Kamera Jebak Mengungkap Kekayaan Hayati Kepulauan Togean

Senin, 21 November 2022

Kepulauan Togean, 21 November 2022. Studi menggunakan camera trap atau kamera jebak baru-baru ini mengungkap kekayaan hayati di wilayah Taman Nasional Kepulauan Togean dan sekitarnya. Dalam studi ini, kamera jebak didistribusikan secara merata di empat pulau, yaitu Batudaka, Togean, Talatako, dan Malenge. Serangkaian kamera jebak yang dipasang dari bulan Juni-Oktober 2022 tersebut berhasil merekam tidak hanya mamalia terestrial saja, tetapi juga satwa arboreal dan berbagai jenis burung. Setidaknya, sebanyak 25 spesies satwa liar teridentifikasi melalui studi ini, termasuk jenis-jenis endemik, dilindungi, dan terancam punah.

Babirusa Togean (Babyrousa togeanensis) adalah target utama dalam studi ini. Babirusa ini adalah salah satu spesies endemik Kepulauan Togean dan memiliki status terancam punah. Di Kepulauan Togean sendiri, babirusa hanya bisa dijumpai di Pulau Batudaka, Togean, Talatako, dan Malenge (Ito dan Melletti, 2017). Sehingga, kamera jebak yang dipasang melingkupi seluruh wilayah distribusi satwa ini. Sebelumnya, semua babirusa dianggap sebagai satu spesies. Namun sekarang babirusa Kep. Togean dianggap sebagai spesies terpisah dari Babirusa Sulawesi (B. celebensis) dan Babirusa Pulau Buru (B. babyrussa). Oleh karena itu, Kep. Togean ditetapkan sebagai salah satu area prioritas untuk konservasi babirusa. Hingga saat ini belum ada penelitian ekologi mengenai Babirusa Togean, sehingga kamera jebak yang dipasang di Kepulauan Togean ini diharapkan bisa membantu kita memahami ekologi dan perilaku dari satwa ini.  

Selain babirusa, kamera-kamera yang dipasang juga merekam tiga spesies mamalia yang lain, yaitu Tarsius Togean (Tarsius niemitzi), Monyet Togean (Macaca tonkeana) yang dalam bahasa lokal disebut yakis/fonti dan Rusa Jawa (Rusa timorensis). Tarsius Togean juga merupakan spesies endemik Kepulauan Togean. Tarsius ini diperkirakan menghuni seluruh pulau utama di Kepulauan Togean, kecuali Una-Una (Shekelle dkk, 2019). Dalam studi ini, keberadaan tarsius terkonfirmasi di ke-empat pulau yang menjadi lokasi studi. Yakis di Kepulauan Togean hanya menghuni Pulau Malenge. Keberadaannya di sana diduga merupakan hasil introduksi (Riley dkk., 2020). Namun, bagaimana dan kapan primata endemik Sulawesi Tengah ini sampai di sana tidak diketahui dengan pasti. Rusa jawa dalam studi ini hanya terdeteksi di Pulau Talatako. Namun, menurut masyarakat, rusa juga mendiami tiga pulau lain yang menjadi lokasi studi. Rusa Jawa adalah jenis introduksi di Kepulauan Togean, dan sama seperti Yakis, tidak diketahui dengan pasti bagaimana mamalia ini sampai di Kep. Togean.  

Dari rekaman video kamera jebak, teridentifikasi juga setidaknya 21 jenis burung. Menurut Agus, ada lebih banyak jenis burung yang terekam dalam studi ini, tetapi gambar-gambar yang diambil kamera trap tersebut masih perlu dipelajari lagi untuk identifikasi lanjutan. Dari jenis-jenis burung tersebut, sebanyak enam spesies merupakan jenis yang dilindungi, yaitu Elang Ular Sulawesi (Spilornis rufipectus), Junai Emas (Caloenas nicobarica), Gosong Pilipina (Megapodius cumingii), Paok Laus (Pitta elegans), Paok Mopo Sulawesi (Erythropitta celebensis), dan Mandar Muka Biru (Gymnocrex rosenbergii). Sampai sejauh ini, diketahui ada 106 jenis burung yang mendiami seluruh Kepulauan Togean (Indrawan dkk, 2006), dan besar kemungkinan masih banyak jenis-jenis burung lain yang belum teridentifikasi di sana. 

Pemasangan kamera jebak ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan oleh Agus Jati, mahasiswa asal Jawa Tengah yang saat ini sedang menempuh program doktoral di University of Maine, Amerika Serikat. Penelitian ini sejalan dengan salah satu manfaat Taman Nasional sebagai lokasi penelitian. Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) telah menyusun roadmap penelitian yang menjadi panduan dan arahan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan untuk mendukung efektivitas pengelolaan di Taman Nasional Kepulauan Togean. Lebih jauh kegiatan perencanaan penelitian ini dapat mendukung tercapainya visi Taman Nasional Kepulauan Togean, yaitu menjamin keutuhan ekosistem pulau-pulau kecil dan optimalisasi perlindungan, kelestarian dan pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati, yang dilandaskan pada sains/ilmu pengetahuan demi kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan cara baru kelola kawasan konservasi yang harus berbasiskan pada: (1) data dan informasi yang sahih, tidak dipalsu, yang berasal dari fakta lapangan, (2) metode pengambilan data dan analisisnya harus benar dan berdasarkan science, dan (3) penerapan teknologi tinggi dalam rangka menemukan nilai manfaat nyata sumber daya genetik untuk kemanusiaan.

Kepulauan Togean memiliki peran penting dalam konservasi biodiversitas nasional. Berada di kawasan Wallacea, Kep. Togean diyakini menyimpan potensi kekayaan hayati yang besar. Kepala Balai Taman Nasional Kep. Togean, Ir. Bustang, menyampaikan bahwa ditunjuknya Taman Nasional Kepulauan Togean merupakan salah satu wujud komitmen negara untuk melestarikan kekayaan alam Indonesia demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. "Melestarikan alam Togean tidak hanya untuk kepentingan konservasi semata melainkan juga untuk masyarakat yang tinggal di sana. Misalnya, apabila hutan di wilayah kepulauan lestari, maka kualitas hidup masyarakat akan terjamin karena jasa lingkungan seperti air bersih dan berbagai macam hasil hutan akan selalu tersedia", ujar Bustang.

Sumber: Agus Jati (Dept. Wildlife fisheries and Conservation Biology, University of Maine); Oktovianus (Balai Taman Nasional Kepulauan Togean

Referensi

Indrawan, M., Somadikarta, S., Supriatna, J., Bruce, M.D., Djanubudiman, G., 2006. The birds of the Togian islands, Central Sulawesi, Indonesia. Forktail 22, 7–22.

Ito, M., Melletti, M., 2017. Togian Babirusa Babyrousa togeanensis (Sody, 1949), in: Melletti, M., Meijaard, E. (Eds.), Ecology, Conservation and Management of Wild Pigs and Peccaries. Cambridge University Press, Cambridge, pp. 76–84.

Riley, E., Lee, R., Sangermano, F., Cannon, C., Shekelle, M., 2020. Macaca tonkeana [WWW Document]. URL https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-3.RLTS.T12563A17947990.en (accessed 9.20.21).

Shekelle, M., Groves, C.P., Maryanto, I., Mittermeier, R.A., Salim, A. and Springer, M.S. 2019. A new tarsier species from the Togean Islands of Central Sulawesi, Indonesia, with references to Wallacea and conservation on Sulawesi. Primate Conservation 33: 1-9

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini