Senin, 21 Agustus 2017
Burung Kacamata Makassar adalah salah satu burung endemik yang hanya bisa dijumpai di Sulawesi Selatan. Foto: Kamajaya Shagir
Kawasan Sulawesi diyakini memiliki setidaknya 9–10 jenis burung kacamata (Zosterops spp.) termasuk yang ada di pulau-pulau yang terisolir. Isolasi ini telah mengakibatkan terbentuknya variasi baik dalam morfologi maupun dalam perbedaan suara dan nyanyian.
Tak banyak yang mengenal burung kacamata atau yang lebih familiar disebut dengan burung pleci. Hanya pengamat burung (birder) dan penggemar burung kicau yang sedikit paham dirinya. Kicaunnya yang merdu telah menjadi incaran para pedagang dan pemelihara burung kicauan.
Mari kita bahas salah satu jenis burung kacamata, yakni burung kacamata Makassar. Burung endemik atau hanya diketahui hidup di Sulawesi Selatan, ditemukan hidup berkelompok di semak-semak daerah perbukitan, hutan sekunder, dan tepi hutan sampai ketinggian 1.370 m dpl.
Di Kawasan Taman Nasional (TN) Bantimrung Bulusaraung. “Burung Kacamata Makassar ini sering saya jumpai di hutan Karaenta” tutur Hendra, pemandu lokal yang sering mendampingi tamu birder dari travel perjalanan.
“Biasanya pagi-pagi burung cui-cui ini keluar dari sarangnya untuk mencari makan” lanjutnya. Waktu terbaik mengamati burung secara umum adalah antara pukul 06.00 s.d 10.00 Wita.
Cui-cui adalah nama lokal burung ini di Makassar dan sekitarnya. Nama latinnya adalah Zosterops anomalus. Dalam bahasa inggris sering disebut Black-ringed White-eye, ini dikarenakan umumnya burung jenis ini memiliki ciri dengan lingkaran di sekitar mata berwarna putih. Tapi tidak dengan burung Kacamata Makassar ini lingkaran di sekitar matanya justru berwarna hitam. Burung pemangsa serangga ini memiliki ciri-ciri tenggorokan kuning, perut putih, dan penutup ekor bagian bawah putih.
Zosterops sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti “sabuk mata”. Namun tak semua burung kacamata memiliki ciri khas ini berupa cincin lingkaran pada mata. Ukuran burung kacamata ini berkisar antara 8–15 cm.
Pertengahan Juni 2017 lalu seorang author buku panduan lapangan “A Guide to the Birds of Wallacea”, K. David Bishop bertandang ke Makassar. Menyempatkan diri mengunjungi TN Bantimurung Bulusaraung untuk mengamati burung endemik Sulawesi Selatan ini. Ya…Burung Kacamata Makassar adalah target utamanya.
Pagi itu awan mendung menyelimuti Karaenta, sesekali gerimis menyapu hutan karst yang dibelah jalan poros menuju Bone ini. Tak langsung mengamati burung, beliau mengitari hutan ini terlebih dahulu. Scanning bersama guide lokal menuju spot pengamatan yang berada di hutan Karaenta. Mengetahui kedatangan pengarang guide book burung ini Kamajaya Shagir, PEH TN Bantimurung Bulusaraung menyusul beliau ke Karaenta
Tak menunggu begitu lama, burung Kacamata Makassar menampakkan diri. Sesekali burung endemik ini mengeluarkan kicauan khasnya. Mengira sang maestro telah mengetahui kehadirannya, namun sepertinya beliau sudah sedikit lupa suara khas itu. Maklum sudah 36 tahun lalu terakhir kali mengamati burung ini.
Sang local guide pun berinisiatif menunjukkan kehadirannya. Betapa girangnya sang maestro. Raut wajahnya sumringah. Beliau pun mengarahkan binokuler miliknya. Mengamati seksama dan selanjutnya mengambil tape recorder untuk merekam suara burung Kacamata Makassar ini.
Foto bersama K. David Bishop, Kamajaya Shagir, teman Bishop dan pemandu travel perjalanan yang membawanya ke Hutan Karaenta. Foto: Hendra
Pada akun facebook milik Kamajaya Shagir yang bersamanya selama birding di Karenta, K. David Bishop mengungkapkan kekaguman akan burung ini. “A great morning despite the rain in some lovely forest and superb views of the endemic Black-ringed White-eye. A Suprisingly neat bird” ujarnya.
Kawasan TN Bantimurung memiliki beragam jenis burung, tak kurang dari 154 jenis burung di kawasan yang didominasi bukit karst ini. Hampir setengah dari jumlah tersebut adalah jenis burung endemik. “Ke depan burung-burung endemik ini akan kami kumpulkan dalam bentuk buku” kata Kepala Balai TN Bantimurung Bulusaraung, Sahdin Zunaidi.
Kenali dan cinta Negerimu dengan baik dan benar. Ayo ke Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Sumber : Taufiq Ismail – PEH TN Bantimurung Bulusaraung
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0