Karena Alasan Cuaca, Jalur Pendakian Bulusaraung Tutup Sementara Waktu

Rabu, 08 Januari 2020

Pangkep, 8 Januari 2020. Jalur pendakian Gunung Bulusaraug tutup untuk sementara waktu hingga batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Begitulah salah satu penggalan pengumuman yang dikeluarkan oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebagai pengelola.

Bersama Kelompok Pengelola Ekowisata (KPE) Dentong, taman nasional berkolaborasi mengelola pendakian Gunung Bulusaraung. KPE Dentong adalah kumpulan pemuda masyarakat Desa Tompobulu. Desa terakhir sebelum memuncak.

Beberapa hari sejak memasuki tahun 2020 hujan terus mendera. Informasi terkini dari BMKG memprediksi cuaca buruk akan melanda wilayah Makassar dan sekitar hingga beberapa pekan ke depan.

 “Hujan dengan intensistas tinggi berpotensi menyebabkan longsor di beberapa titik jalur pendakian Bulusaraung. Pos 3, 4, dan 5 adalah jalur yang rawan longsor,” pungkas Iqbal Abdai Rasyid, Kepala SPTN Wilayah I Balocci.

Penutupan ini cukup beralasan. Tak hanya longsor yang mengintai pendaki. Bahaya pohon tumbang juga berpotensi besar. Angin  juga bertiup cukup dahsyat beberapa hari terakhir ini di wilayah Sulawesi Selatan secara umum.

Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung  hingga kemudian melayangkan surat resmi penutupan pendakian Bulusaraung pada Senin, 6 Januari 2020. Melalui akun Instagramnya: @tnbabul, menginformasikan penutupan ini dengan mengunggah pengumuman penutupan tersebut.

Penutupan ini berlaku sejak Minggu (5/1/2020). Saat dikonfirmasi kepala balai taman nasional membenarkan informasi ini. “Saya minta teman-teman taman nasional menyampaikan pengumuman ini ke khalayak. Saya minta juga KPE Dentong membantu menyebarkan informasi penting ini,” pungkas Yusak Mangetan, Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Pendakian Bulusaraung hanya memiliki satu jalur pintu resmi yakni melalui Desa Tompobulu, Balocci, Pangkep. Pembelian karcis masuk hanya tersedia di loket yang berada di Pusat Informasi Bulusaraung di desa yang berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (m dpl) itu. Untuk sekali bertandang pendaki cukup merogoh kocek: Rp. 8.000 per orang.

Pengelola berharap agar peminat Bulusaraung menahan diri dan mematuhi pengumuman penutupan. “Ini adalah wujud kepedulian kami kepada pendaki. Saya minta teman-teman pendaki bersabar hingga cuaca memungkin untuk kembali mendaki,” pesan Yusak. Penutupan jalur pendakian ini juga menjadi harapan pengelola agar alam memulihkan diri untuk sementara waktu.

Gunung yang memiliki ketinggian 1.353 m dpl ini menjadi favorit pendaki yang berada di wilayah Makassar dan sekitarnya. Meski tak terbilang ekstrim mendaki Bulusaraung tetap harus memiliki persiapan cukup. Apalagi saat cuaca yang kurang bersahabat. Jalur pendakian Bulusaraung memiliki 9 Pos. Pos 10 adalah puncak Bulusaraung. Untuk mendirikan tenda tersedia area kemah di Pos 9. Pos 1 sampai Pos 5 memiliki medan yang cukup menantang. Menanjak tajam dan jalurnya sempit.

Setiap pos tersedia gasebo untuk beristirahat. Melepas dahaga dengan sajian hijaunya hutan yang mengurumuni pegunungan ini.

Mendaki di Bulusaraung menarik karena pendaki tak terpapar langsung sinar matahari. Rimbun vegetasi sepanjang jalur menaungi. Sesekali suara burung yang bertengger di dahan pohon bersiul menyambut pendaki. Kupu-kupu dan serangga lain hilir mudik memamerkan sayap cantiknya. Membuat pendakian tak terasa.

Begitu sampai di Pos 5, pendaki bisa mencari spot untuk menikmati pemandangan permukiman Desa Tompobulu dari ketinggian. Rumah-rumah beratap seng berwarna coklat karena termakan karat berjejer rapi. Petak-petak sawah berukir indah tampak mengelili desa. Ujung horizon berjejer rapi gunung berpadu bukit seperti tersamar dari kejauhan.

Bagi yang beruntung kuskus beruang (Ailurps ursinus) dan monyet hitam sulawesi (Macaca maura) kadang menyapa pendaki. Cukup seru menyaksikan tingkah mereka beraktivitas di habitatnya.

Saat menempuh pendakian dari pos 5 ke pos 9 perjalanan lebih mudah. Lebih datar dan hawa pengunungan sudah begitu terasa. Sejuk tak terkira. Kiri-kanan terhampar pepohonan yang megah dengan lumut menyelimutinya.

Tiba di Pos 9 pendaki bisa langsung mendirikan tenda. Beristirahat sejenak dengan hiburan suara-suara khas serangga penghuni hutan. Saat menjelang terbenam matahari para pendaki kemudian berbondong-bondong menuju puncak Bulusaraung. Menikmati panorama alam yang memukau. Hamparan lanskap Makassar dengan tunggak-tunggak gedungnya berselimut langit jingga. Dari puncak gunung ini juga tersaji hamparan panorama khas berupa tunggak bukit karst yang membentang dari Pangkep hingga ke Maros. Luas menghapar, tampak unik karena sulit menemukan panorama yang sama di nusantara.

Pendakian Bulusaraung menerapkan nol sampah – zero waste – saat mendaki. Petugas di loket akan memeriksa barang bawaan pendaki. Mencatat barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah. Karenanya pendaki dihimbau untuk membawa kembali sampah mereka saat turun gunung. Saat turun gunung Satuan Tugas Bulusaraung akan kembali mengecek barang bawaan pendaki. Memastikan tak ada sampah yang ditinggalkan di gunung. Jika menemukan ketidak sesuai yang mengindikasikan sampah tertinggal di gunung maka denda berlaku. Ketentuan ini telah tertuang dalam Standard Operational Prosedure Pendakian Bulusaraung.

Karenanya kurangilah membawa bekal yang berpotensi menimbulkan sampah saaat hendak mendaki Bulusaraung. Bawalah kembali sampah Anda agar alam tetap asri.

Semoga cuaca kembali bersahabat hingga para penikmat nuansa alam bisa kembali merasakan serunya mendaki Bulusaraung. Buatlah persiapan matang dan kurangilah membawa bekal berpotensi sampah.

 

Sumber: Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini