Mencari Solusi Mitigasi Konflik Satwa Liar

Rabu, 24 Mei 2023 Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Siamang berkonflik dengan warga di Desa Pancur Natolu

Tarutung, 24 Mei 2023 - Siswa-siswi SMP Negeri 4 Pangaribuan, di Desa Pancur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, tiba-tiba dihebohkan dan dibuat resah dengan penampakan satwa liar jenis Siamang (Symphalagus syndactylus) di lingkungan sekolah tersebut pada hari Senin,  17 Oktober 2022. Kehadiran satwa berbulu hitam ini bukan hanya mengganggu  karena suaranya yang berisik, tapi juga  mengganggu proses belajar mengajar. Untung saja tim gabungan dari Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah IV Tarutung saat itu bersama dengan lembaga mitra kerjasama Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) berhasil menghalaunya dengan melakukan pengusiran.

Peristiwa ini hanya sebagian dari contoh konflik yang terjadi antara warga dengan satwa liar, khususnya di Kabupaten Tapanuli Utara. Penampakan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) yang jalur jelajahnya di seputaran kawasan hutan Batang Toru, termasuk Kabupaten Tapanuli Utara,  kerap juga muncul. Demikian pula konflik warga dengan satwa liar jenis Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) sangat sering terjadi dan menyerang lahan pertanian ataupun perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara yang dianggap masyarakat sebagai hama.

Tingginya intensitas konflik warga dengan satwa liar, mendorong pihak-pihak terkait untuk membahasnya dalam forum resmi. Oleh karena itulah pada  Selasa, 23 Mei 2023, dengan difasilitasi lembaga YOSL-OIC bersama dengan Dinas  Lingkungan Hidup Tapanuli Utara telah dilaksanakan Focus Grup Discusion (FGD) Mitigasi Konflik Manusia dan Satwa liar di aula Kantor Bupati Tapanuli Utara, dengan mengundang Balai Besar KSDA Sumatera Utara menjadi narasumber. FGD ini diikuti jajaran Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Utara/UPD Kabupaten Tapanuli Utara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang konservasi hutan dan satwa serta masyarakat Tapanuli Utara. 

FGD dimaksudkan untuk membahas permasalahan dan penanggulangan konflik manusia dan satwa liar di Kabupaten Tapanuli Utara, membangun kesepakatan antara multi pihak guna bekerjasama dalam penanganan konflik manusia dan satwa liar untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan baik terhadap perekonomian, sosial dan konservasi alam serta menyusun rencana aksi penanganan konflik satwa.

Pada kesempatan ini Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Tarutung, Manigor Lumbantoruan, SP. menyampaikan pemaparan terkait konflik yang terjadi, faktor penyebab serta solusi penanganannya. Manigor Lumbantoruan juga mengajak seluruh UPD di Kabupaten Tapanuli Utara maupun LSM/NGO serta masyarakat agar berkolaborasi dalam penanganan konflik manusia dengan satwa liar, misalnya dengan tidak melakukan kegiatan perburuan dan pemasangan jerat, mengingat jerat bisa mengancam keselamatan satwa liar termasuk jenis yang dilindungi, serta mengamankan ternak-ternak peliharaan dengan cara mengkandangkannya.

Melalui FGD ini seluruh peserta  berharap ada tindaklanjutnya dengan terbentuknya Satgas Mitigasi Konflik Manusia dan Satwa Liar di Kabupaten Tapanuli Utara yang melibatkan berbagai unsur/pihak, sehingga konflik bukan hanya bisa ditangani tetapi juga bisa dicegah dan diminimalisir baik peristiwa maupun dampaknya.


Sumber : Sahat Berutu (Polhut Terampil) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini