Senin, 23 Desember 2024 BBKSDA Sulawesi Selatan
Bulukumba, 18 Desember 2024 – Dalam upaya melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan BIOFIN-UNDP menggelar rapat koordinasi bersama dinas terkait. Acara ini menandai dimulainya percepatan pemanfaatan dana sosial Islam untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati di Desa Kahayya, Sulawesi Selatan. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulawesi Selatan turut hadir sebagai narasumber kunci dalam rapat ini.
Hasil kajian BIOFIN mengungkap bahwa kebutuhan anggaran untuk mengimplementasikan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) mencapai Rp167,9 triliun. Namun, terdapat kesenjangan finansial yang signifikan untuk merealisasikan target ini. Mobilisasi dana dari berbagai sumber, termasuk pendanaan sosial Islam, menjadi salah satu solusi strategis untuk menjembatani kekurangan tersebut.
BAZNAS melalui program Zakat for Community Development (ZCD) telah menjadikan Desa Kahayya sebagai lokasi program sejak 2019. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat mustahik (penerima zakat) agar bertransformasi menjadi muzakki (pemberi zakat). Bersama BIOFIN-UNDP, program ini kini diperluas untuk mengintegrasikan perspektif pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Desa Kahayya, yang terletak di ketinggian 700–1.800 mdpl di kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, merupakan kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi. Lanskapnya mencakup vegetasi pegunungan dan menjadi habitat satwa endemik seperti anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Di wilayah ini juga terdapat dua kawasan konservasi, yakni Taman Wisata Alam Malino dan Taman Hutan Raya Abdul Latief, yang menjadi benteng pelestarian biodiversitas Sulawesi.
Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Ir. Jusman, memaparkan potensi pengembangan kegiatan konservasi di Desa Kahayya. Inisiatif yang dapat dilakukan meliputi pendidikan lingkungan melalui program visit to school hingga pengembangan area preservasi berbasis komunitas. Upaya ini diharapkan tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem.
Pendanaan sosial Islam, seperti zakat, infak, dan sedekah, memiliki potensi besar untuk mendukung implementasi Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP). Pendekatan ini diharapkan mampu mengatasi kesenjangan finansial dalam konservasi sekaligus memberikan dampak nyata bagi pengembangan komunitas. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat, Desa Kahayya diharapkan dapat menjadi model integrasi antara pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi berbasis keadilan sosial.
Inisiatif ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi wilayah lain untuk mengembangkan solusi kreatif yang menggabungkan pemberdayaan masyarakat dengan pelestarian alam, guna mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Sumber: Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan (Siaran Pers Nomor : SP.59/K.8/TU/Humas/12/2024)
Call Center BBKSDA Sulsel: 08114600883
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0