Jumat, 05 Maret 2021
Medan, 5 Maret 2021. 9 (sembilan) Orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang direpatriasi dari Malaysia dan tiba di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, pada tanggal 18 Desember 2020 yang lalu, sudah menjalani proses karantina di Pusat Karantina Orangutan Sumatera (PKOS) - Sumatran Orangutan Conservastion Programme (SOCP) di Batu Mbelin-Sibolangit, Deli Serdang, selama 2 bulan lebih.
Guna meng- up date kondisi terkini dari 9 orangutan tersebut kepada publik, Balai Besar KSDA Sumatera Utara menggelar konferensi pers yang dilaksanakan pada Rabu, 3 Maret 2021, di ruang rapat Balai Besar KSDA Sumut.
Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For. didampingi Kepala Bagian Tata Usaha Teguh Setiawan, S. Hut., MM., dalam paparannya menyebutkan bahwa ke 9 orangutan tersebut, masing-masing : Unas/betina/12 kg, Shielda/betina/17 kg, Yaya/betina/21 kg, Ying/betina/15 kg, Mama Zila/betina/17 kg, Feng/jantan/18 kg, Papa Zola/jantan/20 kg, Payet/jantan/11 kg dan Sai/jantan/17 kg, secara umum kondisinya saat ini setelah dipindahkan dari kandang transportasi ke kandang permanen dalam keadaan baik.
“Rekan-rekan dari PKOS-SOCP pada tahap awal kedatangan di pusat karantina fokus pada pemantauan kondisi kesehatan 9 orangutan dimaksud. Setelah itu secara bertahap akan dilakukan rehabilitasi baik secara fisik maupun psikisnya, seperti sifat manja harus dirubah karena mereka nanti akan hidup di alam” ujar Hotmauli.
Harapannya kedepan, setelah kondisinya benar-benar sehat dan pulih, serta telah melalui tahapan rehabilitasi dan bila direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan, maka Balai Besar KSDA Sumatera Utara bersama dengan SOCP siap untuk melepasliarkannya ke habitatnya, urai Hotmauli mengakhiri penjelasannya.
Selain konferensi pers up date informasi repatriasi 9 Orangutan Sumatera dari Malaysia selama menjalani proses karantina dan rehabilitasi di PKOS-SOCP, juga bersamaan dilakukan konferensi pers kegiatan Balai Besar KSDA Sumatera Utara dalam memulihkan ekosistem kawasan konservasi melalui kemitraan konservasi.
Dalam paparannya, Kepala Balai besar KSDA Sumatera Utara menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2017 s.d 2020, Balai besar KSDA Sumatera Utara telah menjalin kerjasama kemitraan konservasi dengan 9 (sembilan) Kelompok Tani Hutan (KTH) yang tersebar di beberapa kawasan konservasi. 5 (lima) diantaranya dilakukan dengan KTH di kawasan SM. Karang Gading dan Langkat Timur Laut.
Dari 5 kerjasama kemitraan yang dibangun, 3 KTH telah menuai hasil dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat serta manfaat bagi pengelolaan kawasan. Ketiga KTH tersebut, masing-masing : KTH Tumbuh Subur, yang memulai kerjasama kemitraan sejak tahun 2017 dalam rangka pemulihan ekosistem di areal 244 ha di Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, dengan menanam tanaman asli baik tanaman kehutanan maupun tanaman produktif yang bermanfaat bagi masyarakat. Saat ini masyarakat sudah dapat merasakan manfaatnya dengan panen buah-buahan.
Kelompok Tani Hutan Indah Bersama, memulai kerjasama kemitraan dalam rangka pemulihan ekosistem sejak tahun 2019 di areal seluas 207 hektar di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, yang secara bertahap mengganti tanaman non kehutanan seperti kelapa sawit dengan jenis tanaman asli baik tanaman kehutanan maupun tanaman produktif. Dan manfaatnya sudah dirasakan dimana masyarakat sudah memanen buah semangka.
Kelompok Tani Hutan Gading Hijau, memulai kerjasama kemitraan dalam rangka pemulihan ekosistem sejak tahun 2019 di areal seluas 125 hektar di Desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang, yang memulihkan ekosistem kawasan dengan pola silvofishery memadukan budidaya ikan bandeng dengan tehnik empang paluh dan budidaya tanaman asli jenis mangrove. Saat ini masyarakat sudah menikmati hasilnya dengan panen ikan bandeng sebanyak ± 600 kg.
“Balai Besar KSDA Sumatera Utara berkomitmen untuk tetap mengharmonisasikan upaya-upaya pelestarian dan pemulihan kawasan konservasi sejalan dengan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dengan pola kerjasama kemitraan konservasi. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama rekan-rekan jurnalis dari berbagai media, baik cetak, elektronik maupun media sosial guna menyebarluaskan informasi ini agar menjadi motivasi dan inspirasi bagi masyarakat maupun kelompok tani hutan lainnya,” ujar Hotmauli mengakhiri paparannya.
Konferensi pers yang tetap menerapkan protokol kesehatan, selain diikuti oleh jurnalis dari berbagai media baik cetak, elektronik dan media on-line, juga dihadiri Kepala Divisi Konservasi Eksitu SOCP, dokter hewan Citra Nente, Kepala Bidang KSDA Wilayah I Kabanjahe Mustafa Imran Lubis, SP., Kepala Sub Bagian Data, Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Balai Besar KSDA Sumut Andoko Hidayat, S.Hut., MP. dan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Stabat Herbert BP. Aritonang, S.Sos., MH.
Sumber : Evansus Renandi Manalu - Analis Data Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0