Masyarakat Desa Penyangga TNGGP Belajar Pengelolaan Sampah

Rabu, 22 Desember 2021

Bogor, 20 Desember 2021. Di penghujung tahun 2021, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bekerja sama dengan PT. Eigerindo Multi Produk Industri (PT. EMPI) menyelenggarakan pelatihan pengelolaan sampah bagi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di Hotel Cisarua Green World Adventure. Kegiatan ini merupakan implementasi Rencana Kerja Tahunan 2021 PT. EMPI yang menjadi bagian dari rencana pengelolaan dan pengembangan wisata alam dalam bentuk skema Perizinan Berusaha Penyediaan Sarana Jasa Wisata Alam (PB-PSWA) pada Zona Pemanfaatan Blok Baru Bolang, Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Cisarua, Seksi PTN Wilayah VI, Bidang PTN Wilayah III.

Pelatihan diikuti oleh 20 orang perwakilan masyarakat dari Kampung Lemah Neundeut, Desa Sukagalih, Kec. Megamendung, Kabupaten Bogor. Kampung Lemah Neundeut direncanakan akan dijadikan sebagai pilot project untuk pengelolaan sampah oleh masyarakat di wilayah Desa Penyangga TNGGP dimana kampung tersebut merupakan lokasi dekat atau berbatasan langsung dengan areal ruang usaha PT. EMPI. Komitmen tersebut disampaikan oleh Camat Megamendung, Endih saat membuka acara pelatihan ini. Selain itu, harapan dengan adanya pelatihan ini masyarakat agar lebih menyadari pentingnya kepedulian masyarakat terhadap sampah.

Salah satu permasalahan lingkungan pada daerah penyangga yaitu belum adanya penanganan ataupun pengelolaan sampah rumah tangga secara intensif. Sebagian masyarakat membuang sampah ke dalam kawasan TNGGP. Berdasarkan hasil pemantauan lapangan, ditemukan sampah rumah tangga pada 3 lokasi di kawasan TNGGP. Hal ini menjadi catatan dan perhatian BBTNGGP dan pemerintahan desa setempat. Kampung percontohan ini nantinya dapat menjadi teladan bagi masyarakat lainnya.

Kepala Balai Besar TNGGP yang diwakili oleh Kepala Bidang PTN Wilayah III, Dadang Suryana, S.Hut.T.M.Sc., menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan pengelolaann sampah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi produksi sampah rumah tangga dan wisata alam melalui proses pemilahan dan pengolahan sehingga mengurangi volume residu sampah yang harus dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA); mengambil nilai manfaat dari produksi sampah; menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dan meminimalisir aktifitas pembuangan sampah ke dalam kawasan TNGGP sehingga kawasan konservasi dapat berfungsi lebih optimal.

Masyarakat dibekali wawasan dari 3 orang narasumber yang berasal dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor dan aktivis penggerak sadar lingkungan dalam naungan Kelompok Peduli Lingkungan EXPA, dengan materi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bank Sampah Sebagai Fungsi Edukasi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan Pembuatan Eco-Enzym.

Ibu Nur Hayanti, Kasie Pengurangan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor memaparkan strategi penanganan sampah baik organik maupun anorganik. Salah satunya, dengan membangun Bank Sampah. Bank sampah dapat berperan sebagai sarana pengelolaan sampah, edukasi masyarakat dan dapat menghasilkan uang juga dengan program menabung sampah. Program saat ini yang sedang digalakkan oleh Dinas LH Kab. Bogor yaitu membangun “TPS Cantik”.

Hierarki pengelolaan sampah dibuat dalam bentuk piramida terbalik dimana posisi puncak adalah Pencegahan dan pembatasan timbulan, kedua Penggunaan Ulang, Ketiga Pendauran Ulang, Keempat Pembangkitan Energi dan terakhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kegiatan pencegahan dan pembatasan sampah menjadi hal yang paling tinggi dan paling mulia. Sebaliknya, kegiatan pemrosesan akhir di tempat pemrosesan air (TPA), merupakan hirarki yang paling rendah mengingat dampaknya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Hal tersebut dikutip dari materi yang disampaikan oleh Bapak Agus Supriyanto, Kepala Seksi Bina Peritel di Direktorat Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3.

Satu lagi yang menarik perhatian pada materi ketiga, pembuatan eco-enzym dengan pemanfaatan kulit buah-buahan atau sayuran. Bahan yang digunakan yakni: gula aren/merah/molase, bahan organik (kulit buah-buahan) serta air. Hasil fermentasi dari bahan tersebut adalah cairan eco-enzym yang menghasilkan ion negatif dimana memiliki banyak manfaat. Kegunaannya diantaranya sebagai pupuk, deterjen, sabun mandi, sabun kumur mulut, antiseptic untuk luka ringan dan masih banyak lagi manfaatnya.

Banyak hal yang dapat diambil dari pelatihan kali ini, pada prinsipnya permasalahan sampah bermuara di diri kita sendiri. Jika setiap individu mulai lebih peduli terhadap sampah, maka permasalahan sampah akan dapat terselesaikan. Sayangi Diri Sendiri, Sayangi Bumi.

Pasca dilakukannya pelatihan parapihak menyepakati untuk berbagi peran dalam pengelolaan sampah. Masyarakat akan melakukan proses 3R serta pemilahan dan pengolahan sampah, Dinas Lingkungan Hidup akan melakukan pendampingan dalam pembangunan dan operasional TPS Cantik, pemerintah setempat akan mengakolasikan dana desa untuk sarana mobilisasi sampah, PT. EMPI akan mengupayakan penyediaan lokasi untuk bank sampah/ TPS Cantik sedangkan BBTNGGP akan terus melakukan pendampingan/fasilitasi/kordinasi untuk terciptanya lingkungan taman nasional yang aman dan berfungsi optimal. 

Sumber : Ratih Mayangsari, S.Hut. - Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Foto : Ilham Syahida Nurrohman

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini