Menghitug Kalong Besar Dengan Metode Emergence Count

Senin, 11 April 2022

Labuan Bajo, Balai Taman Nasional Komodo, 2 April 2022. Resort Kampung Rinca Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Taman Nasional Komodo konsisten melakukan perhitungan populasi kalong besar (Pteropus vampyrus) yang terbang keluar dari Pulau Kalong Rinca. Pulau Kalong Rinca merupakan sebuah pulau yang dikelilingi oleh vegetasi mangrove lebat dan merupakan salah satu habitat utama kalong besar serta beberapa koloni kelelawar lainnya di dalam kawasan Taman Nasional Komodo.

Kalong besar merupakan salah satu jenis kalong terbesar dengan berat individu berkisar antara 0,65 Kg sampai dengan 1,1 Kg. Mamalia terbang ini memiliki bentangan sayap mencapai 1.5 meter dan berperan penting dalam penyerbukan serta penyebaran biji dengan jarak yang jauh. Jasa penyebaran biji dalam jarak yang jauh (long distance seed dispersal) yang dilakukan oleh kelelawar bagi ekosistem di wilayah kepulauan dan hutan di lanskap yang terfragmentasi sangatlah penting (Cox et al., 1992; Oleks et al., 2015). Sebagai contoh, kalong besar dapat terbang hingga ratusan kilometer dalam satu malam (Epstein et al., 2009) menegaskan bahwa penyerbukan dan penyebaran biji terjadi pada luasan wilayah yang luas, bahkan sangat jauh dari tempatnya bersarang.

Sheherazade, peneliti kalong besar, melakukan pengamatan lapangan bersama dengan Fahri Ikhlas (Kepala Resort Kampung Rinca) pada tahun 2020 terhadap koloni kalong besar yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Sheherazade menduga bahwa kalong besar yang ada di Pulau Rinca terbang ke arah Pulau Flores untuk mencari makan dan kemungkinan membantu penyerbukan sehingga menjaga produktivitas buah durian di wilayah tersebut. Meskipun memiliki dugaan yang kuat, Sheherazade menyampaikan bahwa topik ini perlu dikaji lebih lanjut kedepannya.

Sheherazade pun memberikan pelatihan kecil bagi petugas Resort Kampung Rinca mengenai teknik memantau populasi kalong besar di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Teknik pemantauan yang diajarkan merujuk pada metode emergence count atau exit count yaitu dengan menghitung jumlah individu yang terbang melintas dari titik tertentu yang mampu memberikan pandangan jelas akan arah dan pola terbang kalong besar di wilayah tersebut. Fahri Ikhlas selaku Kepala Resort Kampung Rinca telah menguasai teknik tersebut dan diharapkan dapat mengimplementasikannya secara baik dan benar bersama anggotanya di lapangan.

Fahri Ikhlas dan tim rutin menyelenggarakan monitoring populasi satwa kalong di Pulau Kalong. Monitoring populasi kalong besar dilakukan setiap 2 minggu sekali setiap bulannya mulai dari pukul 17.30 WITA sampai dengan batas langit gelap. Pengamatan rutin yang dilakukan oleh petugas di tingkat tapak dimaksudkan untuk memperkuat kontinuitas data yang diperoleh berdasarkan pemantauan ilmiah yang diselenggarakan secara periodik setiap tahunnya. Fahri mengamati kalong mulai saat matahari terbenam pada 2 (dua) titik

pengamatan dari atas kapal kayu kecil. Pengamatan yang dilakukan dari atas kapal memudahkan tim untuk dapat melakukan perhitungan populasi kalong besar yang jumlahnya banyak ketika sedang keluar untuk mencari makan. Titik pengamatan berada pada timur dan barat Pulau Kalong.

Estimasi populasi kalong besar di Pulau Kalong Rinca dalam 2 tahun terakhir berturut-turut mencapai 9200 ekor (2020) dan 11500 ekor (2021). Data yang diperoleh dari kegiatan monitoring ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan penting bagi Balai Taman Nasional Komodo terkait dengan perlindungan flora dan fauna serta pengaturan aktivitas wisata di sekitat habitat kalong. Informasi ini juga diharapkan dapat menjadi bahan interpretasi baru bagi para pramuwisata dan naturalist guide di Labuan Bajo dan diharapkan mampu menyadatahukan publik akan pentingnya keberadaan kelelawar bagi keberlangsungan ekosistem di dunia.

Referensi:

  1. 1. Cox, P. A., Elmqvist, T., Pierson, E. D. & Rainey, W. E. Flying foxes as pollinators and seed dispersers in Pacific Islands ecosystems. in Biological Report (eds. Wilson, D. E. & Graham, G. )

90, 18–35 (U.S. Department of the Interior Fish and Wildlife Service, 1992).

  1. 2. Epstein, J. H. et a Pteropus vampyrus, a hunted migratory species with a multinational home-range and a need for regional management. J. Appl. Ecol. 46, 991–1002 (2009).
  2. 3. Oleksy, R., Racey, P. A. & Jones, G. High-resolution GPS tracking reveals habitat selection and the potential for long-distance seed dispersal by Madagascan flying foxes Pteropus rufus. Glob. Ecol. Conserv. 3, 678–692 (2015).

Sumber : Balai Taman Nasional Komodo

Penanggungjawab Berita: Kepala Balai Taman Nasional Komodo - Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. (+6285215959862)

Penulis Berita: Penyuluh Kehutanan Pertama - Fahri Ikhlas, S.Hut. (+6285263770138)

Penyunting Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama - Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. (+6281310300678)

Informasi Lebih Lanjut: Call Center Balai Taman Nasional Komodo (+6282145675612)

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini