Temu Wicara di Desa “Ramah Burung” Jatimulyo

Kamis, 05 September 2019

Yogyakarta 4 September 2019, Balai KSDA Yogyakarta menggelar anjangsana ke kelompok masyarakat di Desa Jatimulyo yang dikemas dalam bentuk "Temu Wicara". Kegiatan yang berlangsung di Omah Suling, Gunung Kelir, Jatimulyo, dihadiri muspika Kecamatan Girimulyo, Pemerintah Desa, dan beberapa Kepala Dusun setempat.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Jatimulyo, Anom Sucondro menceritakan tentang “succes story” Desa Jatimulyo. Awalnya masyarakat masih memperlakukan alam dengan semena-mena. Menangkap ikan dilakukan dengan listrik , serta menembaki burung-burung di alam. “Melihat kondisi alam yang semakin menurun tersebut, di tahun 2014, Pemerintah Desa Jatimulyo membuat Peraturan Desa (Perdes) terkait pelesarian alam. Selanjutnya di tahun 2016, Pemerintah Desa Jatimulyo juga membuat perdes tentang mata air terjun dan pada tahun 2018 dibuat perdes tentang wisata desa.” jelas Anom.

Untuk mengembangkan potensi baik keunikan alam, kehati maupun budayanya, pemerintah desa melakukan kerjasama dengan stakeholder terkait. Dengan semakin banyaknya jenis burung di Jatimulyo, menjadikan desa ini terkenal dengan icon “Desa Ramah Burung”.

Terkait perlindungan satwa dapat diakui Desa Jatimulyo cukup baik dalam pengelolaanya. Namun demikian, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Desa Jatimulyo yaitu permasalahan sampah menjadi sebuah ancaman bagi keberlangsungan wisata yang sampai saat ini masih dalam proses penyelesaian.

Untuk mendukung pelestarian burung secara berkelanjutan, setelah adanya perdes pelestarian alam, dibentuklah Kelompok Tani Hutan Wana Paksi, dengan jenis kegiatan utama pada kegiatan edukasi dan adopsi sarang. Mayoritas anggota kelompok ini adalah mantan pemburu yang kini memiliki kesadaran akan konservasi burung. Seiring berjalannya waktu, kegiatan kelompok semakin beragam. Semula kegiatan kelompok terkait pelestarian burung, kini juga merambah pada budidaya lebah dan wisata alam.

Kepala Balai KSDA Yogyakarta,M. Wahyudi mengapresiasi kegiatan kelompok ini. “Saya terkesan dengan kegiatan kelompok Wana Paksi ini terlebih lagi pihak pemerintah Desa Jatimulyo juga telah memberikan dukungan terhadap kegiatan kelompok. Penerbitan tiga perdes di Desa Jatimulyo ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa memiliki awareness yang tinggi terhdap konservasi dan lingkungan. Kedepan untuk lebih mematangkan kelembagaannya, dapat disusun lagi Perdes-perdes pendukung yang berkaitan dengan lingkungan.” ulasnya. Lebih lanjut M. Wahyudi menyoroti permasalahan sampah agar dapat dikelola dengan melibatkan banyak pihak dalam pengolahannya sehingga sampah tersebut dapat memberikan nilai tambah untuk mendukung edukasi wisata. 

Keberadaan Desa Jatimulyo sebagai Desa “Ramah Burung” ini potensial untuk lebih dikembangkan agar dapat mendukung Borobudur sebagai satu destinasi wisata super prioritas. Kerjasama dengan Balai KSDA Yogyakarta yang sudah terjalin diharapkan dapat terus berlanjut, terlebih lagi kawasan ini telah menjadi lokasi release satwa yang dilakukan Balai KSDA Yogyakarta beberapa waktu lalu, yang dapat memperkaya keanekaragaman hayati,.

Dalam kesempatan ini, M. Wahyudi menyampaikan harapannya untuk perkembangan Jatimulyo kedepan. "Sebagai upaya penyebarluasan informasi bidang konservasi, perlu dibentuk “Rumah Baca” baik di tingkat kelompok maupun desa. Untuk mendukung hal tersebut, Balai KSDA Yogyakarta akan mendukung penyusunan Buku “Success Story Desa Jatimulyo”. ujarnya.

Pada momen kegiatan ini, Balai KSDA Yogyakarta juga memberikan bantuan beberapa buku terkait bidang konservasi.

Sumber : Siti Rohimah (Penyuluh BKSDA Yogyakarta)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini