Kamis, 20 September 2018
Yogyakarta 20 September 2018. Penyelenggaraan Festival Budaya dan Edukasi di TWA Batu Gamping akan berlangsung pada tanggal 6 Oktober 2018, kerjasama antara Balai KSDA Yogyakarta dengan pemerintah Desa Ambarketawang. Kegiatan akan dilangsungkan di Taman Wisata Alam Batu Gamping untuk mengenalkan TWA Batu Gamping pada khususnya dan mengenalkan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya kepada masyarakat luas. Rangkaian kegiatan Festival Budaya dan Edukasi di TWA Batu Gamping meliputi Road to festival yang terdiri dari Gladen Jemparingan di Lapangan Delingsari dan lomba desain batik Gunung Gamping. Serta Festival Budaya dan Edukasi di TWA Batu Gamping yag terdiri dari Gladehen Jemparingan untuk anak; Pemutaran; Games konservasi; Drama Musica; dan Pementasan ketoprak.
Sebagai rangkaian Road To Festival Budaya dan Edukasi TWA Batu Gamping, telah dibuka dengan pelaksanaan “Gladen Alit jemparingan Manunggal Rasa Tamtama” di lapangan Delingsari, Ambarketawang, Gamping, Sleman beberapa waktu yang lalu. Jemparingan adalah tradisi yang sudah ada sejak kerajaan ratusan tahun lalu. Jemparingan adalah seni memanah gaya Mataram yang dulu sering di gelar diseluruh wilayah kerajaan kuno Yogyakarta.
Secara garis besar, olahraga jemparingan ini bukan hanya sekedar permainan namun juga merupakan olahraga yang digunakan untuk melatih ketajaman mata dan konsentrasi. Kekuatan mata, hati dan pikiran harus menyatu, karena bandul yang dituju berukuran kecil. Keberhasilan memanah biasanya tergantung pada suasana hati. Jika suasana hati sedang gembira, anak panah akan lebih mudah mengenai target.
Tidak seperti permainan panahan pada umumnya, yang dilakukan dengan posisi berdiri seperti yang kita tonton, jemparingan dilakukan dengan posisi duduk bersila. Duduk bersila merupakan duduk dengan gaya mataram membentuk dua barisan dengan menghadap ke barat. Filosofi ini disebabkan karena dahulu para bangsawan biasanya memanah sambil bercengkeram membicarakan bisnis dan politik sambil menikmati makanan ringan. Oleh sebab itu posisi duduk inilah yang dirasa paling sesuai dan nyaman.
Paguyuban yang mengikuti kegiatan jemparingan terdiri dari : The ark, sipas gemplong, GJS Siliran, PPGA, JP Bromonilan, Sangga, JCC, Merapi Archery, Musuk Boyolali, Langn Progo, Sambisena, Tajem, Ababil, Bantl, PAP Krido Hasto, Surya Bhirawa Archery, Surya Warastha, Suryastrawara, Kridobusara Klaten, Jkobar, Wonopati Sentolo, Yagowiyyu, Langen Astro, Parikesit, Surogeni, Bandung bondowoso, Sukoharjo, Minggir, botodiningrat, Krido Senopati, Respring, BWT Pakualam, GM, Hantu Maut Pujokusuman, Langit mlati, STW, Jogoboyo, Pathoknegoro, Atmajaya, PJP, Mlati.
Sumber : Ulul Azmi S.B – Balai KSDA Yogyakarta
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0