Bupati Kapuas Hulu Resmikan Launching Program TFCA siklus 4

Senin, 08 Oktober 2018

Putussibau, 3 Oktober 2018. Bertempat di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Kapuas Hulu, Bupati Kapuas Hulu, A.M Nasir meresmikan peluncuran program TFCA Siklus 4. Terdapat 5 lembaga non pemerintah (NGO) yang mendapatkan dana Hibah TFCA yakni Konsorsium Swandiri, Kompakh, Rangkong Indonesia, Pokawasmas Empangau dan Forkab dengan lingkup kegiatan yang berbeda.
Bupati KH mengharapkan dengan adanya program TFCA siklus 4 dapat membantu Kabupaten Kapuas Hulu menjadi lebih maju utamanya dalam pengembangan sumber daya masyarakatnya. Banyak potensi baik itu sektor pertanian maupun perikanan yang dapat dikembangkan namun terkendala pengembangannya, faktor utamanya adalah sumberdaya manusianya.
Launching kali ini hadir direktur TFCA Kalimantan  Ir. Puspa Dewi Liman, M.Sc , menyatakan bahwa TFCA Kalimantan berkomitmen membantu Kabupaten Kapuas Hulu dalam kerangka Heart Of Borneo (HOB) dimana TFCA turut juga mendukung Kabupaten Kapuas Hulu sejak lama yakni sejak siklus 1.  Kedepan diharapkan kerjasama ini terus berlanjut dan dikembangkan ke arah pengembangan alternatif mata pencaharian sehingga tekanan terhadap kawasan bisa berkurang.
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (Balai Besar Tana Bentarum) yang diwakili oleh Kepala Bidang Teknis Konservasi menyambut baik program TFCA siklus 4 ini, diharapkan para lembaga yang mendapatkan donor agar dapat melakukan kerjasama terlebih dahulu dengan Tana Bentarum sebelum memulai aktivitas di dalam kawasan Taman Nasional. Selain itu perlu ditekankan bahwa Zonasi di kedua taman nasional tersebut telah mengadopsi pengembangan masyarakat berupa 88% zona tradisional di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan 18 % untuk Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) termasuk didalamnya juga terdapat Zona Khusus.
Adapun ke lima lembaga tersebut bergerak pada
a. KOMPAKH INDONESIA dengan judul program : Pengelolaan Sumber Daya alam Berbasis jasa lingkungan melalui kegiatan ekowisata oleh dan untuk masyarakat di kawasan TNBK, Program dilaksanakan selama 3 tahun, Program kegiatan utamanya adalah peningkatan wawasan masyarakat utamanya wisata alam.
b. YAYASAN REKAM JEJAK ALAM NUSANTARA – UNIT PENELITIAN RANGKONG INDONESIA, dengan judul program : Konservasi Rangkong  Gading di Bentang Alam Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Proyek ini diajukan sebagai intervensi konservasi terhadap keberadaan rangkong gading, termasuk tujuh jenis rangkong lainnya di Kalimantan. Dari tiga penyebab utama menurunnya populasi rangkong gading di alam, dua diantaranya diusulkan untuk di intervensi, yaitu: 1) Minimnya aksi konservasi dan 2) Tingkat kematian tinggi atau kelahiran yg rendah (Lihat gambar 1). Bagian dari intervensi ini mencakup: 1) Pengumpulan informasi populasi dan ekologi sebagai rujukan utama penentuan prioritas aksi di tingkat tapak. Survei akan dilakukan bersama para pihak kunci di petak hutan di bentang alam di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; 2) Peningkatan kapasitas para pihak kunci konservasi rangkong; 3) Edukasi dan penyadartahuan bagi masyarakat di tingkat lokal, regional dan nasional.
c. FORUM KONSERVASI ORANGUTAN KALIMANTAN BARAT (FOKKAB) dengan judul program : Menjaga viabilitas populasi orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Taman Nasional Betung Kerihun dan Koridor Labian-Leboyan, Durasi Agustus 2018 – Agustus 2019 atau 1 tahun, Kegiatannya Survey Monitoring Orangutan dan survey biodiversity akan dikombinasikan dengan Smart Patrol.
d. POKWASMAS DANAU LINDUNG DESA EMPANGAU : Pengelolaan Danau Lindung Empangau Sebagai Destinasi Ekowisata di Kawasan Penyangga TNDS, program selama 2 tahun di luar kawasan TNDS atau daerah penyangga TNDS.
e. KONSORSIUM SWANDIRI dengan judul program : Penguatan Pengelolaan Jasa Lingkungan Berbasis Masyarakat di Bukit Tekenang TNDS Kab. Kapuas Hulu. Proyek ini dirancang untuk berkontribusi bagi Peningkatan sumber penghidupan masyarakat melalui pengelolaan jasa lingkungan yang bernilai ekonomi dan berkelanjutan di Tana Bentarum. Program ini juga dirancang untuk memberikan manfaat kepada masyarakat lokal, pemerintah desa, pemerintahan kabupaten dan Tana Bentarum. Selain itu program ini juga memberikan dampak peningkatan ekonomi secara langsung bagi pelaku jasa transportasi lokal. Untuk mencapai tujuan ini, proyek ini dikembangkan dengan pendekatan pengembangan ekowisata berbasis komunitas di kawasan Tana Bentarum yang dapat meningkatkan sumber penghidupan masyarakat, pemanfaatan jasa lingkungan air berkelanjutan melalui pembangunan instalasi pengolahan air bernilai ekonomi memanfaatkan sumber energi terbarukan di kawasan Tana Bentarum, dan Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan desa dalam pengelolaan jasa lingkungan air dan ekowisata di dua desa di kawasan Tana Bentarum.

Peluncuran program TFCA siklus 4 ini dilanjutkan dengan presentasi dari ke 5 penerima dana hibah dan dilanjutkan dengan diskusi bersama para pihak termasuk diantaranya Kepala Desa dan Camat dimana program ini berjalan.

 

Sumber : Balai Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini