Mandiri Melalui Hasil Hutan Konservasi Non Kayu

Selasa, 23 November 2021

Pontianak - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat sebesar 7 persen pada kuartal kedua tahun 2021 dinyatakan turut didukung oleh subsektor kehutanan. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di sektor kehutanan, produksi kayu bulat, kayu olahan, dan hasil hutan bukan kayu mengalami peningkatan nilai ekonomi. Peningkatan ini juga diiringi dengan tumbuhnya nilai ekspor kehutanan.

Searah dengan kondisi tersebut, saat ini trend pengelolaan sektor kehutanan memandang sumber daya hutan mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Sumber daya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, khususnya untuk manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan), yang memberikan sumbangan terbesar yakni 80 %.

Pengelolaah HHBK dari Kawasan hutan pada dasarnya masuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM di Indonesia merupakan tulang punggung perekonomian domestik, oleh karenanya perlu didorong untuk menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi. Pada kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 15-18 November 2021, hal yang menjadi kunci dalam pengembangan UMKM Hasil Hutan Konservasi adalah peningkatan nilai tambah produk-produk UMKM, digitalisasi UMKM, dan sinergi.

Pelaknaan kegiatan ini dilatarbelakangi dengan mengusung peningkatan penerapan konsep value-added (nilai tambah) telah menjadi salah satu strategi yang populer selama beberapa tahun.

Direktorat PJLHK, menangkap bahwa yang menjadi persoalan sebenarnya adalah bahwa di pasar saat ini begitu banyak produk dan jasa yang beredar, sehingga kemampuan untuk menambah nilai produk atau layanan merupakan suatu kebutuhan mutlak. Disisi lain, masyarakat sekitar Kawasan hutan konservasi masih memiliki keterbatasan atas jejaring dan pasar yang menerima produk mereka. 

Mendorong adanya pemahaman atas nilai dari produk yang dimiliki dan membuka jejering distribusi baik offline maupun online, direktorat PJLHK Bersama Unit Pelaksana Teknis KSDAE lingkup Provinsi Kalimantan Barat mengundang pelaku usaha UMKM desa yang telah berhasil, dinas kesehatan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pontianak, pelaku usaha lokal, dan kelompok UMKM Pontimarket.id sebagai narasumber dan fasilitator.

“Pandemi Covid-19 menjadi titik terpukul berbagai sektor, namun Indonesia mampu bangkit dan bertahan berkat usaha masyarakat. Hasil hutan berupa obat-obatan dan madu hutan mengalami peningkatan pada masa pandemi, ini menunjukan bahwa HHBK dan jasa lingkungan kedepan akan menjadi masa depan pengelolaan hutan” kata Yohan, Senin 15 November 2021.

Dengan dilaksanakannya kegiatan peningkatan nilai produk hasil hutan konservasi yang diikuti oleh 30 peserta ini, diharapkan timbal baliknya membuat masyarakat sekitar hutan konservasi mampu meningkatkan mutu produknya dan bisa bersaing hingga ke pasar luar negeri.

“Kita berharap masyarakat maupun pendamping yang mengikuti acara ini dapat berbagi dan mendapat ilmu untuk meningkatkan mutu dan kualitas HHBKnya, sudah lama kita tahun Hasil Hutan bukan hanya saja Kayu namun keseluruhan ekosistem yang membentuknya dapat menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat” Tegas Satata, Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat dalam acara pembukaan kegiatan (15/11) .

Pelaksaaan Kegiatan dilakukan selama 4 (empat) hari, dengan berbagai rangkaian kegiatan baik dalam ruangan maupun kunjungan ke lokasi pameran produk UMKM hasil masyarakat.

Sumber : Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi

[teks,flyer&foto | DewiRPN | ©PJLHK | 21112021]

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini