Pejuang Konservasi : Berawal dari Sampah Plastik, kini Menjadi Kebun Mangrove Seluas 2 Hektar

Rabu, 09 September 2020

Wakatobi, 9 September 2020. Jiwa konservasi memang bisa datang dari siapa saja, tak memilih siapa dan dimana. Ialah Justan, pejuang konservasi dari batas laut pulau Kaledupa, Taman Nasional Wakatobi yang tak bisa diabaikan perjuangannya. Hanya berbekal kantong plastik bekas yang ia cari di sekitar perumahan kini telah membuahkan hasil menjadi ladang mangrove seluas 2 hektar. Lahir dan dibesarkan dari Suku Bajo (Bajau) yang bermukim di atas laut, serta memiliki watak yang keras, tak membuat jiwa konservasi itu memudar. Kerusakan mangrove yang semakin lama semakin banyak dirasakan akibatnya oleh masyarakat sekitar, nelayan kepiting tak lagi mendapatkan hasil seperti sebelumnya, tangkapan ikan mulai berkurang, dan yang paling terasa pasokan air tawar dalam sumur resapan tak lagi mampu mencukupi kebutuhan masyarakat desa. Atas dasar keprihatinan tersebut ia mulai bergerak mencoba menggali kembali fungsi tanaman mangrove itu sendiri.

Selalu ada jalan buat mereka yang mau berjuang, mungkin begitulah kata yang tepat untuk usaha-usaha justan dalam melindungi lahan mangrove di Desa Horuo Kecamatan Kaledupa. Bukan perkara mudah tentunya mengubah pola pikir masyarakat yang berpendapat bahwa mangrove "hanya sebagai tanaman biasa tanpa mengenali manfaatnya". Memulai perjalanan upaya pelestarian ekosistem mangrove sendiri, tak membuat semangatnya luntur. Ia mulai mengumpulkan buah mangrove yang jatuh di sekitar pesisir desa Horuo saat air surut, kemudian ditanam di dalam plastik bekas dan disimpan di bawah rumah panggung miliknya.

Mudah? Tentu tidak, mungkin bagi mereka yang hidup di darat budidaya bukan perkara sulit. Tapi bagi mereka yang bermukin di atas laut butuh usaha extra untuk membuat pembibitan walau hanya 1 batang mangrove.  Pembibitan ini dilakukan berbulan-bulan, berbagai sindiran ia peroleh karena sibuk mengurusi pembibitan mangrove yang dianggap tidak menghasilkan apa-apa, tapi ia tak patah semangat dan mulai menanam disepanjang pesisir Desa Horuo.

Mengajak orang lain untuk melakukan aksi yang serupa tentu tak semudah melakukannya sendiri, berbagai upaya untuk memberikan sosialisasi dan penyadartahuan kepada masyarakat ia coba lakukan, mulai dari mengajak orang-orang terdekat seperti Baharudin dan Alim untuk ikut serta menjaga ekosistem akhirnya membuahkan hasil. Bersama-sama, mereka mulai mengumpulkan gelas plastik bekas minuman yang kemudian disulap menjadi polybag yang ditanami dengan bibit mangrove.

Bersama beberapa masyarakat dari Desa Horuo dan Mantigola yang didampingi oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dibentuklah suatu forum, yang diberi nama Forum Kemitraan nelayan Horuo Mantigola. Melalui forum inilah justan dan anggota kelompok lainnya aktif menyuarakan gerakan pelarangan penebangan mangrove kepada masyarakat desa, dan aktif melakukan penanaman mangrove walau tanpa dukungan biaya dari pihak manapun.

Melihat aksi nyata dari masyarakat Desa Horuo dan Desa Mantigola dalam menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove Balai Taman Nasional Wakatobi mencoba membuat perjanjian kerjasama dengan Forum Kemitraan Nelayan Horuo Mantigola untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya dalam melestarikan lingkungan. Dengan adanya perjanjian kerjasama ini, Balai Taman Nasional Wakatobi memberikan berbagai dukungan kepada forum kemitraan nelayan horuo mantigola berupa bantuan pengadaan polybag. Selain dari segi ekologi, balai taman nasional wakatobi juga memberikan bantuan modal untuk peningkatan usaha ekonomi produktif berupa pembangunan keramba budidaya ikan bobara dan keramba lobster mutiara.

Kini, usaha justan dan forum kemitraan nelayan horuo mantigola telah membuahkan hasil lebih kurang sekitar 2 hektar lahan di pesisir desa Horuo, zona pemanfaatan lokal taman nasional wakatobi sptn 2 kaledupa telah ditanami mangrove yang dirawat dan dijaga bersama-sama. Namun, perjuangan tak berakhir sampai disini usaha pembibitan terus berjalan hingga saat ini puluhan ribu bibit mangrove siap tanam disiapkan dan bisa didistribukan kepada lembaga maupun masyarakat yang dibutuhkan. Usaha tak pernah menghianati hasil bukan? Semoga perjuangan Forum Kemitraan Nelayan Horuo Mantigola dapat memberikan berbagai manfaat baik secara ekologi maupun ekonomi, dan dapat menjadi percontohan bagi masyarakat lainnya.

Sumber : Prima Sagita, S.Hut - Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama Balai Taman Nasional Wakatobi

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini