Selasa, 07 November 2017
Indragiri Hulu, 6 November 2017. Upaya menuju perubahan pola kehidupan/pemikiran masyarakat tradisional dari ketergantungan akan hasil hutan maka Balai TN Bukit Tiga Puluh (TNBT) melakukan pembinaan terhadap masyarakat suku tradisional dalam bentuk kemitraan masyarakat zona tradisional. Target kemitraan zona tradisonal adalah masyarakat suku asli tradisional Talang Mamak, yang telah hidup puluhan tahun di dalam hutan Bukit Tiga Puluh. Adapun kemitraan zona tradisional TNBT ditargetkan seluas 25 (dua puluh lima) Hektare dan rotan jernang dan kelukup dipilih menjadi obyek kemitraan dalam pemanfaatan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan yang akan dikembangkan.
Tahap sebelumnya, TNBT telah menfasilitasi pembentukan kelompok masyarakat tradisional yaitu kelompok “Jelemu Bengayauan” Dusun Bengayauan, Desa Rantau Langsat dan “Tualang Sejahtera” Dusun Tualang, Desa Siambul. Kedua desa tersebut secara administratif berada di Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau dan berada di wilayah kerja Resort Siambul, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Belilas Riau.
Tahap fasilitasi selanjutnya adalah penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) kelompok dimana setiap kelompok dilibatkan dalam penyusunan RKT satu tahun kedepan. Dalam RKT kelompok tersebut terdapat kegiatan peningkatan kapasitas kelompok dalam hal Pelatihan budidaya jernang dan kelukup. Kegiatan pelatihan budidaya jernang dan kelukup ini telah dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, pada 2-4 November 2017 di Ruang Serbaguna Kantor Kecamatan Batang Gansal, Kab. Indragiri Hulu Prov. Riau dengan total peserta sebanyak 60 (enam puluh) orang masyarakat dusun yang tergabung dalam kelompok Jelemu Bengayauan dan Tualang Sejahtera.
Narasumber utama adalah tenaga ahli yang tergabung dalam Perkumpulan Gita Buana Propinsi Jambi, Heri Kuswanto. Sedangkan narasumber pendukung meliputi Pejabat struktural Balai TNBT (KSBTU dan Kepala SPTN Wilayah II Belilas) yang menyampaikan tentang Profil TNBT dan Program Kemitraan Zona Tradisional TNBT, Penyuluh Kehutanan TNBT menyampaikan tentang Role Model Pengelolaan Zona Tradisional TNBT, pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (Bapemas Pemdes) Kab. Indragiri Hulu menyampaikan Program Pemberdayaan Masyarakat. Acara dibuka secara resmi oleh Camat Batang Gansal dan dihadiri oleh Sekretaris Camat Batang Gansal, Kepala Balai TNBT, Ka. SPTN II Belilas, Perangkat desa terkait, tetua adat dan Nara Sumber.
Pada minggu sebelumnya, narasumber utama telah diundang untuk penyampaian materi budidaya jernang dan kelukup dengan sasaran kelompok desa binaan TNBT.Oleh karena panitia dan peserta merasa puas dengan materi dan metode penyampaiannya maka narasumber Heri Kuswanto diundang kembali untuk mengisi materi terkait hal yang sama dengan sasaran masyarakat suku tradisional Talang Mamak. Masyarakat peserta pelatihan keseluruhan adalah masyarakat dusun yang notabene buta huruf. Mayoritas masyarakat dusun cenderung pemalu dan kurang aktif dibandingkan masyarakat dusun yang tinggal di pusat desa. Hal ini kemungkinan disebabkan kegiatan pemberdayaan masyarakat selama ini dipusatkan di pusat desa yang berada di luar kawasan TNBT. Akses yang cukup jauh menjadi salah satu faktor penyebab kegiatan pemberdayaan lebih terpusat di pusat desa.
Narasumber dan moderator harus pandai dalam mendorong peserta untuk aktif bertanya dan terkadang harus selalu mengulang penyampaian materi. Pada hari pertama pelatihan, peserta cenderung diam dan pasif, hal ini dimungkinkan karena mereka masih beradaptasi dengan suasana pelatihan. Peserta yang cukup aktif bertanya dan berkomentar, biasanya mereka adalah para perangkat dusun/desa yaitu ketua RT, kepala dusun, ketua RW. Pada hari kedua dan ketiga, suasana pelatihan mulai terasa hidup, dimana diskusi sudah cukup terbangun.
Materi teknik budidaya rotan jernang meliputi tahapan pengenalan, analisis usaha, pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, pengolahan hasil dan pemasaran. Praktek kegiatan meliputi cara pembibitan dengan biji menggunakan cairan atonik untuk merendam biji sebelum disemai, hanya saja biji yang dibawa sudah mulai busuk.
Permasalahan yang dialami oleh kebanyakan peserta dalam budidaya jernang dan rotan antara lain cara membedakan antara jernang jantan dengan betina, cara pembibitan dengan biji yang memakan waktu dormansi yg cukup lama yaitu 2 bulan dan tanaman lama tak berbuah meski sudah puluhan tahun dan rendahnya tingkat hidup pembibitan dengan anakan alami.
Pasca kegiatan pelatihan ini, diharapkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tradisional TNBT meningkat dalam hal budidaya jernang dan kelukup. Petugas pendamping akan mendampingi secara intensif agar program kemitraan zona tradisional ini dapat mencapai tujuan akhir.
Sumber : Balai TN Bukit Tiga Puluh
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0