“Bedah” Gajah di Hari Gajah Sedunia 2024

Senin, 12 Agustus 2024 BBKSDA Sumatera Utara

(Sumber foto : detikcom)

Medan, 12 Agustus 2024. Selama ini bila membahas tentang Gajah (Elephas maximus) selalu cerita-cerita yang menyeramkan dan menakutkan. Tak jarang berita tentang gajah dikonotasikan dengan yang negatif, sebagai hewan yang sangat berbahaya dan selalu mengancam, karena sering mengganggu bahkan menyerang warga sehingga interaksi negatif dengan warga tak dapat lagi dihindarkan.

Konotasi negatif ini sesungguhnya tidak semua benar, ada sisi positif yang terdapat dalam diri gajah baik sifat dan perilakunya yang selama ini belum terpublikasikan dengan benar, sehingga masyarakat tidak mendapat informasi yang berimbang dan hanya membayangkan gajah sebagai “sosok” musuh dan bahkan hama yang harus dimusnahkan. Penulis, masih dalam rangkaian Road To Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024, melalui tulisan singkat ini mencoba untuk mem”bedah” sisi lain dari gajah, yang kebetulan hari ini diperingati sebagai Hari Gajah Sedunia Tahun 2024, agar masyarakat mendapat pengetahuan dan informasi yang lengkap dan berimbang tentang gajah.

Gajah itu sejatinya unik, mengapa ? Gajah terkenal memiliki memori dan daya ingat  yang luar biasa. Mereka dapat mengingat lokasi sumber air dari jarak yang jauh, dan mengenal gajah lain bahkan setelah bertahun-tahun terpisah. Daya ingat mereka yang panjang membantu mereka bertahan hidup di alam liar (https://www.twinkl.co)  Selain itu, Kehidupan sosial  gajah ternyata sangat kompleks. Mereka hidup dalam kelompok keluarga yang biasanya dipimpin oleh gajah matriarki yang bijaksana. Kelompok-kelompok ini menunjukkan berbagai macam emosi, termasuk kegembiraan, kemarahan, dan bahkan kesedihan. Mereka pun dikenal saling menghibur di saat-saat sulit.

Keunikan lainnya, gajah memiliki sistem komunikasi yang canggih yaitu komunikasi yang rumit yang mencakup vokalisasi seperti terompet dan gemuruh frekwensinya rendah yang dapat menempuh jarak beberapa kilometer. Mereka juga menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi satu sama lain.

Banyak orang yang belum mengetahui, bahwa gajah memiliki otak terbesar dari semua mamalia yang hidup bumi. Menariknya, gadingnya ternyata adalah gigi seri yang membesar dan pertama kali muncul saat gajah berusia sekitar 2 tahun (https://nationaltoday.com)

Gajah termasuk spesies kunci, yang berarti mereka ikut menciptakan serta memelihara ekosistem tempat mereka tinggal dan memungkinkan berbagai spesies tumbuhan maupun hewan untuk hidup di lingkungan tersebut. Di saat musim kemarau, mereka menggunakan taringnya untuk menjangkau sumber air bawah tanah. Lubang itulah yang kemudian menjadi sumber air bagi binatang/hewan lainnya. Kotoran gajah juga bermanfaat sebagai sumber pakan bagi kumbang atau rayap serta bahan pupuk penyubur tumbuhan/tanaman.

Gajah dikenal pula sebagai salah satu dari 5 hewan (semut merah, anjing, kucing dan burung) yang bisa mendeteksi bencana alam, karena insting dan indranya memiliki kemampuan mendeteksi perubahan elektromagnetik alam semesta yang lebih baik daripada manusia. Saat akan terjadi bencana alam, biasanya gajah akan tiba-tiba gelisah bahkan menangis.

Sehingga hilangnya gajah tentu akan sangat mempengaruhi banyak spesies yang bergantung pada ekosistem yang dipelihara satwa liar tersebut dan menyebabkan kekacauan habitat yang parah serta melemahnya struktur dan keanekaragaman alam itu sendiri. 

Namun kenyataannya, kehidupan gajah memang terus mengalami tekanan dan ancaman akibat pengalihfungsian kawasan hutan untuk berbagai kepentingan, seperti untuk kebun sawit, permukiman, pertambangan dan untuk kepentingan pembangunan lainnya, sehingga habitatnya terdegradasi. Belum lagi maraknya perburuan liar guna mendapatkan gading gajah yang akan diperdagangkan di pasar illegal. Kondisi ini mengakibatkan  populasi gajah berkurang secara signifikan di alam, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain yang memiliki satwa gajah.

Melihat keterancaman populasi gajah, Patricia Sims, dari Kanada, dan Yayasan Reintroduksi Gajah Thailand, yang diinisiasi oleh Yang Mulia Ratu Sirikit dari Thailand, menggagas lahirnya Hari Gajah Sedunia, yang pertama kali digaungkan pada tanggal 12 Agustus 2012 (https://worldelephantday.org)  Gajah telah berabad-abad menjadi ikon bagi negara Thailand. Bahkan Thailand juga mendapat julukan Negara Gajah Putih Chang, dimana gajah telah ditetapkan/diresmikan sebagai Hewan Nasional (https://m.kumparan.com) 

Perayaan Hari Gajah Sedunia dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai masalah kritis yang mengancam gajah untuk menggalakkan upaya perlindungannya. Dengan merayakan hari gajah, kita dapat menyebarluaskan infromasi tentang masalah ini dan mendukung upaya-upaya konservasi yang bertujuan untuk menyelamatkan gajah. Mari bergerak bersama : Selamatkan Gajah Dari Kepunahan …!!!

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini