Rabu, 24 Oktober 2018
Dubai, 24 Oktober 2018. Delegasi Republik Indonesia (DELRI) yang diketuai Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE) Ir. Tandya Tjahjana, M.Si selaku National Focal Point (NFP) Konvensi Ramsar Indonesia dan beranggotakan perwakilan Direktorat BPEE 3 (tiga) orang, Badan restorasi Gambut (BRG) 1 (satu) orang, Kementerian Luar Negeri 2 (dua) orang, dan Wetlands Indonesia (WI) 1 (satu) orang, hadir dalam pertemuan COP-13 Konvensi Ramsar di Dubai, Uni Emirate Arab (UEA) pada tanggal 21-29 Oktober 2018. Pertemuan Contracting of Parties (COP) Konvensi Ramsar merupakan pertemuan 3 tahunan sekali yang bertujuan untuk mengkaji perkembangan implementasi konvensi masing-masing negara anggota yang tertuang dalam National Report, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan lahan basah, serta membuat keputusan (resolusi dan rekomendasi) untuk meningkatkan pengelolaan lahan basah selama 3 tahun kedepan. Tema pertemuan COP13 kali ini adalah “Wetland for Sustainable Urban Future”.
Kegiatan Opening Ceremony dan Welcoming Statements diselenggarakan oleh Tuan Rumah, Dubai Municipality, pada tanggal 22 Oktober 2018, dan dihadiri ± 1300 orang dari 157 negara yang merupakan perwakilan dari negara-negara penandatangan konvensi (contracting party), pengamat (observer), maupun pengunjung. Opening ceremony dibuka Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Uni Emirate Arab (UEA), H.E. Dr. Thani Ahmed Al Zeyoudi yang menyampaikan bahwa lahan basah telah menjadi perhatian bagi Pemerintah UEA dan menjadi tuan rumah bagi pertemuan besar ini. Hal ini menunjukkan komitmen Pemerintah UEA untuk melindungi lingkungan alami dan ekosistemnya dari urbanisasi dan kegiatan pembangunan lainnya. Kegiatan opening ceremony juga dilanjutkan dengan beberapa sambutan yang disampaikan perwakilan Dubai Municipality, H.E.Razan Al Mubarak (Environment Agency of Abu Dhabi), perwakilan UN Special Envoy for Oceans, perwakilan Global Director of Nature Based Solutions IUCN; Elizabeth Mrema (UNEP), Jane Madgwick (Chief Executive Officer of Wetlands International), dan Martha Rojas Urrego (Secretary General of the Ramsar Convention).
Dalam sambutan dan pidato singkat yang disampaikan terdapat beberapa catatan penting meliputi perlunya segera melakukan kegiatan penyelamatan dan restorasi lahan basah sekarang juga. Semua pihak didorong untuk berperan aktif dalam pengelolaan lahan basah untuk mencegah degradasi lahan basah yang terus menerus terjadi di seluruh dunia. Tahun 2020 sebagai target pencapaian perlindungan keanekaragman hayati, termasuk di kawasan lahan basah, sehingga implementasi Konvensi Ramsar sangat berperan dalam pencapaian Aichi Target dan SDGs. Lahan basah merupakan habitat yang esensial bagi berbagai keanekaragaman hayati, sehingga penting bagi kita untuk menyelamatkan kehidupan lahan basah. COP13 ini merupakan momen untuk menghentikan tekanan terhadap lahan basah yang merupakan ekosistem paling berharga di dunia.
Dalam kesempatan ini, DELRI yang diketuai Ir. Tandya Tjahjana, M.Si (Direktur BPEE), turut menyampaikan pendapatnya sebagai negara penandatangan Konvensi Ramsar, bahwa sebagai negara yang memiliki lahan basah terluas di dunia, Pemerintah Indonesia menaruh perhatian khusus terhadap konservasi lahan basah di Indonesia. Indonesia telah menetapkan langkah-langkah strategis dalam pengelolaan lahan basah dan memasukkan pengelolan lahan basah dalam kebijakan nasional. termasuk RPJMN. Indonesia telah melakukan banyak hal untuk menyelamatkan lahan basah alami yang ada di Indonesia melalui pelibatan aktif berbagai pihak. Hal ini tidak saja untuk kepentingan nasional, tetapi juga merupakan sumbangan Indonesia untuk dunia. Indonesia juga mengajak negara-negara peserta Konvensi Ramsar untuk bersama-sama menyelamatkan lahan basah, sesuai dengan pesan yang telah disampaikan dalam pidato opening ceremony.
Selanjutnya DELRI juga hadir pada pertemuan side event “UN Ocean Conference Community of Ocean Action on Mangroves at the 13th Meeting of the COP13 Ramsar Convention on Wetlands” yang dilaksanakan di ruang 5 Festival Arena Dubai. Dalam pertemuan ini dipaparkan beberapa laporan status mangrove oleh berbagai negara diantaranya Brazilia, Fiji, Swedia, Afrika dan Amerika. DELRI yang diketuai Ir. Tandya Tjahjana, M.Si (Direktur BPEE) melaporkan status pengelolaan mangrove Indonesia yang mencakup 20% dari luas mangrove dunia. Luas mangrove Indonesia mencapai 3,49 juta ha, dengan kondisi baik seluas 1,67 juta ha, dan kondisi kritis 1,82 juta. Kebijakan Indonesia dalam mengelola mangrove dengan kondisi yang masih baik dilaksanakan dengan pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan melalui pengembangan ekonomi, pencegahan abrasi, pengembangan ekowisata mangrove, perlindungan kawasan hutan mangrove, pengembangan mekanisme carbon trade dan pengembangan produk HHBK mangrove. Sedangkan pengelolaan ekosistem mangrove pada kondisi yang kritis/ rusak dilaksanakan melalui rehabilitaasi hutan dan lahan, pemberdayaan peran masyarakat, dan perlindungan kawasan mangrove. Dalam kesempatan ini Direktur BPEE sebagai NFP Konvensi Ramsar Indonesia juga menyampaikan bahwa program Kawasan Ekosistem Esensial Mangrove yang dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2010 turut mendukung dalam pengelolaan mangrove yang lestari, karena melalui program tersebut, Pemerintah Daerah diminta untuk berperan dalam perlindungan ekosistem mangrove di wilayahnya, serta masyarakat lokal diajak untuk terlibat lebih jauh dalam mengelola mangrove dan memanfaatkan mangrove tersebut secara lestari melalui program ekowisata dan pengembangan produk HHBK mangrove.
DELRI juga diundang dalam acara “Engagement Event and Awards Ceremony” yang diselenggarakan oleh Wetlands International di Hotel Crowne Plaza Dubai pada tanggal 21 Oktober 2018. Acara tersebut ditujukan untuk menandai berbagai pencapaian yang telah diraih dalam pengelolaan lahan basah selama periode 3 tahun terakhir. Acara ini dihadiri oleh ± 130 orang “manusia basah” yang juga merupakan peserta dalam pertemuan COP13 Konvensi Ramsar. Dalam kegiatan ini Ketua DELRI, Ir. Tandya Tjahjana, M.Si memberikan sambutan singkat terkait kerjasama dalam pengelolaan lahan basah yang telah dilakukan selama 35 tahun terakhir dengan Wetlands International. Sebagai kenang-kenangan Ketua DELRI memberikan cinderamata berupa Buku 54 Taman Nasional di Indonesia dan Buku 7 Taman Nasional Laut Indonesia. Tak lupa Ketua DELRI memberikan kenangan berupa tumbler untuk mempromosikan upaya global pengurangan sampah plastik. Acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada Tim Afrika Timur (Kenya dan Ethiopia) atas kemajuan yang luar biasa dalam pengelolaan lahan basah selama 10 tahun terakhir. Sedangkan penghargaan puncak “Luc Hoffman Award” yaitu penghargaan untuk ilmuwan lahan basah diberikan kepada Prof. Guangchun Lei dari Beijing Forestry University, atas kerja keras dan dedikasinya dalam bidang lahan basah termasuk 130 riset di bidang keanekaragaman hayati, ekologi ekosistem dan perubahan iklim.
Sumber : Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0