Sabtu, 08 September 2018
Jakarta, 6 September 2018. Setelah melalui proses yang cukup panjang, yaitu awal februari 2018, penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Kepemanduan Geowisata yang disusun oleh 10 orang anggota tim perumus, hari Kamis (6/9/2018) telah memasuki tahap pra konvensi.
Bertempat di AONE Hotel Jakarta, sidang pleno pra konvensi RSKKNI Bidang Kepemanduan Geowisata dihadiri oleh 36 orang peserta dengan komposisi: 6 orang dari pakar/narasumber, 9 orang dari lembaga pendidikan, 9 orang dari asosiasi industri, 5 orang dari asosiasi profesi dan 7 orang dari pemerintah.
Penyusunan RSKKNI Bidang Kepemanduan Geowisata ini sendiri diinisiasi oleh Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI) dan Kementerian Pariwisata. Hal ini sebagai upaya membangun sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di sektor Kepemanduan Geowisata.
Geowisata sebagaimana dipaparkan ketua tim perumus Oki Oktariadi, adalah pariwisata yang memanfaatkan seluruh pengetahuan dasar geologi, mencakup bentuk, proses geologi, “geohistory”, konservasi geologi, dan faktor pendukungnya, termasuk keanegaragaman hayati dan budaya yang terkait dengan geologi. Hal ini ditekankan kembali oleh ketua MAGI Rachmat Heryadi pada sidang pleno pra konvensi.
Prinsip geowisata itu sendiri adalah harus melibatkan masyarakat setempat, memberikan kontribusi positif bagi konservasi alam dan budaya, peserta mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan positif secara budaya serta dapat meminimalkan dampak negatifnya. Dan dalam pelaksanaannya ditekankan pada nilai-nilai konservasi, edukasi, kualitas layanan dan lama tinggal. Bukan pada jumlah wisatawan.
Walaupun ada beberapa kali interupsi dan perdebatan, namun sidang pleno pra konvensi yang dipimpin oleh perwakilan tim perumus Deni Sugandi dan Reza Permadi berjalan cukup lancar dan menghasilkan kesepakatan bersama.
Kehadiran peserta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dalam hal ini diwakili Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dan dari Direktorat Konservasi Kawasan, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) tentu mempunyai nilai sendiri. Utamanya menyangkut daya tarik geowisata yang memang banyak berada dalam kawasan konservasi, seperti di taman nasional dan beberapa wilayah hutan konservasi yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Dengan berakhirnya sidang pleno pra konvensi RSKKNI Bidang Kepemanduan Geowisata, artinya tinggal selangkah lagi SKKNI Kepemanduan Geowisata akan lahir. Melihat hal ini, diharapkan balai taman nasional dan Balai KSDA siap bekerja sama melahirkan pemandu geowisata yang berkompeten dan menyambut kehadiran para geowisatawan di wilayah pengelolaanya masing-masing. Dan atau wilayahnya dapat menjadi role model pengembangan geowisata. Sobat Ciremai, tahukah kalian, sepertinya Taman Nasional Gunung Ciremai akan menjadi lokasi “pilot project” penerapan kepemanduan geowisata di taman nasional yang pertama di Indonesia. [teks & foto © Harley & Koeszky | 06092018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0