Balai TNUK Berikan Edukasi Konservasi Bagi Siswa Siswi MTs N Pandeglang 3 – Cibaliung

Senin, 06 Agustus 2018

Serang, 6 Agustus 2018. Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) melakukan kegiatan pendidikan konservasi bagi siswa siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Pandeglang 3 – Cibaliung, dengan tema “Rhino Goes to Shcool”. Narasumber Nina Amban dari Bumi Edukasi Bogor dan Monica Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)  dari  Balai TNUK Labuan, Kamis 2 Agustus 2018. Hadir dalam acara tersebut perwakilan guru MTsN, tim mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang turut menyertai Nina Amban dan petugas dari Balai TNUK.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Ujung Kulon Monica mengatakan, TNUK mencanangkan ada 20 sekolah di daerah penyangga kawasan hutan Taman Nasional Ujung Kulon akan menjadi  sasaran edukasi konservasi. “Sudah di data, ada 20 sekolah yang akan kami kunjungi dalam rangka sosialisasi pendidikan konservasi dengan sasaran pelajar. Untuk remaja kegiatan pelatihan dan kaderisasi. Untuk orang tua metodenya melalui acara tarling (sholat tarawih keliling, bulan Ramadhan),” terang Monica.

Nina Amban, narasumber dari Bumi Edukasi Bogor mengatakan, kegiatan Edukasi (pendidikan-Ed) konservasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada audien siswa siswi MTsN Pandeglang 3 – Cibaliung, tentang pentingnya mengenali dan menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan adalah ibarat Rumah kita, harus dijaga dan dipelihara. “Alam adalah rumah kita, harus kita jaga, jika kita tidak menjaganya alam akan rusak dan kerusakannya akan berpengaruh buruk pada kehidupan manusia di muka bumi,” kata Nina dalam menyampaikan materi edukasi.

Sementara narasumber dari PEH Balai TNUK Monica, menyampaikan tentang informasi situasi dan kondisi kekayaan alam yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon,  berupa keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya. Ekosistem adalah sekumpulan mahluk yang ada di satu tempat seperti ekosistem hutan, laut, Padang lamun, sungai, dan rawa.

Diperkenalkan jenis tanaman obat-obatan, jenis-jenis angrek yang memiliki keindahan yang luar biasa, jenis-jenis satwa darat dan satwa laut yang terbilang langka dan terancam punah karena itu harus dilindungi dan dilestarikan. Seperti Badak Jawa, Owa, jenis-jenis burung, dan macam-macam satwa laut. “Taman Nasional Ujung Kulon adalah kawasan konservasi yang menyimpan dan melindungi keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya, jadi kewajiban setiap orang, termasuk kita, yang harus menjaganya, agar alam memberikan timbal balik keuntungan bagai hidup kita, manusia, Ujung Kulon ibarat rumah kita, tempat kita berlindung dan kembali”, terang Monica.

Di semenanjung Ujung Kulon, masih terang Monica, terdapat Populasi badak Jawa (Rhinoseros sondaicus) yang kini tercatat populasinya berjumlah 68 ekor. Luas areal di semenanjung Ujung Kulon 30.000 hektar, tapi hanya 20.000 hektar yang menjadi habitat badak Jawa.

Untuk menyalurkan gagasan kepedulian terhadap alam sekitar bagi para kader konservasi, pemuda, pelajar dan mahasiswa atau siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dibentuklah suatu wahana komunikasi yang disebut dengan nama Laskar Ujung Kulon. “Tujuan dari pembentukan laskar Ujung Kulon ini agar mereka tidak hanya diam ketika melihat dan menyaksikan kerusakan alam di lingkungan mereka. Mereka ibarat spion yang melakukan monitoring atau mendeteksi peristiwa apa saja yang sedang dan akan terjadi, sekiranya perlu penanganan serius supaya segera melapor pada pihak Balai TNUK melalui call center Bacusa di 08111238884”, kata Nina. [Red]

 

Sumber : Balai Taman Nasional Ujung Kulon

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini