Senin, 17 September 2018
Manado, 17 September 2018. Selama 4 hari sejak tanggal 11 - 13 September 2018 sebanyak 7 orang perwakilan masyarakat di Taman Nasional Bunaken, ditingkatkan kapasitasnya dengan melaksanakan kegiatan studi banding dan pembelajaran di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.
Dalam kegiatan tersebut diwakilkan oleh masyarakat Pulau Bunaken (Arjun Langitan), perwakilan masyarakat Pulau Manado Tua (Andres Kakomore) dari Kota Manado, selanjutnya perwakilan masyarakat Pulau Mantehage (Vola Harinda) dan Pulau Nain (Sindrang Hamid), adapun bagian pesisir diwakili oleh kelompok mitra masyarakat di Desa Poopoh Kabupaten Minahasa (Marten Toli), dan Desa Popareng Kabupaten Minahasa Selatan (A.M. Konteng), serta perwakilan asosiasi angkutan perahu wisata (Frets Pieter).
Selama peningkatan kapasitas di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, aktivitas yang dilakukan antara lain belajar mengelola dan berkomunikasi efektif dari Paguyupan Jeep, Paguyupan Kuda, dan Paguyupan Ojek. Dalam pertemuan yang berlangsung singkat tersebut, diskusi menarik antar kedua komunitas ini terjadi, saling memberikan informasi dan interaksi baik dari Masyarakat Bunaken dan perwakilan paguyupan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Arjun Langitan dalam salah satu pertanyaan untuk tokoh masyarakat Tengger yang hadir Bapak Supoyo, bahwa hampir semua kawasan destinasi wisata dan tak terkecuali kawasan konservasi, menjadi booming atas kunjungan wisatawan, kami melihat ini juga di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan termasuk di kawasan Taman Nasional Bunaken. Apakah selama ini telah terjadi privatisasi oleh perusahaan tertentu, dan bagaimana cara membendungnya bila itu terjadi.
Dari pertanyaan tersebut Pak Supoyo selaku tokoh masyarakat Tengger menyampaikan bahwa kami berharap tidak ada privatisasi, adapun paguyuban ini muncul disebabkan adanya kebutuhan pada masyarakat sendiri dan penyamaan persepsi komunitas atas dasar sama-sama mencari rejeki dan nafkah di kawasan ini. Kami berusaha untuk rukun dalam mencari nafkah dan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Kami akan menjadi tuan di rumah sendiri.
"Untuk itu dengan terbentuknya paguyuban banyak pihak akan memfasilitasi berbagai komunikasi mulai dari Taman Nasional, Pemerintah Daerah antar paguyuban dan komunitas serta Kepala Desa dan Muspika merupakan pelindung dari aktivitas kami", tambah Supoyo.
Setelah melakukan pertemuan dengan berbagai paguyupan dilanjutkan dengan telekonferensi bersama Bapak Dirjen KSDAE, Ir. Wiratno, M.Sc, kemudian pembelajaran dengan meningkatkan tanaman edelweiss di Wonokitri, belajar mengelola homestay, belajar meningkatkan daya tarik destinasi di rumah 3D (Rumah Tridi) Kota Malang dan belajar sistem pendakian di Resort Ranupani serta pengelolaan pengembangan ekonomi kreatif di UD Burno.
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Dr. Farianna Prabandari, S.Hut, M.Si dalam arahan singkatnya menyampaikan, kami berharap masyarakat di Bunaken harus mampu menangkap peluang dan dapat bersedia bersinergi dengan pengelola kawasan untuk dapat ditata dalam pengembangan wisata alam.
Sumber : Balai Taman Nasional Bunaken
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0