Minggu, 23 September 2018
Jayapura, 23 September 2018. BBKSDA Papua bersama tokoh adat dan komunitas berkesempatan melangsungkan dialog interaktif di RRI Pro 1 Jayapura. Dialog mengusung tema Bersama Kita Selamatkan Cycloop, berlangsung Jumat pagi (21/9), sekitar satu jam dipandu penyiar Lina Umasugi.
Mafhum di kalangan masyarakat, bahwa kerusakan alam terparah adalah karena ulah manusia. Contoh paling dekat dengan masyarakat Jayapura adalah Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Berdasarkan data patroli tim resort, penyebab kerusakan terbanyak adalah pembukaan lahan untuk kebun masyarakat dan pembalakan liar. Selain itu, ada pula masyarakat yang mendirikan bivak di dalam kawasan. Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop.
Kelompok masyarakat yang tidak memiliki keterampilan bersaing di Kota Jayapura, pada akhirnya memilih mengandalkan keterampilan tradisional yang diwariskan nenek moyang, yaitu membuka kebun. Persoalan menjadi rumit ketika mereka tidak memiliki lahan. Takada jalan lain dalam hal ini, kecuali menjadikan kawasan Cycloop sebagai sasaran.
Kepala Balai Besar KSDA Papua, Ir. Timbul Batubara, M.Si. menyampaikan, “Untuk saat ini kami lebih mengedepankan tindakan preemtif dan preventif. Tetapi tindakan hukum tidak dapat terhindarkan apabila terjadi pelanggaran hukum yang tertangkap tangan. Tentunya tindakan-tindakan yang diambil didahului dengan koordinasi bersama stakeholder penegak hukum.” ungkap Timbul Batubara. Beliau menambahkan, akan lebih baik lagi apabila pemerintah membuka ruang-ruang lahan yang tersedia dan legal untuk ruang kelola hidup masyarakat.
Lina Umasugi kemudian menelisik peran Dewan Adat Suku (DAS) dalam hal kesejahteraan masyarakat yang selama ini merambah Cycloop. Pertanyaan ia tujukan kepada Ondoafi Daniel Toto selaku ketua Dewan Adat Suku Imbi Numbay. “Bagaimana Dewan Adat Suku mendukung pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga perambahan tidak terjadi, atau paling tidak bisa diminimalisir?”
Daniel Toto memaparkan, peran Dewan Adat Suku telah diwujudkan melalui MoU dengan pemerintah pada tahun 2016. “Sekarang kami membutuhkan komitmen semua stakeholder untuk menjaga Cycloop. Kalau berbicara menyejahterakan masyarakat perambah oleh Dewan Adat Suku, tidak mungkin. Karena itu adalah tugas pemerintah. Mengapa orang-orang harus merambah, karena mereka lapar. Di sinilah intervensi pemerintah untuk memperhatikannya,” kata Daniel Toto.
Selain membicarakan masalah-masalah yang terjadi di dalam kawasan, dialog tersebut juga membincang persiapan Festival Cycloop, yang puncaknya akan dilaksanakan pada November mendatang. Diharapkan melalui Festival Cycloop masyarakat semakin memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kawasan cagar alam. Karena Cycloop adalah mama, yang menyediakan berbagai keperluan mendasar bagi kehidupan masyarakat Jayapura, terutama sebagai penyedia sumber-sumber air bersih. (Dzikry)
Sumber : Balai Besar KSDA Papua
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0