Physical Distancing ala Suku Anak Dalam

Senin, 13 April 2020

Tebo, 11 April 2020. Pandemi global Covid 19 telah ikut memberikan dampak pada kehidupan Suku Anak Dalam (SAD) yang berada di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) khususnya di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Kabupaten Tebo, Jambi. Berbagai informasi yang berkembang di tengah masyarakat dipahami mereka sebagai penyakit yang sangat berbahaya di mana ketika bertemu dengan orang luar akan menyebabkan kematian seketika,

Merespon wabah yang berbahaya ini, Suku Anak  Dalam yang biasa juga disebut Orang Rimba telah memiliki kearifan lokal yang ada jauh sebelum Covid 19 muncul yaitu besesandingon. Besesandingon merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun dengan menjaga  jarak dengan orang lain dengan hidup jauh di tengah hutan. Besesandingon dilakukan bila ada wabah seperti Covid 19 yang mereka sebut dengan cinenggo.

Guna meluruskan pemahaman keliru dan memberikan edukasi mengenai Covid 19 ini, Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh bekerjasama dengan PT. Lestari Asri Jaya (PT. LAJ) yang merupakan pemegang konsesi HTI karet yang berlokasi di penyangga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan wilayah penghidupan SAD melakukan aksi peduli berupa sosialisasi tentang Covid 19. Sosialisasi ini juga menggandeng Puskesmas Sumay Kabupaten Tebo yang melibatkan dokter dan paramedisnya.

Sosialisasi dilakukan secara marathon selama 3 (tiga) hari tanggal 8 s.d 10 April 2019 dengan mengunjungi kelompok SAD yang melakukan besesandingon baik di areal konservasi PT. LAJ maupun di zona rimba TNBT. Besesandingon dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sebanyak 3 sampai 5 kepala keluarga. Jumlah keseluruhan yang menjadi sasaran sosialisasi ini adalah 37 kepala keluarga dan 142 jiwa yang terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok Tumenggung Bujang Kabut 10 KK, Tumenggung Hasan 18 KK dan Tumenggung Buyung 9 KK.

Dokter Sulin Ziyati dari Puskesmas Suo Suo menjelaskan tentang Covid 19, bagaimana pola penyebarannya dan bagaiman pencegahannya serta juga tentang pola hidup sehat yang harus diterapkan seperti kebiasaan mandi dan sikat gigi teratur, mencuci tangan dan memasak makanan yang harus dipastikan matang, dan juga cara menyikat gigi yang benar kepada anak-anak SAD yang juga ikut serta besesandingon.

Kurniawan sebagai Manajer Wildlife Conservation Area (WCA) PT. LAJ menyeru masyarakat SAD untuk bahu membahu memutus mata rantai penyebaran Covid 19. Hal yang paling bisa dilakukan masyarakat SAD adalah memberikan informasi bila ada di antara warga SAD yang menunjukkan gejala klinis seperti Covid 19 baik ke tenaga kesehatan maupun ke perusahaan untuk selanjutnya akan diteruskan ke puskesmas.

Kepala Balai TNBT melalui Kepala SPTN I mempersilakan warga SAD untuk menjadikan areal TNBT sebagai tempat besesandingon dengan tetap menjaga kebersihan kawasan dan tidak melakukan aktivitas yang merusak keutuhan kawasan. Selain itu diharapkan warga SAD yang melakukan besesandingon berperan aktif menjaga kawasan TNBT dengan melaporkan kepada Balai TNBT bila ada pihak luar melakukan aktivitas illegal seperti penebangan kayu, perburuan satwa dan pembukaan lahan.

Sosialisasi diakhiri dengan pemberian bantuan berupa paket sembako dan peralatan mandi dan cuci tangan dengan harapan dapat membantu kehiduopan SAD selama melakukan besesandingon dan bisa melakukan pola hidup bersuh dan sehat.

Sumber : Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini