Seluk Beluk Penyu di SM Pelaihari

Selasa, 13 September 2022

Tanah Laut, 12 September 2022 – Penyu merupakan salah satu binatang purba yang keberadaannya masih dapat ditemukan hingga saat ini. Di Indonesia terdapat tujuh jenis penyu, yaitu penyu bromo (Caretta caretta), penyu pasifik (Chelonia agassizii), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Dua jenis penyu yang disebutkan terakhir yaitu penyu hijau dan penyu sisik, dapat dijumpai di Kalimantan Selatan.

Untuk memonitor populasi penyu dan juga kondisi habitatnya di Kalimantan Selatan, Balai KSDA Kalimantan Selatan (BKSDA Kalsel) melaksanakan kegiatan identifikasi sebaran habitat Penyu dari tanggal 23 sampai dengan 28 Agustus 2022 di Kabupaten Tanah Laut, yang masuk dalam pengelolaan Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Pelaihari, oleh Tim yang beranggotakan Jarot Jaka Mulyono, Akhmad Fauzan, S.Hut. - Kepala Resort Suaka Margasatwa (SM) Pelaihari, Suriansyah, S.Hut., Edi Prasetyo, Fajar Fadhli, A.Md, Hendar Wibawa, dan Suhartoyo. Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, kegiatan difokuskan di beberapa lokasi yang telah teridentifikasi sebagai habitat pendaratan penyu yaitu:  kawasan SM. Pelaihari (mulai dari Pesisir Muara Sabuhur, Sanipah, Sepunggur dan Swarangan), Pantai Swarangan dan Pantai Turki. Lokasi-lokasi tersebut pernah dilaporkan terdapat aktivitas pendaratan penyu.

2-2022-09-12 at 14.46.47

Kegiatan Identifikasi Penyu di Wilayah Tanah Laut sesuai dengan arahan Kepala Balai KSDA Kalimantan Selatan Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M.Sc., untuk mengetahui kondisi fisik habitat pantai yang dianggap sesuai menjadi sebagai tempat penyu bertelur. “Tim survey habitat penyu ini diharapkan mengamati dan melakukan pendataan secara optimal terkait jejak dan sarang penyu sebagai informasi dan data (Primer dan Sekunder) mengenai habitat penyu bertelur” Ujar Dr. Mahrus.

Metode yang digunakan dalam kegiatan identifikasi sebaran habitat penyu adalah melalui observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan. Selain itu juga dengan metode wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi pengamatan untuk menggali informasi tentang ada atau tidaknya penyu yang mendarat sebelumnya. Berdasarkan hasil yang didapat selama kegiatan dilakukan, tidak ada perjumpaan langsung penyu mendarat ke pantai.  Namun informasi dari masyarakat sekitar,  disebutkan bahwa 1 bulan yang lalu ada penyu yang mendarat dan bertelur di pantai Sabuhur. Dari bekas sarang penyu tersebut, masih banyak dijumpai sisa-sisa cangkang telur penyu yang berserakan. Telur penyu kemungkinan sudah dimakan hewan predator seperti biawak, babi hutan atau kepiting. Selain di Pantai Sabuhur, terdapat informasi penyu mendarat di Pantai Swarangan. Aktvitas penyu mendarat ke pantai terjadi pada bulan Juni 2022 yang lalu. Namun tidak diketahui apakan penyu hanya mendarat saja atau bertelur. Masyarakat di sekitar Pantai Swarangan juga pernah menyelamatkan penyu yang terjerat jaring pada bulan Agustus 2022 ini. Penyu yang diselamatkan warga tersebut telah dikembalikan ke laut.

Berdasarkan pantauan di lapangan, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap aktivitas penyu untuk mendarat ke pantai. Faktor-faktor tersebut antara lain sampah laut yang terbawa ke pantai dan aktivitas nelayan yang memasang jaring di laut. Di sepanjang pantai Sabuhur-Sanipah dan Sabuhur-Swarangan, ditemukan sampah berupa kayu log dengan ukuran yang panjang, helm, tali galangan kapal, sepatu, sandal, botol minum,dll. Sampah-sampah ini akan menghambat penyu saat proses mendarat. Sementara jaring nelayan yang dipasang dilaut akan berpotensi membelit penyu dan menyebabkan kematian penyu. Selain factor yang berpengaruh dalam proses pendaratan, ketika penyu sudah mendarat dan bertelur, terdapat potensi gangguan yang mengancam eksistensi penyu di masa depan. Faktor tersebut adalah gangguan oleh hewan predator pemangsa telur (Biawak, Babi Hutan, kepiting dan burung)  dan aktvitas pengambilan telur oleh masyarakat sekitar.  Selain faktor-faktor di atas, pantai yang sedemikan panjang dan jumlah populasi yang kemungkinan sudah jauh berkurang menjadi factor yang berpengaruh terhadap kecilnya peluang berjumpa dengan penyu di wilayah ini.

Selain memantau penyu dan kondisi habitatnya, tim juga mendapatkan informasi tentang  keberadaan Kura-Kura Tuntong (Batagur borneoensis) di SM. Pelaihari.  Berdasarkan informasi awal dan data pengamatan maka perlu dilakukan identifikasi lanjutan terkait satwa Penyu dan Kura-kura Tuntong sehingga kedepannya dapat dilakukan upaya tindak lanjut terkait pelestarian satwa tersebut. Upaya edukasi ke masyarakat juga perlu diintensifkan untuk menumbuhkan kesadaran konservasi masyarakat sehingga keberadaan satwa langka ini tetap lestari. (ryn)

Sumber : Akhmad Fauzan, S.Hut (Penyuluh Kehutanan / Kepala Resort SM Pelaihari, SKW I Pelaihari) dan Jarot Jaka Mulyono, S.Hut, M.Sc. (Call Center BKSDA Kalsel) 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini