Ecobricks, Seni Pemanfaatan Sampah Plastik

Jumat, 08 Maret 2019

Sidoarjo, 7 Maret 2019. Masih dalam semarak Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2019 dimana pada tanggal 4 Maret 2019 kemarin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan kegiatan bersih-bersih sampah serentak di 74 Titik Kawasan Konservasi yang ada diseluruh Indonesia dengan jumlah peserta aksi mencapai 4.600 orang. Tidak hanya bersih-bersih saja namun Sosialisasi pengelolaan sampah juga dilaksanakan di berbagai daerah.

Sampah memang menjadi masalah serius di Indonesia. Pada musim penghujan seperti ini Sampah yang menumpuk disungai menimbulkan potensi bencana banjir, sampah yang tidak terkelola di lingkungan masyarakat menjadi sarang berbagai vektor penyakit dan menimbulkan bau yang tak sedap. Jalan keluar untuk permasalahan sampah sepertinya juga belum ada titik terang, setiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia semakin meningkat sedangkan jumlah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) jumlahnya sangat terbatas. Sampah bukan menjadi masalah dikota yang padat penduduknya, di desa pun banyak dijumpai sampah di kanan dan kiri jalan bahkan Digunung kita dapat menemukan keberadaan sampah.

Kampanye budaya hidup 3R (Reduce,Reuse, dan Recycle) menjadi pilihan yang sederhana namun efektif untuk menekan laju penambahan sampah, khususnya sampah plastik apa bila kita bisa menerapkan prinsip tersebut secara konsisten didalam kehidupan kita sehari-hari. Berbelanja mengunakan tas kain, Membawa air minum isi ulang, mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang berguna serta Ecobrick  merupakan contoh implementasi budaya 3R.

Ecobrick atau “Bata Ramah Lingkungan” merupakan botol Plastik yang disi dengan sampah-sampah plastik dengan kepdatan tertentu   yang kemudian disusun atau dirangkai menjadi sebuah benda atau bangunan. Ide pemanfaatan sampah ini dicetuskan oleh pasangan suami istri Russell Maier, pria asal Kanada dan Ani Himawati perempuan asal indonesia.

Cara pembuatan Ecobrick adalah dengan memotong-motong sampah plastik yang bersih dan kering kemudian dimasukan dalam wadah botol bekas air minum atau yang lainya. Sampah –sampah tersesebut dipadatkan menggunakan stick dari kayu atau bambu. Untuk menambah nilai seni maka sampah plastik berwarna-warni yang dimasukan kedalam botol di susun posisinya. Botol-botol yang sudah terisi sampah atau disebut dengan Ecobrick selanjutnya disusun/dirangkai dan direkatkan menggunakan lem untuk membuat kursi, meja atau barang-barang lainya. Selain itu bata-bata ecobrick juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagaimana fungsi bata pada umumnya, tentu semua dilakukan dengan proses yang cukup lama dan butuh kesabaran.

Ecobrick sangat ampuh untuk mengurangi jumlah sampah plastik, dari hasil praktek dari satu kardus sampah Plastik dapat diringkas menjadi 3 botol Ecobrick (botol Teh dalam Kemasan). Sifat sampah plastik yang tidak bisa terurai membuat Ecobrick menjadi bahan bangunan yang tidak dapat lapuk dan sangat ramah lingkungan tentunya.

Kesimpulanya Ecobrick mampu menjadi salah satu cara sederhana pengurangan sampah plastik yang terus diproduksi setiap hari sehingga sangat perlu untuk disosialisasikan. Meskipun tidak mampu menjadi solusi utama permasalahan sampah namun dengan Ecobrick kita telah sedikit berkontribusi menyelamatkan bumi dari tumpukan Sampah. Salam Lestari.

Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Timur

 

 

 

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini