelamatan burung-burung paruh bengkok seperti kakatua putih Cacatua alba, nuri bayan Eclectus roratus, kasturi ternate Lorius garrulus, dan tujuh jenis paruh bengkok lainnya yang ada di Pulau Halmahera yang sampai dengan saat ini masih diburu dan diperdagangkan secara illegal. Area seluas hampir 3 ha ini juga telah dihuni oleh beberapa jenis paruh bengkok dari luar Maluku Utara. Burung tersebut direlokasi dari Pulau Jawa dan Sulawesi untuk kemudian direhabilitasi dan dikembalikan lagi ke habitat aslinya. Sampai dengan saat ini, Suaka Paruh Bengkok telah berhasil merehabilitasi dan melepasliarkan kembali 83 individu paruh bengkok di habitatnya sejak tahun 2018.

Burung-burung yang ada di SPB merupakan hasil pengamanan kegiatan patroli baik oleh Polisi Kehutanan maupun kerjasama dengan pihak Kepolisian dan TNI. Selain itu terdapat pula penyerahan sukarela dari masyarakat yang telah mengetahui pentingnya peran burung dialamnya. Burung-burung tersebut masih belum bisa terbang dengan baik dan harus direhabilitasi di SPB sebelum dilepasliarkan kembali.

Dalam sambutannya, Dirjen KSDAE mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama dalam mengembangkan SPB ini. “mari kita jaga bersama kelestarian burung-burung di Maluku Utara ini, agar bisa dilihat generasi selanjutnya, jangan sampai ditemukan kembali burung paruh bengkok di Makassar karena diselundupkan”.

Tahun 2019 SPB telah dikunjungi rata-rata 786 pengunjung setiap bulannya, hal ini dapat menjadi potensi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar melalui program rekreasi. Selain itu SPB juga dapat menjadi pusat penelitian burung paruh bengkok bagi civitas akademika perguruan tinggi setempat.

Selain peresmian SPB, agenda lainnya adalah pengukuhan para penjaga hutan Halmahera atau dalam adat Kesultanan Tidore disebut Bobato Kie Goya. Sebanyak 24 Bobato telah dikukuhkan secara langsung oleh Sultan Tidore pada acara tersebut. Para Bobato tersebut diharapkan dapat membantu menjaga kawasan hutan Halmahera melalui kampanye maupun kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ketentuan adat dalam menjaga kelestarian alam. Acara dilanjutkan dengan pemberian penghargaan dan bantuan ekonomi produktif serta jalan-jalan menyusuri area Suaka Paruh Bengkok setelah pembukaan tirai SPB secara bersama oleh Sultan Tidore, Walikota Tidore Kepulauan dan Dirjen KSDAE.

Sumber : Akhmad David Kurnia Putra (Polhut) - BTN Aketajawe Lolobata

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini