Ketika Anak-Anak SD Menjawab Krisis Alam dengan Menanam Ficus di Penyangga Cagar Alam

Selasa, 17 Juni 2025 BBKSDA Jawa Timur

Kediri, 12 Juni 2025. Di tengah semilir angin dari bibir Cagar Alam (CA) Manggis Gadungan, puluhan siswa kelas VI dari SD Negeri Manggis 2, Kecamatan Puncu, berdiri berjajar dalam barisan rapi. Bukan untuk menerima ijazah. 

 

Bukan pula untuk sesi foto perpisahan. Mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih dalam maknanya, menanam pohon sebagai bentuk cinta pada bumi, dan sebagai simbol kelulusan yang mengakar kuat dalam nilai-nilai konservasi, 12 Juni 2025.

 

Dalam kegiatan bertajuk “Tanam Harapan, Peluk Bumi”, sebanyak 50 bibit pohon dari 7 jenis Ficus lokal ditanam di zona penyangga kawasan konservasi yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayatinya. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara pihak sekolah, BBKSDA Jatim melalui Seksi KSDA Wilayah I Kediri, serta Pusat Ficus Nasional. 

 

Jenis-jenis pohon yang ditanam antara lain Ficus racemosa dikenal sebagai pohon ara yang menjadi favorit banyak jenis burung pemakan buah. Ficus virens berperan penting dalam menstabilkan tanah lereng dan mencegah erosi, Ficus altissima pohon kanopi tinggi yang memberi naungan dan rumah bagi banyak jenis serangga serta burung. Juga Ficus albipilla, Ficus superba, Ficus religiosa, dan Ficus microcarpa semuanya memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai penopang mikrohabitat dan pelindung hutan tropis.

 

 

Acara ini tak hanya dihadiri oleh guru dan siswa. Tampak Komite Sekolah, para wali murid, perwakilan dari Cabang Dinas Kehutanan Trenggalek, Direktur Pusat Ficus Nasional, relawan dari Masyarakat Ficus, serta petugas dari Seks KSDA Wilayah I Kediri hadir dan berbaur dalam kegiatan ini. Semua terlibat dalam suasana yang sakral dan menyentuh, memperlihatkan bagaimana pendidikan, masyarakat, dan konservasi bisa berpadu dalam harmoni.

 

Perlu diketahui bahwa bahwa Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 150 jenis pohon Ficus, sebagian besar belum dikenal publik luas. Padahal, Ficus memainkan peran kunci dalam menjaga ekosistem, menjadi makanan bagi berbagai jenis satwa liar.

 

 Ficus juga berfungsi sebagai pengikat tanah yang sangat dibutuhkan untuk mencegah bencana ekologi seperti longsor dan kekeringan. Sehingga pada kesempatan ini menjadi bagian dari edukasi pentingnya kita menjaga semangat hijau untuk masa depan yang lebih lestari. 

 

Yang menjadikan kegiatan ini begitu menyentuh bukan hanya soal menanam pohon, tapi cara anak-anak ini menghayati maknanya. Di tengah suasana haru, terlihat jelas bahwa pendidikan lingkungan hidup bukan lagi teori kosong di dalam kelas, tetapi telah menjelma menjadi praktik hidup yang akan mereka bawa ke mana pun mereka pergi.

 

Kegiatan ini menjadi preseden penting dalam upaya mengintegrasikan nilai-nilai konservasi ke dalam sistem pendidikan dasar. Ini membuktikan bahwa konservasi tidak harus dimulai dari hutan belantara, ia bisa dimulai dari ruang kelas, dari taman sekolah, bahkan dari momen perpisahan.

 

Inisiatif seperti ini sejalan dengan visi Balai Besar KSDA Jawa Timur dalam memperkuat sinergi multipihak, mendorong konservasi partisipatif, serta membangun generasi yang tidak hanya peduli, tetapi juga bertindak untuk melindungi alam.

 

Ketika langkah kaki anak-anak SD Manggis 2 menjauh dari lokasi penanaman, mereka mungkin tak menyadari bahwa mereka baru saja menuliskan bab baru dalam sejarah konservasi lokal. Di akar yang mulai tumbuh itu, tertanam juga kesadaran dan cinta yang tak akan mudah layu.

 

Dan kelak, ketika pohon-pohon itu menjulang, barangkali mereka akan kembali sebagai orang dewasa dan melihat bahwa di bawah pohon yang mereka tanam sendiri, dunia menjadi sedikit lebih hijau. (dna)

 

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun - Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini