Inovasi Penetasan Telur Burung Maleo

Kamis, 29 Oktober 2020

Mitos tentang telur Burung Maleo (Macrocephalon maleo M?ller, 1846) yang tidak dapat ditetaskan di luar habitat telah terbantahkan dengan ditemukannya cara melaksanakan penetasan telur burung maleo dengan menggunakan inkubator dengan daya tetas yang tinggi yaitu di atas 70% (Tanari, 2007). Memanfaatkan inovasi tersebut, BKSDA Sulawesi Tengah bersama PT. Donggi Senoro LNG dan PT. Panca Amara Utama, melakukan kerjasama pelestarian Burung Maleo di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah diluar habitat alaminya.

Telur Burung Maleo yang berasal dari luar kawasan konservasi Sulawesi Tengah yang habitatnya terancam baik secara alami maupun oleh predator, serta hasil sitaan atau penyerahan, selanjutnya dibawa ke lokasi kerjasama PT. Donggi Senoro LNG dan PT. Panca Amara Utama untuk ditetaskan melalui inkubator. Cara penetasan ini efektif dan digunakan sebagai cara untuk memperbanyak anakan Burung Maleo yang siap di lepas kembali ke alam/habitat Burung Maleo (restocking).

 

Tahap Penetasan Telur Burung Malao

  1. Telur Burung Maleo yang akan ditetaskan harus berasal dari telur yang baik karena sangat berhubungan dengan persen tetas yang akan dihasilkan. Telur yang baik akan mencapai daya tetas diatas 70% (hasil penetasan Mobius Tanari) pada inkubator yang sama (Tanari, 2007). 
  2. Telur tetas yang baik adalah mempunyai kerabang telur bersih, tidak terdapat lubang kecil pada bagian kulit dan kuning telur masih dalam keadaan terang pada saat dilakukan candling. Telur yang dikoleksi ditempatkan pada media yang baik sebelum dimasukkan kedalam inkubator dan disimpan pada temperatur kamar dibawah 300 Telur yang baik dapat dilihat dengan metode candling yakni dengan cara menggunakan lampu senter lead pada saat telur berada di dalam inkubator dan perkembangan embrio dapat dilihat saat telur telah di inkubasi dua minggu.  
  3. Sebelum telur diletakkan dalam kotak inkubator terlebih dahulu dibersihkan dengan tisu kering dari ampas sekam yang digunakan sebagai media pada saat telur dibawah dari lokasi. Selain itu panjang dan lebar telur diukur dengan alat ukur dan ditimbang dengan timbangan digital. Telur diletakkan dengan cara bagian runcing dibagian bawah dan bagian tumpul bagian atas dengan kemiringan sekitar 60-700 disandarkan pada pembatas antar kotak. Jumlah telur dalam inkubator sebanyak 30 butir dengan jarak yang telah di desain khusus untuk tidak membuat antar telur terganggu pada saat telur menetas (Tanari, 2007).
  4. Inkubator yang digunakan dalam proses penetasan terlebih dahulu dipersiapkan dengan menguji temperatur yang cocok melalui kontrol temperatur (sekitar 34oC dan kelembaban yang diinginkan (sekitar 70%). Temperatur dan kelembaban yang dianggap aman adalah kisaran temperatur 33-360C dan kelembaban sebesar 50-70% (Tanari, 2019). Kondisi tersebut tidak akan mempengaruhi nilai daya tetas telur.  Selama telur dalam inkubator dua bulan, tidak dilakukan perlakuan khusus.  Telur dibiarkan sampai menetas dengan waktu sekitar 2 bulan. Tanari(2007) menyatakan bahwa telur menetas lebih kurang sekitar 58 hari. Hasil sudah pasti dan telah diuji coba pada penetasan-penetasan berikutnya dalam mempersiapkan Burung Maleo dilepas kembali ke alam.
  5. Burung Maleo yang akan menetas dimulai dengan sentakan pada bagian bawah yakni sekitar lutut, setelah kulit bagian dalam sobek dan kerabang pecah, maka cairan allantoin juga akan keluar (warna darah bening). Burung Maleo yang baru keluar dari cangkangnya cenderung banyak istrahat karena sebelumnya Burung Maleo membuang banyak energi pada proses usaha keluar dari cangkang. 
  6. Burung Maleo keluar dari cangkang lebih banyak menggunakan sentakan kaki disertai dengan fase istirahat sebelum terjadi gerakan berikutnya. Setelah sekitar 2-6 jam Burung Maleo berhasil secara total keluar dari cangkangnya, namun hubungan antara tali pusat dengan dinding serapan makanan belum seluruhnya terlepas. Tali pusat akan terlepas kurang lebih 12 jam setelah burung maleo keluar dari cangkangnya.
  7. Burung Maleo yang telah keluar dari cangkangnya dibiarkan selama kurang lebih 24 jam di dalam inkubator, sampai bulu-bulunya mengering dan tali pusat terlepas secara total dari kulit telurnya. Selama anak Burung Maleo masih dalam inkubator, anak Burung Maleo belum diberikan air dan makanan. Burung Maleo dengan umur sekitar 1-2 hari bisa melakukan gerakan menghindar dengan lompatan yang tidak terlalu jauh (½ meter) dan dengan mudah masih bisa di tangkap.

Gambar 1. Inkubator yang digunakan (kiri), Telur yang menetas dalam inkubator (kanan)

 

Tahap Pemeliharaan Anak Burung Maleo

  1. Telur yang telah menetas, selanjutnya Burung Maleo dipindahkan ke tempat khusus (induk buatan) untuk adaptasi lingkungan. Selama kurang lebih 2 hari Burung Maleo merontokkan bulu-bulu halus yang berwarna putih, sehingga Burung Maleo benar-benar kelihatan berwarna hitam.  Pada pemeliharaan dua hari, Burung Maleo diberikan air gula untuk kepentingan pengembalian energi yang terbuang.  Anak Maleo yang sudah kelihatan kuat selanjutnya dipindahkan ke kandang pemeliharaan anakan Burung Maleo.
  2. Maleo hasil penetasan di inkubator perlu mendapat perawatan yang intensif selama umur 1-14 hari. Umur ini masuk dalam umur yang sangat kritis dengan mortalitas hingga mencapai 50%.
  3. Pada minggu pertama Burung Maleo tetap diberikan air minum dengan sedikit kandungan gula, dengan makanan yang berasal dari alam (kemiri). Memberikan pakan yang berserat tinggi di minggu pertama pemeliharaan akan mengganggu pencernaan Burung Maleo, hal tersebut ditandai dengan menggumpalnya feses yang masih keras di bagian kloaka, dan ini juga akan menyebabkan kematian anak Maleo yang tinggi.
  4. Makanan yang lebih mudah dicerna dengan kandungan energi yang tinggi dan serat kasar yang rendah menjadi sesuatu yang mutlak diberikan selama dua minggu pemeliharaan.
  5. Selanjutnya pada umur diatas dua minggu, pakan anak Maleo diubah dengan campuran konsentrat halus dan kemiri dengan perbandingan 1:1. Pakan ini diberikan selama dua minggu, hingga anak burung maleo mencapai umur satu bulan.

Gambar 2. Anak maleo dalam induk buatan

 

Pelepasan Burung Maleo ke Habitat Insitu

Burung Maleo yang dipelihara dalam kandang penangkaran sekitar satu bulan, dilepas kembali ke alam, tujuannya adalah menambah populasi Burung Maleo di habitat.  Burung Maleo dilepas ke Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Sampai dengan tahun 2019, PT. Donggi Senoro LNG telah melakukan pelepasliaran (restocking) Burung Maleo hasil penetasan inkubator sebanyak 100 ekor, sedangkan PT. Panca Amara Utama telah melepasliarkan Burung Maleo hasil penetasan inkubator sebanyak 165 ekor. Pelepasliaran tersebut berkontribusi terhadap peningkatan populasi satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% dari baseline data tahun 2013.

Gambar 3. Pelepasliaran Burung Maleo hasil penetasan Inkubator ke Suaka Margasatwa Bakiriang Kabupaten Banggai.

 

Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Area Konservasi Burung Maleo PT. Donggi Senoro LNG dan PT. Panca Amara Utama. Penelitian dilakukan dari Universitas Tadulako yaitu mahasiswa Strata Satu dan Mahasiswa Pasca Sarjana. Penelitian pada SM Bakiriang yakni melihat jenis-jenis pohon yang ada di area Tanjung Bakiriang dan potensi pakan Maleo di alam. Sedangkan penelitian yang dilaksanakan pada area konservasi Maleo PT. Donggi Senoro LNG dan PT. Panca Amara Utama dilaksanakan uji coba kembali penetasan dengan melihat berapa aspek korelasi antar bobot telur dan lama inkubasi, morfometri telur dan morfologi maleo serta uji coba penggunaan hormon reproduksi untuk membedakan jenis kelamin yang dihubungkan dengan morfologi.

 

"Upaya penetasan telur Burung Maleo dengan inkubator hanyalah dilakukan untuk mengamankan telur Burung Maleo yang terancam. Sejatinya Burung Maleo berkembang biak di habitat alaminya."

 

Penulis:

  1. Mobius Tanari, Universitas Tadulako/ Tenaga Ahli PT. Panca Amara Utama dan PT. Donggi Senoro LNG.
  2. Yusuf Sulo, Pengendali Ekosistem Hutan Muda, Balai KSDA Sulawesi Tengah.

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini